A. Pengertian
dan Jenis-Jenis Masalah Murid Sekolah Dasar
1. Pengertian
Masalah
Banyak ahli
mengemukakan tentang pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihatnya sebagai
tidak terpanuhinya kebutuhan seseorang, dan ada pula yang mengartikannya
sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa
masalah adalah suatu yang tidak disukai
adanya, menimbulkan keslitan bagi diri sendiri dan atau orang lain dan ingin
atau perlu dihilangkan.
Setiap masalah yang
dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri di atas. Untuk
mendalami hal tersebut kita dapat melihat diri sendiri sebagai contoh. Adakah
sesuatu hal, kejadian, suasana atau gejala yang tidak disukai adanya; yang
dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian baik bagi diri sendiri ataupun orang
lain; dan atau ingin dihilangkan? Jika ada, maka hal itu dapat dikatakan
sebagai ciri-ciri adanya masalah pada diri sendiri.
Masalah seperti di atas
dapat terjadi pada diri siapa saja, termasuk murid sekolah dasar. Masalah itu
perlu diupayakan penunggulangannya.
2. Jenis-jenis
Masalah Murid Sekolah Dasar
Jenis masalah yang
dialami oleh murid sekolah dasar bisa bermacam-macam corak dan ragamnya.
Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar (terlampir).
Masalah-masalah itu dikasifikasikan atas:
a. Masalah
perkrmbangan jasmni dan kesehatan
b. Masalah
keluarga dan rumah tangga
c. Masalah-masalah
psikologisssss
d. Masalah-masalah
sosial
e. Masalah
kesulitn dalam belajar
f. Masalah
motivasi dan pendidikan pada umumnya
Sedangkan
stouffer (1968:195) mengemukakan secara urut jenjang 50 jenis masalah tingkah
laku pada murid sekolah dasar. Urut jenjang tingkah laku yang dimaksudkan
didasarkan atas hasil penelitian terhadap 481 orang guru Sekolah Dasar di
amerika Serikat, yaitu:
1. Pencurian 26.
Masturbasi
2. Kekejaman 27.
Malas
3. Aktivitas
hetero-seksual 28.
Tidak ada perhatian
4. Sering
bolos 29.
Tidak rapi di kelas
5. Tertekan 30.
Suka cemberut
6. Tidak
sopan 31.
Suka mengeritik
7. Merusak
barang-barang sekolah 32.
Pengecut
8. Tidak
berpendirian 33.
Mudah tersinggung
9. Suka
berbohong 34.
Tidak hati-hati
10. Tidak
patuh 35.
Pemalu
11. Membenci
orang lain 36.
Curiga
12. Mudah
marah 37.
Suka merokok
13. Suka
mengasinhkan diri 38.
Keras kepala
14. Bicara/menulis
cabul 39. Tidak
praktis
15. Sering
murung 40.
Mengucapkan kata-kata
16. Menyontek 41.
Menarik perhatian orang lain
17. Egois 42.
Suka jorok
18. Suka
bertengkar 43.
tegang
19. Menguasai
orang lain 44.
Lamban
20. Tidak
berminat kerja 45.
Berpkir tidak karuan
21. Lancang 46.
Suka mengadu
22. Mudah
meremehkan orang lain 47. Suka
menyelidiki orang lain
23. Mudah
dipengaruhi orang lain 48. Suka
mengganggu orang lain
24. Penakut 49.
Penghayal
25. Sering
ngompol 50.
Berbisik-bisik
Masalah
di atas diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Masalah-masalah
penyesuaian tingkah laku; seperti pencurian, kekejaman, merokok dan suka
mengganggu.
b. Masalah-masalah
emosional; seperti depresi, mudah marah, cemberut dan pengecut.
c. Masalah-masalah
moral; seperti masturbasi, bicara porno dan tidak sopan.
d. Masalah
belajar; seperti bolos, menyontek, tidak ada perhatian dan lamban.
e. Masalah-masalah
sosial kejiwaan; seperti membenci orang lain, menguasai orang lain, mudah
meremehkan orang lain, suka mencampuri urusan orang lain.
Selanjutnya Rice (dalam sheltzer dan
Stone, 1974) mengklasifikasikan masalah-masalah yang dialami murid sekolah
dasar dalam enam kategori, yaitu:
a. Masalah-masalah
emosional,yakni gelisah, aktivitas berlebih-lebihan, tidak matang, murung
b. Kelemahan
intelektual; seperti tidak dapat memusatkan perhatian dalam waktu yang cukup
lama, kemampuan rendah, lemah ingatan, syaraf penerimaan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, kebiasaan-kebiasaan buruk dalam belajar, hasil belajar
rendah. Kekurangan kurang motif; termasuk kurang bersemangat, sikap tidak baik,
frustasi dan kurang minat dalam belajar.
c. Kerusakan
moral; seperti pendusta, bicara porno, sembrono, mencuri, nilai-nilai belum
berkembang.
d. Sakit
jasmaniah; meliputi sakit yang kronis, kesehatan buruk.
e. Kesalahansuaian
sosial; meliputi tingkah laku anti sosial yang agresif, konflik keluarga,
pengasingan diri, tingkah laku kasar.
B. Penanganan Masalah Murid Sekolah Dasar
Kegiatan penanganan masalah ini akan
berhasil dengan baik bila ditangani secara sistematis dan terencana. Untuk
dapat menangani masalah-masalah secara sistematis dan terencana, berbagai
komponen yang berhubungan dengan permasalahan tersebut perlu dianalisis.
Diantara komponen-komponen penanganan masalah yang perlu dikaji adalah
berkenaan dengan gambaran masalah, latar belakang, dan latar depan masalah,
usaha pencegahan, pemecahan, dan berbagai pihak yang perlu dilibatkan dalam
masalah itu. Berikut ini dijelaskan pokok-pokok yang perlu dipedomani untuk kegiatan
pengkajian tersebut.
1. Gambaran
Masalah
Masalah yang dialami seseorang murid
bersifat unik. Sesuatu masalah yang pada mulanya diklasifikasi sebagai masalah yang sama, tetapi bila diteliti lebih
jauh masalah itu sebenarnya belum tentu persis sama. Dua orang murid yang pada
mulanya diperkirakan malas belajar misalnya, setelah diteliti lebih jauh
ternyata gambarannya akan dapat berbeda. Anak yang satu mungkin malas belajar
setiap ada kegiatan perayaan. Sedangkan anak yang lain malas belajar karena
guru tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk mengemukakan pendapat-pendapat
yang dimilikinya.
Untuk dapat memahami masalah apa
sebenarnya yang dialami seseorang murid, guru terlebih dahulu perlu memberikan
gambaran yang jelas tentang masalah yang dialami murid yang bersangkutan. Hal
ini dapat dilakukan dengan memerikan masalah yang dialami murid dengan
menjelaskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan: (1) tingkah laku apa saja yang
ditampilkan murid sewaktu mengalami masalah
2. Latar
Belakang dan Latar Depan Masalah
Masalah yang dialami murid dapat
ditinjau ke belakang atau ke depan sejak saat masalah itu dirasakannya.
Peninjauan ke belakang memberikan arah kepada penyebab dari masalah tersebut,
sedangkan tinjauan ke depan dapat merupakan pengkajian tentang akibat-akibat
yang mungkin terjadi dari permasalahn itu.
Masalah yang dialami oleh murid tidak
muncul begitu saja, tetapi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor
penyebab timbulnya masalah dapat bersumber dari dalam diri murid sendiri dan
dapat juga dari luar dirinya. Faktor-faktor yang berasal dalam dirinya dapat
berupa keterbatasan kemampuan, keadaan, minat dan perhatian serta motivasi
individu. Sedangkan faktor-faktor yang bersumber dari luar diri dapat berasal
dari lingkungan keluarga; seperti cara mendidik anak yang tidak tepat keluarga
yang tidak harmonis, tuntutan orang tua yang terlalu besar pada anak, dan
keadaan ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan. Di samping faktor keluarga,
lingkungan sekolah dapat juga menyebabkan
timbulnya masalah pada murid. Lingkungan sekolah yang dimaksudkan seperti
kurangnya sarana dan fasilitas sekolah, kurikulum dan materi pelajaran yang
kurang relevan dengan kebutuhan anak, metode pengajaran guru yang kurang
menarik minat anak, tata tertib dan peraturan sekolah yang tidak tepat. Lingkungan
masyarakat disekitar juga dapat turut memberikan sumbangan terhadap timbulnya
masalah seperti teman-teman yang nakal dan mempengaruhi pergaulan anak, media
massa yang tidak sehat, dan keadaan sosial-budaya yang tidak mendukung
perkembangan mereka.
Masalah-masalah yang dialami anak murid
sekarang dapat berakibat tertentu pada dirinya di masa yang akan datang.
Peninjauan ke depan terhadap maslah akan memberikan arah kepada kemungkinan
akibat yang ditimbulkan bila masalah tersebut tidak diatasi. Pengkajian latar
depan ini akan mengarahkan guru dalam memperkirakan langkah-langkah yang akan ditempuhnya untuk mengatasi masalah
yang bakal dialami murid-muridnya.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan komponen yang
penting dalam melakukan analisis masalah yang dialami murid. Tanpa komponen ini
guru tidak akan mungkin menguraikan gambaran masalah murid secara dalam
menyeluruh dan mendalam, termasuk menetapkan latar belakang dan latar depan
masalahnya. Untuk dapat menguraikan gambaran masalah, menentukan latar belakang
dan latar depan masalah, diperlukan data yang lengkap.
4. Usaha
Pencegahan
Komponen lain yang perlu dipertimbangkan
dalam kegiatan analisis masalah murid adalah bagaimana usaha yang dapat
dilakukan, baik oleh guru sekolah, orang tua maupun masyarakat sekitarnya, agar
msalah (seperti yang digambarkan pada komponen pertama di atas) terjadi pada
diri murid-murid. Usaha pencegahan masalah sebenarnya terkait dengan usaha
pencegahan masalah sebenarnya terkait dengan usaha pemotnaan sumber-sumber yang
menyebabkan timbulnya masalah.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh
guru untuk mencegah timbulnya masalah pada diri murid-murid, antara lain
adalah:
a. Memberikan
informasi kepada murid dan orang tua tentang peraturan-peraturan yang berlaku
disekolah.
b. Menciptakan
iklim belajar-mengajar yang menyenangkan.
c. Memperhatikan
perbedaan individu murid.
d. Menumbuhkan
motivasi belajar yang kuat pada murid
e. Menyediakan
alat ddan fasilitas belajar yang memadai
f. Menyelenggarakan
proses belajar-mengajar yang menarik perhatian murid
g. Banyak
melakukan pendekatan dengan murid di luar kelas secara akrab
h. Sering
berkonsultasi dengan orang tua murid, dan
i.
Menerapakan disiplin
sekolah secara konsekuen
5. Usaha
pemecahan masalah
Kegiatan lain yang perlu dilaksanakan
dalam analisis penanganan masalah yang dialami murid adalah usaha-usaha apa
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah itu.
Hal pertama yang perlu diperhatikan
dalam mengatasi masalah murid adalah mengkaji hal-hal yang menyebabkan masalah
tersebut timbul. Bila penyebab dari masalah itu dapat ditemukan, maka guru akan
mendapat arah yang lebih tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagai
contoh, murid yang bermasalah malas belajar. Setelah diteliti dengan seksama
diperoleh keterangan bahwa kemalasan murid tersebut dalam belajar adalah
disebabkan oleh tidak dipahaminya pelajarn dari guru. Bahan belajar yang
diberikan saat itu berhubungan erat dengan bahan belajar sebelumnya. Untuk
kasus yang demikian guru seyogyanya memberi kesempatan kepada murid untuk dapat
mempelajari kembali bahan belajar yang belum dikuasainya itu.
Hal kedua yang perlu diperhatikan dalam
memecahkan masalah murid adalah sikap yang ditampilkan oleh guru dan
orang-orang yang terlibat dalam usaha pengatasan masalah tersebut. Mereka
hendaknya dapat menampilkan sikap yang dilandasi oleh rasa penuh kasih sayang,
terbuka, sabar, tegas, dan konsekuen. Para pelaku yang terlibat dalam
penanganan masalah hendaknya berkemauan keras untuk melaksanakan
tindakan-tindakan yang perlu diambil sehubungan dengan kegiatan pemecahan
masalah tersebut.
Beberapa usaha pemecahan masalah murid
yang dapat dilakukan guru antara lain adalah :
a. Memberikan
pengajaran perbaikan kepada murid
b. Memotivasi
anak untuk giat belajar
c. Memindahkan
tempat duduk ke depan kalau tidak dapat belajar dengan baik di belakang
d. Berkonsultasi
dengan orang tua murid untuk memperoleh kesempatan kerjasama dalam mengatasi
masalah murid yang bersangkutan
e. Memperbaiki
proses belajar-mengajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan murid
6. Pihak-pihak
yang terlibat dalam penanganan masalah
Komponen lain yang perlu juga
diperhatikan dalam menganalisis penanganan masalah murid adalah mengaji
pihak-pihak mana saja yang perli diikutsertakan, misalnya: guru, orang tua,
teman-teman, kepala sekolah, konselor, dan petugas bimbingan lain. Hal ini
perlu diperhatikan karena dalam menangani masalah murid, guru tidak dapat
bekerja sendirian tanpa melibatkan berbagai pihak yang terkait.
Pengkajian tentang siapa saja yang perlu
dilibatkan dalam penanganan masalah murid, tergantung pada sifat dan jenis
masalah yang dialami murid yang bersangkutan. Bila masalah yang dialami murid
adlah masalah belajar didalam kelas dan tidak bersangkut paut dengan
keluarganya, maka pelibatan orang tua dalam hal ini tidaklah begitu penting.
Bila masalah tersebut berkaitan dengan keikutsertaan orang tua di dalamnya,
maka pelibatan orang tua dalam penanganan masalah itu justru amat
diperlukan.
2.
Latar Belakang dan Latar Depan Masalah
a. Latar
Belakang
Dengan mengumpulkan berbagai keterangan
tentang Mardi; seperti mewawancarai Mardi, Agus, dan teman-temannya yang lain,
mengamati tingkah laku Mardi di dalam kelas. Dan melakukan kunjungan rumah ke
tempat tinggal Mardi; gurunya menyimpulkan beberapa hal yang melatar belakangi
timbulnya kebiasaan menyontek pada diri Mardi sebagai berikut.
(1) Mardi
tidak begitu rajin belajar, dia sering tidak memperhatikan guru ketika
menerangkan pelajaran di depan kelas;
(2) Mardi
tidak mengerjakan pekerjaan rumah dengan benar, dia hanya mengandalkan apa yang
telah dibuat temanya.
(3) Mardi
tidak hanya menyadari akibat dari kebiasaanya itu, dan orang tuanya juga tidak
menciptakan suasana yang merangsang Mardi untuk belajar secara teratur, baik di
sekolah maupun di rumah.
(4) Mardi
sangat mengandalkan bentuk tubuhnya yang besar dan tegap sehingga teman-temanya
takut padanya. Dengan demikian dia dapat juga menyerahkan latihan-latihan dan
ulangan-ulangannya kepada guru tepat pada waktunya.
b. Latar
Belakang
Masalah
menyontek yang menjadi masalah Mardi dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
dirinya, antara lain:
(1) Dia
akan terbiasa untuk tidak tertantang dalam mempelajari bahan-bahan belajar yang
harus dikuasainya.
(2) Dia
tidak dapat belajar tanpa ada teman yang menunjuknya dan akhirnya dia selalu
tergantung pada teman-temanya tersebut.
(3) Bila
hasil pekerjaan teman-temanya salah, maka Mardi juga akan ikut salah dan tidak
sempat mempelajari kesalahan itu.
(4) Dikhawatirkan
Mardi akan terus tertinggal dalam belajar dan tidak naik ke kelas enam tahun
berikutnya dan
(5) Kebiasaan Mardi dalam menyontek sebenarnya
masih dapat diatasi bila Mardi menyadari bahwa kebiasaanya itu akan merugikan
dirinya sendiri. Kesadaran itu akan dapat tumbuh bila guru dan orang tua Mardi
dapat bekerja sama untuk mengatasi persoalan tersebut.
3. Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data
yang lengkap tentang kebiasaan yang dilakukan Mardi, guru perlu mengumpulkan
berbagai keterangan tentang Mardi, antara lain dengan melaksanakan kegiatan
sebagai berikut ini:
a. Melakukan
wawancara berkenaan dengan sikap dan tingkahlaku Mardi di sekolah dan di luar
sekolah. Beberapa orang yang dapat diwawancarai adalah Mardi sendiri.,
teman-temanya, dan orang tua Mardi.
b. Melakukan
pengamatan yang cermat terhadap tingkah laku yang di tampilkan Mardi di luar
sekolah.
c. Menyelenggarakan
sosiometri di kelas Mardi untuk melibatkan hubungan sosial Mardi dengan
teman-temanya.
d. Menganalisis
hasil pekerjaan yang dikerjakan Mardi.
4. Masalah Mardi dapat
tidak terjadi kalau ia menyadari pentingnya pekerjaan sendiridalam setiap
mengerjakan pekerjaan sekolah. Untuk dapat menyadari pentingnya belajar
sendiri, Mardi perlu memiliki motivasi yang kuat dalam belajar. Motivasi
belajar Mardi akan tumbuh dengan kuat bila suasana belajar, baik di sekolah
maupun di rumah, terbina dengan baik. Beberapa usaha pencegahan yang dapat
dilakukan guru di sekolah antara lain:
a. Sewaktu
menerangkan pelajaran, guru meminta agar semua murid memperhatikanya, dan
memberi kesempatan kepada mereka untuk bertanya kepada guru kalau ada yang
tidak jelas.
b. Guru
hendak menyajikan pelajaran dengan menarik sehingga murid-murid tetap
memperhatikanya.
c. Bila
ada ulangan atau latihan, guru berusaha melihat satu-persatu pekerjaan yang dilakaukan
murid agar tidak ada kesempatan murid untuk menyontek pekerjaan kawan-kawanya.
d. Menjelaskan
kepada murid bahwa hasil pekerjaan sendiri akan lebih berharga dari pada hasil
menyontek pekerjaan kawan, walaupun hasil pekerjaan yang dibua sendiri salah sama
sekali.
Untuk
pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah agar Mardi tidak hanya
menyalin pekerjaan teman-temanya, adalah:
- Menanamkan
rasa percaya diri pada anak di rumah dengan tetap menghargai pekerjaan
yang dilakukan atas inisiatifnya sendiri, sekalipun hasil pekerjaanya
salah.
- Mengawasi
kegiatan anak agar anak dapat belajar secara teratur di rumah.
- Mengingatkan
anak setiap hari tentang pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikannya di
rumah.
- Memberikan
penguatan-penguatan tertentu kepada anak bila mereka dapat belajar/
bekerja sendiri.
5.
Usaha pemecahan
Masalah
suka menyontek yang dilakukan Mardi perlu diubah dan diatasi, karena hal itu
akan dapat mendatangkan kerugian pada dirinya. Beberapa hal yang dapat
dilakaukan guru untuk mengatasi masalah yang dihadapai Mardi adalah:
- Memanggil
Mardi ke kantor untuk membicarakan secara empat mata tentang kebiasaan
buruknya itu dan kerugian-kerugian yang akan timbul bila dia tidak
berhasil mengubah kebiasaanya itu.
- Membahas masalah menyontek dikelas secara
umum dan meminta pendapat mueid berkenanaan dengan hal tersebut.
- Melakukan
kunjungan rumah ke tempat tinggal Mardi sambil membicarakan masalah yang
di alami Mardi dengan orang tuanya.
- Mengawasi
Mardi bila ada kegiatan latihan atau ulangan yang dikerjakan di kelas.
- Menasehati
teman-teman Mardi agar tidak memperlihatkan pekerjaan mereka kepada Mardi.
6.
Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penanganan Masalah
Untuk
mengatasi masalah menyontek yang dilakukan Mardi diperlukan kerja sama berbagai
pihak, yaitu:
- Mardi
sendiri karena tanpa keikutsertaanya secara aktif, masalahnya tidak dapat
diatasi secara tuntas.
- Guru-guru
Mardi untuk memeotivasi, mengawasi dan membantunya agar Mardi dapat
mengubah kebiasaan menyonteknya itu.
- Orang
tua Mardi guna memotivasi, mengawasi, dan membantu anaknya agar dapat
mandiri dalam belajar di rumah.
- Teman-teman
Mardi supaya mau bekerja sama dalam membantu Mardi mengubah kebiasanya
menyontek.
C. Contoh
Penanganan Kasus Murid Sekolah Dasar
KASUS
: Anak Nakal
- Gambaran
Masalah
Wawan
(nama samaran) adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Sekarang dia berumur
11 tahun dan duduk di kelas IV sekolah dasar. Di Sekolah dia dicap oleh
teman-temanya sebagai anak bandel. Dia suka iseng, senang berkelahi, dan
menganggu teman-temanya. Sewaktu guru menerangkan pelajaran, dia sering tidak
memperhatikannya. Kadang-kadang dia mencolek teman-teman perempuannya. Dia
kadang-kadang berbisik-bisik dengan teman sebelahnya. Bahkan pernah menakuti
teman-temannya yang perempuan dengan seekor lipan yang sudah dikelurkan
bisanya, sehingga teman tadi terpekik ketakutan. Bila ada yang menegur tingkah
lakunya yang demikian, dia menjadi tidak enak dan menentang teman yang menegur
tadi untuk berkelahi.
Orang
tua Wawan sebenarnya sangat menyayangi Wawan. Sebagai anak bungsu, kedua orang
tuanya lebih memperhatiakan, dan segala keperluan Wawan mereka penuhi. Pada
hari liburan dia diajak pergi bersama-sama keluer kota. Tingkah lakunya di
rumah wajar-wajar saja, tetapi di sekolah ia menunjukan perilaku yang aneh-aneh.
Guru-guru sekolah banyak pisingkan oleh tingkah lakunya itu.
Latar
Belakang dan Latar Depan
Latar
Belakang
Dari
berbagai keterangan yang dikumpulkan terungkap bahwa Wawan bertingkah laku
demikian bukan karena persoalan-persoalan yang berasal dari keluarganya,
melainkan karena ia merasa tidak diperhatikan oleh guru dan teman-temanya
disekolah. Kalau ada pelajaran yang menuntut penampilan seperti membaca,
mengerjakan hitungan di papan tulis, atau menjawab pertanyaan-pertanayaan dari
guru, Wawan sering tidak mendapat giliran. Dia sering mengacungkan tangan untuk
tampil dikelas., tetapi guru tidak menunjuknya. Wawan juga berminat menjadi
ketua kelas, tetapi guru dan teman-temanya tidak menyetujuinya. Yang menjadi
ketua kelas adalah teman yang menurut penilaian Wawan adalah teman yang penurut
dan patuh saja kepada guru. Wawan melampiaskan ketidakpuasanya itu dengan
menampilkan tingkah laku yang aneh-aneh supaya guru dan teman-temanya
mengakuainya di kelas.
Latar
Depan
Dengan
memperhatikan keadaan Wawan di kelas sekarang, dikhawatirkan ia akan menderita
beberapa kerugiannanti baik berkenaan dengan kemajuan belajarnya maupun
berhubungan dengan perkembanagan sosial.
Wawan
dapat saja terus-menurus tidak berminat dalam belajar sehinggan akan tertinggal
dalam mata pelajaran yang diikutinya. Disamping itu Wawan akan tetap dicap sebagai anak bandel dan dia
bisa terkucil dari pergaulan dengan teman-temanya di sekolah. Keadaan demikian
tentu juga akan mempengarui minatnya pergi ke sekolah. Bila Wawan tetap
berprilaku seperti sekarang ini, dia akan banyak menemui kesulitan dalam
mengembangkan kemampuanya di sekolah.
Sebetulnya
masalah yang diderita Wawan bukanlah
masalah yang tidak atau sukae diatasi. Masalah Wawan aka segera teratasi bila ia merasa bahwa kebuatuanya untuk
diterima dan dihargai oleh teman-temanya terpenuhi.
Pengumpulan
Data
Masalah
yang di alami Wawan beserta sangkut pautnya satu sama lain akan dapat terungkap
cara lengkap kalau digunakan berbagai kegiatan pengumpulan dan data yang cermat
dan hati-hati.
Usaha Pencegahan
Dengan memperhatikan latar belakang
masalah di atas, kiranya dapat dikatakan bahwa Wawan bertingkah laku nakal
dikelas karena ingin diperhatikan, dihargai, dan diterima oleh guru dan
teman-temannya.
Untuk mencegah masalah kenakalan
pada Wawan guru dapat melakukan usaha sebagai berikut:
a) Bertindak
tegas terhadap setiap tingkah laku yang mengakibatkan orang lain terganggu di
kelas.
b) Menumbuhkan
motivasi belajar yang kuat pada diri Wawan sehingga ia memiliki kemauan yang
kuat dalam belajar, kendatipun ia tidak menjadi juara kelas.
c) Memberikan
perhatian dan kesempatan yang cukup kepada Wawan untuk dapat menampilkan
dirinya di kelas.
d) Melakukan
pendekatan yang akrab dengan semua murid tanpa membeda-bedakan antara yang satu
dengan yang lain
Usaha
Pemecahan
Bila usaha pencegahan sebagaimana
dikemukakan di atas diterapkan oleh guru, besar kkemungkinan masalah Wawan
secara bertahap dapat dikurangi.
Disamping itu ada beberapa hal yang
perlu dilaksanakan guru untuk mengurangi kasus itu yaitu:
a. Memanggil
orang tua Wawan ke sekolah untuk membicarakan kasusnya dan mengajak mereka
untuk bekerjasama guna menghilangkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.
b. Mengalihtangankan
masalah Wawan ke konselor sekolah (bila telah ada ) agar tidak diperoleh hasil
yang lebih memuaskan.
Pihak-pihak
yang terlibat dalam penanganan masalah
Untuk mengatasi masalah yang dialami
Wawan diperlukan kerjasama dengan
berbagai pihak yang terkait dengan penanganannya. Pihak-pihak yang
dimaksud antara lain:
a. Konselor
Sekolah (bila telah ada); keahlian yang dimilikinya akan dapat menyadarkan
Wawan tentang masalah-masalah yang dialaminya dan akibat-akibat yang
ditimbulkan masalah tersebut
b. Orang
tua Wawan; yaitu untuk mengarahkan dan menasehati Wawan di rumah berkenaan
dengan tingkah lakunya di sekolah. Keikutsertaan orang tua sangat penting dalam
upaya penanganan masalah tersebut, karena Wawan kelihatannya sangat menyayangi
kedua orang tuanya. Nasehat yang diberikan orang tuanya akan cukup berarti
dalam pengubahan tingkah laku Wawan.
c. Guru
kelas tempat Wawan belajar. Guru perlu menciptakan iklim belajar yang
menyenangkan bagi semua murid sehingga tidak ada yang merasa tidak diperhatikan
dan dihargai di kelas. Di samping itu juga perlu bertindak tegas kalau ada
penyimpangan tingkah laku yang ditampilkan murid di kelasnya.
D. Pelayanan
Lanjutan; Konseling
Konseling merupakan proses pemberian
bantuan oleh konselor kepada murid (klien ) dan proses itu berlangsung dalam
suasana tatap muka (face to face) dalam waktu yang secara reatif lama. Melalui
konseling, masalah murid (klien) dapat ditangani secara intesif. Murid dibantu
untuk dapat membuka dan memahami dirinya dengan jalan menjelajahi
perasaan-perasaannya, nilai-nilai yang berkembang dalam dirinya,
pandangan-pandangan tentang diri dan lingkungannya, pilihan-pilihan hidupnya,
sikap dan tingkah lakunya dan saling hubungan antara berbagai aspek tersebut.
Melalui konseling, murid juga dapat
dilatih (dengan menerapkan berbagai metode
dan teknik konseling yang relevan) menumbuhkan dan menguasai berbagai sikap dan
tingkah laku baru yang dibutuhkan dalam pengatasan masalah yang dialaminya.
MAKASI , SANGAT MEMBANTU
BalasHapusMakasi banyak mbk ,so helpfull
BalasHapussangat membantu, trims mbak
BalasHapus