1.
PERENCANAAN
A.
Filsafat Perencanaan
Sekurang kurangnya ada
empat filsafat perencanaan , yaitu
1.
Sitesisc ( synthetis )
Manheim (1949)
memandang perencanaan sebagai suatu cra pikir. Dahl dan Linblon ( 1953)
memandang perencanaan sebagai suatau proses pengambilan keputusan. Ezioni (
1969) memandang perencanaan sebagai proses bimbingan social dimana control
social dan consensus yang lemah, ditambahkan juga oleh Etzioni adalah proses
psikologi dalam bentuk pembelajaran yang menekankan pada transaksi interpolasi
2.
Rasionalisme
Menurut paham rasionalisme,
perencanaan dipandang sebagai suatu bentuk pengambilan keputusan , suatu proses
yang mengikuti langkah langkah prosedural dalam mengambil keputusan.
3.
Pengembangan Organisasi
Benis (1969) berpendapat bahwa perencanaan
menurut pandangan pengembangan organisasi adalah salah satu metode perencanaan
, yaitu proses pembelajaran mengenai kesadaran dan perilaku anggota organisasi.
4.
Empiris
Penganut empiris membagi teori
perencanaan atas 1) aliran yang memusatkan perhatian pada aspek politik dan
realitas fungsi ekonomi pada skala nasional, dan 2) aliran yang memfokuskan
perhatian yang berbagai studi politik pembangunan kota.
B.
Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan
pada suatau periode tertentu dalam rangka tujuan yang ditetapkan. Sedangkan
menurut para ahli adalah :
1.
Bintarao Tjokroaminoto ialah proses mempersiapkan
kegiatan kegiatan secara sistematis yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.
Prajudi Atmosudirdja mendefinisikan perencanaan ialah
perhitungan dan penentuan tentang sauatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu , siapa
yang melakukan , bilamana, di mana, dan bagaimana cara melakukanya.
3.
Handoko ( 2003) meliputi (1)pemilihan atau penetapan
tujuan tujuan organisasi., (2) penentuan strategi , kebijakan , proyek, program
, prosedur, metode, system, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan.
Perencanaan pada hakikatnya adalah sauatu proses pengambilan keputusan
atas sejumlah alternatife mengenai
sasaran dan cara cara yang kan
dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki
serta pemantauan dan penilaian atas hasil pelaksanaannya yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang disebut perencanaan
adalah kegiatan yang dilakukan di masa ynag akan datang untuk mencapai tujuan.
Dari definisi perencanaan mengandunmg unsure unsur (1) sejumlah kegiatan yang
ditetapkan sebelumnya, (2)adanya proses, (3) hasil yang ingin dicapai, dan (4)
menyangkut masa depan dalam waktu tertentu. Perencanaan tidak terlepas dari
unsur pelaksanaan termasuk pematauan , penilaian, dan pelaporan. Pengawasan
diperlukan dalam perencanaan agar tidak terjadi penyimpanagan penyimpangan
pengawasan dalam perencanaan dapat dilakukan secara preventif dan respresif.
Pengawasan preventif merupakan pengawasa yang melekat dengan perencanaanya, sedangkan pengawasan
represif merupakan pengawasan fungsional atas perencanaan rencana, baik yang
dilakukan secara internal maupun eksternal oleh aparat pengawas yang ditugasi.
Selanjutnya keempat fungsi dapat dideskripsikan sebagai berikut. Perencanaan
merupakan proses yang sitematis dalam mengambil keputusan tentang tindakan yang
akan dilakukan pada waktu yang akan datang.
Perencanaan juga merupakan kumpulan kebijakan yang secara sistematis
disusun dan dirumuskan berdasarkan data yang dipertanggungjawabkan serta dapat
digunakan sebagai pedoman kerja. Perencanaan program pendidikan sedikitnya
memiliki dua fungsi, fungsi yang utama, pertama, perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan
penyusuanan rangkaian tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
organiosasi atau lembagadenagn mempertimbangkan sumber sumber yang tersediia
atau sumber asumber yang dapat dilakukan. Kedua, perencanaan meruoakan kegiatan
untuk mengarahkan atau menggunakan sumbner sumber terbatas secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
C.
Tujuan Perencanaan
1.
Standar pengawasan yaitu mencocoakn pelaksanaan dengan
perencanaannya.
2.
Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu
kegiatan.
3.
Mengetahui siapa saja yang terlibat (stuktur
organisasinya) baik kualifikasinya maupun kauntitasnya.
4.
Mendapatkan kegiatan kegiatan yang tidak produktif dan
menghemat biaya tenaga dan waktu.
5.
Meminimalkan kegiatan kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga,
dan waktu.
6.
Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan
pekerja.
7.
Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.
8.
Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui
9.
Mengarahkan pada percapaian tujuan.
D.
Manfaat perencanaan
1. Standar
pelaksaanaan dan pengawasan
2. Pemilihan
berbagai alternative terbaik.
3. Penyusunan
skala prioritas , baik sasaran mauopun kegiatan,
4. Menghemat
pemanfaatan sumber daya organisasi’
5. Alat
memudahkan dalam berkordinasi dengn pihak terkait
6. Alat
untuk meminimalkan pekerjaan tidak pasti.
E.
Langkah-langkah dan Syarat Perencanaan
Langkah-langkah dalam perencanaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.
Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai.
2.
Meneliti masalah-masalah atau pekerjaan-pekerjaan yang
akan dilakukan.
3.
Mengumpulkan data dan informasi-informasi yang
diperlukan.
4.
Menentukan tahap-tahap atau rangkaian tindakan.
5.
Merumuskan bagaimana masalah-masalah itu akan
dipecahkan dan bagaimana pekerjaan-pekerjaan itu akan diselesaikan.
Syarat-syarat perencanaan antara lain sebagai berikut:
1.
Perencanaan harus didasarkan atas tujuan yang
jelas.
2.
Bersifat sederhana, realistis, dan praktis.
3.
Terinci, memuat segala uraian serta klasifikasi
kegiatan dan rangkaian tindakan sehingga mudah dipedomani dan dijalankan.
4.
Memiliki fleksibilitas sehinggga disesuaikan
dengan kebutuhan serta kondisi dan situasi sewaktu-waktu.
5.
Terdapat pertimbangan antara bermacam-macam
bidang yang akan digarap dalam perencanaan itu, menurut urgensinya
masing-masing.
6.
Diusahakan agar sedapat mungkin tidak terjadi
adanya duplikasi pelaksanaan.
F. Ruang Lingkup Perencanaan
1.
Perencanaan dari Dimensi Waktu
a.
Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu
10 tahun ke atas. Dalam perencanaan ini belum di tampilkan sasaran-sasaran yang
bersifat kuantitatif, tetapi lebih kepada proyeksi atau prespektif atas keadaan
ideal yang diinginkan dan pencapaian keadaan yang bersifat fundamental. Contoh,
Propenas.
b.
Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu
antara tiga sampai delapan tahun. Di Indonesia umumnya lima tahun. Perencanaan jangka menengah ini
merupakan penjabaran atau uraian perencanaan jangka panjang. Walaupun
perencanaan jangka menengah ini masih bersifat umum, tetapi sudah ditampilkan
saran-saran yang diproyeksikan secara kuantitatif. Contoh, Propeda.
c.
Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Planning)
Jangka waktunya kurang maksimal satu
tahun. Perencanaan jangka pendek tahunan (annual plann) disebut juga
perencanaan (annual operational planning). Contoh, Proyek-proyek.
2.
Perencanaan dari Dimensi Spasial
a. Perencanaan
Nasional
Perencanaan
nasional adalah suatu proses penyusunan perencanaan berskala nasional sebagai
konsensus dan komitmen seluruh rakyat Indonesia yang terarah, terpadu,
menyeluruh untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, memperhitungkan dan
memanfaatkan sumber daya nasional dan memperhatikan perkembangan internasional.
Contoh, Propenas dan perencanaan pendidikan di Indonesia .
b.
Perencanaan Regional
Perencanaan regional ialah pilihan
antarsektor dan hubungan antarsektordalam suatu wilayah sehingga disebut juga
sebagai perencanaan daerah atau wilayah. Contoh, Propeda dan perencanaan
pendidikan di provinsi/kabupaten/kota.
c.
Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan tata ruang ialah
perencanaan yang mengupayakan
pemanfaatan fungsi jawasan tertentu, mengembangkannya secara seimbang,
baik secara ekologis, geografis, maupun demografis. Contoh: perencanaan tata kota , perebcanaan
permukiman, perencanaan kawasan, perencanaan daerah transmigrasi, dan
proyek-proyek.
3.
Perencanaan dari Dimensi Tingkatan Teknis Tingkatan
a.
Perencanaan Makro
Perencanaan makro ialah perncanaan
tentang ekonomi dan nonekonomi secara internal dan eksternal. Perencanaan
ekonomi makro meliputi berapa pendapatan nasional yang akan ditingkatkan,
berapa tingkat konsumsi, investasi pemerintah dan swasta, tingkat ekspor impor,
pajak, bunga bank, dan sebagainya. Pada setiap perencanaan pembangunan
pendidikan nasional, sbelum dirumuskan secara rinci dalam perencanaan sektoral dan regional, maka
diperlukan perencanaan makro yang menggambarkan kerangka makro pendidikan yang
berinteraksi satu sama lainnya. Gunanya untuk melihat keseimbangan kedua faktor
tersebut, baik secara internal maupun eksternal. Contohnya, perencanaan
pendidikan nasional.
b.
Perencanaan Mikro
Perencanaan mikro pendidikan ialah
perencanaan yang disusun dan disesuaikan dengan kondisi otonomi daerah di
bidang pendidikan. Namun, perlu dibedakan
pemetaan sekolah dengan peta sekolah. Peta sekolah hanya menggambarkan
lokasi sekolah. Sedangkan pemetaan sekolah tidak hanya menggambarkan lokasi
sekolah, melainkan juga menggambarkan berbagai data/informasi/faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan, baik data kualitatif maupun
kuantitatif, kebutuhan guru, gedung, dan sebagainya. Tujuan pemetaan sekolah
adalah 1) untuk mengetahui keadaan lengkap sekolah, dan 2) untuk menata kembali
jaringan persekolahan dengan permukiman pendidikan secara lebih baik sehingga
sekolah dapat dimanfaatkan seefesien dan seefektif mungkin. Manfaat pemetaan
sekolah adalah sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah mutu, relevansi,
pemerataan, efesiensi pendidikan, masalah enrolment siswa, dan masalah
kebutuhan guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perencanaan mikro secara teknis antara lain:
1) kebijakan/ketentuan/standar
2) geografis
3) demografis
4) infrastruktur.
Secara non teknis antara lain
1) aspirasi masyarakat terhadap pendidikan
2) sosial ekonomi dan budaya masyarakat
3) politis dan
4) keamanaan.
c.
Perencanaan Sektoral
Perencanaan sektoral adalah kumpulan
program dan kegiatan pendidikan yang mempunyai persamaan ciri dan tujuan.
Perencanaan sektoral memproyeksikan sasaran pembangunan sektor pendidikan dalam
mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah ditentukan. Walaupun perencanaan
sektoral menekan pada sektor tertentu, namun berhubungan dengan sektor
lain, misalnya kaitannya dengan sektor
ekonomoi dengan nonekonomi. Contohnya perencanaan pendidikan
lokal/provinsi/kabupaten/kota.
d.
Perencanaan Kawasan
Perencanaan kawasan ialah perencanaan
yang memperhatikan keadaan lingkungan
kawasan tertentu sebagai pusat kegiatan dengan keunggulan komparatif dan
kompetitif tertentu. Dalam perencanaan kawasan, hal penting yang perlu
mendapatkan perhatian ialah interaksi antar daerah. Contohnya perencanaan
pendidikan kawasan Indonesia Timur.
e.
Perencanaan Proyek
Perencanaan proyek ialah perencanaan
operasional yang menyangkut operasionalsasi kebijakan dan pembangunan dalam
rangka mencapai sasaran sektor dan tujuan pembangunan. Perencanaan proyeksi
ialah perencanaan yang mampu menjawab siabidibam (siapa melakukan apa,
bilamana, dimana, bagimana, dan mengapa) dengan baik. Contohnya Perencanaan
Proyek Unit Sekolah Baru Sekolah Menengah Kejuruan.
4.
Perencanaan dari Dimensi Jenis
Anen
(2000) menyebutkan jenis perencanaan sebagai berikut.
a.
Perencanaan dari Atas ke Bawah (Top Down Planning)
Perencanaan ini
dibuat oleh pucuk pimpinan dalam suatu struktur organisasi, misalnya pemerintah
pusat yang selanjutnya perencanaan tersebut disampaikan ke tingkat
provinsi/kabupaten/kota untuk ditindak lanjuti. Perencanaan ini disebut juga
sebagai perencanaan makro atu perencanaan nasional.
b.
Perencanaan dari Bawah ke Atas (Bottom Up Planning)
Perencanaan ini dibuat oleh tenaga
perencana di tingkat bawah dari suatu struktur organisasi, misalnya dibuat di
provinsi/kabupaten/kota untuk disampaikan ke pemerintah pusat. Perencanaan ini
dapat dibuat pula oleh kepala sekolah untuk disampaikan ke kepala dinas
pendidikan setempat atau guru kepada kepala sekolahnya.
c.
Perencanaan Menyerong ke Samping (Diagonal Planning)
Perencanaan ini dubuat oleh pejabat
lain bersama-sama dengan pejabat yang berada di level bawah di luar struktur
organisasinya. Misalnya Depdiknas Jakarta dan Bappeda Provinsi membuat
perencanaan pendidikan sektoral di daerah. Perencanaan ini disebut juga
perencanaan sektoral.
d.
Perencanaan Mendatar (Horzontal planning)
Perencanaan mendatar dibuat pada saat
membuat perencanaan lintas sektoral oleh pejabat selevel. Misalnya perencanaan
peningkatan sumber daya manusia melibatkan pejabat Departemen Pendidikan,
Departemen Agama, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen
Kesehatan, dan Departemen Sosila.
e.
Perencanaa Mengelinding (Rolling Planing)
Perencanaan menggelinding dibuat oleh
pejabat berwenang dalam bentuk perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang. Perencanaan jangka pendek dinilai setiap tahun pencapaian
kinerjanya, kemudian dilanjutkan tahun berikutnya sehingga perencanaan jangka
menengah tercapai. Demikian seterusnya. Perencanaan ini menghasilkan Rencana
Tahunan, Rencana Lima Tahunan atau Rencana Strategi (Renstra).
f. Perencanaan
Gabungan Atas ke Bawah dan Bawa ke Atas (Top-Down and Bottom-Up Planning)
Perencanaan ini dibuat untuk
mengakomodasi kepentingan pemerintah pusat dengan pemerintah
provinsi/kabupaten/ kota .
Oleh sebab itu,pembuatannya melibatkan partisipasi aktif kedua belah pihak.
Contohnya pembukaan sekolah-sekolah Magister Manajemen, Magister Bisnis
Administrasi, dan kursus-kursus.
G. Teori Perencanaan
1. Teori
Sinoptik
Teori ini adalah teori yang paling
lengkap dibandingkan teori lainnya. Teori sinoptik dalam berbagai literatur
disebut System planning, rational system approach, atau rational comprehensiv
planning. Teori ini sudah menggunakan model berpikir sistem perencanaannya,
objek yang direncanakan dipandang sebagai suatu kesatuan yang bulat, dengan
satu tujuan yang disebut misi. Objek atau tujuan ini diuraikan menjadi
bagian-bagian dengan memakai analisis sistem sehingga sistem menampakan
strukturnya.
Langkah-langkah
perencanaan sinoptik meliputi 1) pengenalan masalah 2) mengestimesi ruang
lingkup problem 3) mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian 4) menginvestigasi
problem 5) memprediksi alternatif 6) mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian
yang spesifik.
2. Teori
Inkremental
Teori inkremental berdasarkan
kemampuan institusi dan kinerja personilnya. Teori ini sangat berhati-hati
terhadap ruang lingkup objek yang akan direncanakan. Jika sesuai kemampuan
sumber daya yang ada dan memberikan manfaat memadai, barulah direncanakan.
Teori ini tidak cocok untuk jangka panjang karena sulit diramalkan. Selain itu,
teori ini bersifat desentralisasi karena tergantung kemampuan lingkungannya.
Perencanaan dengan teori ini dilakukan oleh provinsi/kabupaten/kota/sekolah.
3. Teori
Transaktif
Teori transaktif menekankan pada
hakekat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi.
Keinginan-keinginan individu diteliti satu per satu sebelum perencanaan dimulai.
Komunikasi antar pribadi dilakukan beberapa kali. Ide-ide perencanaan
dievolusikan secara hati-hati dan perlahan di kalangan personalia pendidikan.
Teori ini merupakan perencanaan sepenuhnya tergantung kebutuhan
individu-individu pendidikan di daerah atau di sekolah, karena sekolahlah yang
paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. Perencanaan dengan teori ini
dilakukan oleh provinsi/kabupaten/kota/sekolah.
4. Teori
Advokasi
Teori advokasi menekankan pada
hal-hal yang bersifat umum. Perbedaab individu dan daerah diabaikan. Dasar
perencanaan tidak berdasarkan pengalaman empiris atau penelitian, melainkan
pada argumentasi yang logis, rasional, dan dapat dipertahankan melalui
argumentasi (advokasi). Perencanaan pendidikan dengan teori ini banyak dilakukan
oleh pihak pusat di Jakarta .
5. Teori
Radikal
Teori ini menegaskan pada kebebasan
lembaga lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar lebih
cepat memenuhi kebutuhan loakal. Perencanaan dengan teori ini dilakukan oleh
provinsi/kabupaten/kota/sekolah.
6. Teori
SITAR
Teori SITAR adalah gabungan kelima
teori di atas. Oleh sebab itu disebut juga sebagai complementary planning
process. Teori ini untuk menggabungkan semua kelebihan masing-masing teori
diatas sehingga lebih lengkap.
H. Model-Model Perencanaan Pendidikan
1. Model
Perencanaan Komperhensif
Model
ini terutama digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan. Disamping itu berfungsi sebagai suatu patokan
dalam menjabarkan rencana-rencana yang lebih spesifik ke arah tujuan-tujuan
yang lebih luas
2. Model
target setting
Model
ini diperlukan dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkiraan tingkat
perkembangan dalam kurun waktu tertentu. Dalam persiapannya dikenal 1) model
analisis demografis dan proyeksi penduduk 2) model untuk memproyeksikan
enrolmen (jumlah siswa terdaftar) sekolah 3) model untuk memproyeksikan tenaga
kerja.
3.
Model costing (pembiyaan) dan keefektifan biaya
Model
ini sering digunakan untuk analisis proyek-proyek dalam kriteria efisien dan
efektifitas ekonomis. Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling
fisibel dan memberikan suatu perbandingan yang paling baik di antara
proyek-proyek yang menjadi alternatif penanggulangan masalah yang dihadapi.
Penggunaan
model ini dalam pendidikan di dasarkan pada pertimbangan bahwa pendidikan itu
tidak terlepas pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas dari
masalah pembiyaan. Dan, dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan selama proses
pendidikan, diharapkan pada kurun waktu tertentu dapat memberikan benefit
tertentu.
4. Model
PPBS
PPBS
(planning, programing, budgeting system), dalam bahasa indosesia adalah sistem
perencanaan, penyusunan, program dan penganggaran(SP4). Model ini bermakna
bahwa perencanaan, penyusuna program dan penganggaran dipandang sebagai suatu
sistem yang tak terpisahkan satu sama
lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komperhensif untuk pengambilan
keputusan yang lebih efektif. Beberapa ahli memberikan pengertian, antara lain:
Kast dan Rosenzweig (1979) mengemukakan bahwa PPBS merupakan suatu pendekatan
yang sistematik yang berusaha untuk menetapkan tujuan, mengembangkan
program-program, untuk dicapai, menemukan besarnya biaya dan alternatif dan
menggunakan proses penganggaran yang merefleksikan kegiatan program jangka
panjang. Sedangkan Harry J. Hartley (1968) mengemukakan bahwa PPBS merupakan
proses perencanaan yang komperhensif yang meliputi program budget sebagai
komponen utamanya.
Berdasarkan
kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:
a.
PPBS merupakan pendekatan yang sistematik. Oleh karena
itu, untuk menerapkan PPBS diperlukan pemahaman tentang konsep dan teori
sistem.
b.
PPBS merupakan suatu proses perencanaan komperhensif.
Penerapannya hanya dimungkinkan untuk masalah-masalah yang kompleks dan dalam
organisasi yang dihadapkan pada masalah yang rumit dan komperhensif.
Untuk
memahami PPBS secara baik, maka kita perlu perhatikan sifat-sifat esensial dari
sistem ini. Esensi dari PPBS adalah sebagai berikut:
a.
Memperinci secara cermat dan menganalisis secara
sistematik terhadap tujuan yang hendak dicapai.
b.
Mencari alternatif-alternatif yang relevan, cara yang
berbeda-beda untuk mencapai tujuan.
c.
Menggambarkan biaya total dari setiap alternatif, baik
biaya langsung maupun tidak langsung, biaya yang lewat maupun yang akan datang,
baik biaya uang maupun yang tidak berbentuk uang.
d.
Memberikan gambaran tentang efektifitas setiap
alternatif tersebut, yaitu memberi kombinasi yang memberikan efektifitas yang
paling besar dari sumber yang ada dalam pencapaian tujuan (Jujun S., 1980).
Perlu
dijelaskan, PPBS di lingkungan Depdikbud dimodifikasi menjadi SP4 (Sistem
Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran). Dalam proses ini data tentang
biaya, keuntungan serta kelayakan program dibuat selengkap mungkin, sehingga
pengambilan keputusan dapat menentukan pilihan program yang paling
menguntungkan.
I. Metode-Metode Perencanaan
Beberapa metode perencanaan yang di kemukakan oleh
Augus W . Smith (1982) antara lain:
1.
Metode mean-ways and analysis (analisis mengenai
alat-cara-tujuan)
Metode
ini digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Tiga hal yang perlu di analisis dalam metode ini, yaitu means yang berkaitan dengan
sumber-sumber yang di perlukan, ways yang
berhubungan dengan cara dan alternatif tindakan yang di rumuskan dan bakal di
pilih dan ends yang berhubungan
dengan tujuan yang hendak di capai.
2.
Metode input-output analysis (analisis masukan dan
keluaran)
Metode
ini dilakukan dengan mengadakan pengkajian terhadap interelasi dan interdependensi
berbagai komponen masukan dan keluaran dari suatu sistem. Metode ini dapat di
gunakan untuk menilai alternatif dalam proses transformasi.
3. Metode
aconometric analysis (analisis ekonometrik)
Metode
ini menggunakan data empirik, teori ekonomi dan statistika dalam mengukur
perubahan dalam kaitan dengan ekonomi. Metode ekonometrik mengembangkan
persamaan-persamaan yang menggambarkan hubungan ketergantungan di antara
variabel-variabel yang ada dalam suatu sistem.
4. Metode
cause-effect diagram (diagram sebab akibat)
Metode
ini di gunakan dalam perencanaan dengan menggunakan sikuen hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang masa depan.
Metode ini sangat cocok untuk perencanaan yang bersifat strategik.
5. Metode
delphi
Metode
ini bertujuan untuk menentukan sejumlah alternatif program, mengeksplorasi
asumsi-asumsi atau fakta yang melandasi “Judgments” tertentu dengan mencari
informasi yang di butuhkan untuk mencapai suatu konsensus. Biasanya metode ini
dimulai dengan melontarkan suatu masalah yang bersifat umum untuk
diidentifikasi menjadi masalah yang lebih spesifik.
6. Metode
heuristik
Metode
ini dirancang untuk mengeksplorasi isu-isu dan untuk mengakomodasi
pandangan-pandangan yang bertentangan atau ketidakpastian. Metode ini
didasarkan atas seperangkat prinsip dan prosedur yang mensistematiskan
langkah-langkah dalam usaha pemecahan masalah.
7. Metode
analisis siklus kehidupan (life-cycle analysis)
Metode
ini digunakan terutama untuk mengalokasikan sumber-sumber dengan memperhatikan
siklus kehidupan mengenai produksi, proyek, program atau aktivitas. Dalam
kaitan ini seringkali digunakan bahan-bahan komperatif dengan menganalogkan
data, langkah-langkah yang di tempuh dalam metode ini adalah:
(1)
fase konseptualisasi;
(2)
fase spesifikasi;
(3)
fase pengembangan prototipe;
(4)
fase pengujian dan evaluasi;
(5)
fase operasi;
(6)
fase produksi.
8. Metode
value added analysis (analisis nilai tambah)
Metode
ini digunakan untuk mengukur keberhasilan peningkatan produksi atau
pelayanan. Dengan demikian, kita dapat
mendapatkan gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu terhadap
aspek lainnya.
J. Jenis-Jenis
Perencanaa Pendidikan
1. Menurut
Besarannya (Magnitude)
a. Perencanaan
Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan
yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan di tempuh, tujuan yang ingin di
capai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada tingkat nasional. Rencana
pembangunan nasional dewasa ini biasanya meliputi rencana dalam ekonomi dan
sosial.
b. Perencanaan
Meso
Kebijaksanaan yang telah di tetapkan
pada tingkat makro, kemudian dijabarkan kedalam program-program yang berskala
kecil. Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat operasional di
sesuaikan dengan departemen atau unit-unit (intermediate
unit).
c. Perencanaan
Mikro
Perencanaan mikro di artikan sebagai
perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan penjabaran dari
perencanaan tingkat meso. Khususan-khususan dari lembaga mendapat perhatian,
namun tidak boleh bertentangan dengan apa yang telah di tetapkan dalam
perencanaan makro ataupun meso. Contoh perencanaan mikro yaitu kegiatan belajar
mengajar.
2. Menurut
Tingkatannya
a. Perencanaan
Strategik (Renstra)
Perencanaan strategik di sebut juga
perencanaan jangka panjang. Strategi itu menurut R.G. Murdick J.E. Ross (1983)
di artikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang di harapkan tercapai pada
masa depan. Dapat juga di sebut konsepsi hari depan.
b. Perencanaan
Koordinatif (Managerial)
Perencanaan koordinatif di tujukan
untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah di tetapkan
itu dapat di capai secara efektif dan efisien. Perencanaan koordinatif
(managerial) biasanya sudah terperinci dan menggunakan data statistik. Namun
demikian kadang-kadang juga menggunakan pertimbangan akal sehat.
c.
Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional memusatkan
perhatian pada apa yang akan di kerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan
dari suatu rencana strategi. Perencanaaan ini bersifat spesifik dan berfungsi
untuk memberikan petunjuk konkret tentang bagaimana suatu program atau proyek
khusus di laksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan lain yang di
tetapkan secara jelas sebelumnya. Itulah sebabnya rencana operasional ini telah
di jabarkan dan di terjemahkan ke dalam data kuantitatif yang dapat di ukur dan
biasanya di pergunakan juga dimensi uang.
3. Menurut
Jangka Waktunya
a.
Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek adalah
perencanaan tahunan atau perencanaan yang di buat untuk di laksanakan dalam
waktu kurang dari 5 tahun, sering di sebut sebagai rencana operasional.
Perencanaan ini merupakan penjabaran dari rencana jangka menengah dan jangka
panjang.
b.
Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah mencakup
kurun waktu pelaksanaan 5-10 tahun. Perencanaan ini penjabaran dari rencana
jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat operasional.
c.
Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang meliputi
cakupan waktu di atas 10 tahun sampai dengan 25 tahun. Perencanaan ini
mempunyai jangka yang sangat panjang, lebih-lebih jika dibandingkan dengan
perencanaan jangka menengah, lebih-lebih lagi jika di bandingkan dengan rencana
jangka pendek. Semakin panjang rencana itu, semakin banyak variabel yang sulit
di kontrol.
K. Prinsip Perencanaan
Agar perencanaan menghasilkan rencana
yang baik, konsisten, dan realistis maka kegiatan-kegiatan perencanaan perlu
memperhatikan:
1.
Keadaan sekarang (tidak di mulai dari nol, tetapi dari
sumber daya yang sudah ada),
2.
Keberhasilan dan faktor-faktor kritis keberhasilan,
3.
Kegagalan masa lampau,
4.
Potensi tantangan, dan kendala yang ada,
5.
Kemampuan merubah kelemahan menjadi kekuatan, dan
ancaman menjadi peluang analisis (Strenghts,
Weaknesses, Opportunities, and Threats atau SWOT),
6.
Mengikutsertakan pihak-pihak terkait,
7.
Memperhatikan komitmen dan mengkoordinasikan
pihak-pihak terkait,
8.
Mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi, demokratis,
transparan, realistis, legalistis, dan praktis, dan
9.
Jika mungkin, mengujicobakan kelayakan perencanaan.
L. Teknik-Teknik Perencanaan
1. Diagram
Balok (Bar Chart)
Diagram Balok (Bar Chart) sering di sebut juga diagram Gannt (Gannt Chart), karena diagram ini memberikan gambaran tentang; (1)
kegiatan terperinci dari suatu proyek, (2) waktu memulai sikap kegiatan dan (3)
lamanya kegiatan tersebut. Dalam diagram balok ini terdapat dua macam sumbu,
yaitu absis dan ordinat atau dua dimensi, yaitu vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal menunjukkan tugas atau perincian tugas yang harus di kerjakan,
sedangkan dimensi horisontal menunjukkan waktu, mulai dari yang di tentukan.
Beberapa hal yang di pandang sebagai
kelemahan dari diagram ini antara lain:
a.
Hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya
tidak tergambarkan atau hubungan kebergantungan tidak di tunjukkan.
b.
Tidak dapat di identifikasi, kegiatan mana yang
merupakan kegiatan kritis. Kegiatan kritis yaitu kegiatan yang tidak boleh
tertunda, apabila tertunda mengakibatkan gangguan terhadap penyelesaian
keseluruhan proyek.
c.
Oleh karena itu, proyek yang besar yang memerlukan
kontrol waktu secara ketat, koordinasi dan analisis biaya yang cermat, tidak
menguntungkan apabila menggunakan teknik ini. Meskipun demikian sampai saat ini
diagram balok masih banyak dipergunakan terutama untuk kegiatan-kegiatan yang
tidak kompleks.
2.
Diagram Milstone
Diagram Milstone di sebut juga
diagram struktur perincian kerja. Diagram ini menggambarkan unsur-unsur
fungsional suatu proyek dengan keterkaitannya secara fungsional. Struktur ini
di buat berdasarkan pemecahan struktur proyek yang di susun secara hierarkis.
Apabila proyek secara keseluruhan di anggap sebagai sistem, maka proyek itu di
pecah-pecah menjadi bagian-bagian sistem (subsistem).
3.
PERT dan CPM (Network
Planning)
PERT, (program evaluation and review technique) yaitu teknik penilaian dan
peninjauan program. CPM, (critical path
metode), yaitu metoda jalur kritis. Menurut Richard (1980) PERT di artikan
sebagai teknik manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan proyek-proyek
yang bersifat nonrepetitive (tak berulang). Di samping itu PERT sebagai teknik
manajemen bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan,
gangguan, mengkoordinasikan mensinkronisasikan berbagai bagian sebagai suatu
keseluruhan. Sedangkan menurut Jerry G. Galack (1968) PERT membantu manajer
dalam memecahkan masalah yang bersifat realistis dan menjadi alat yang sangat
penting dalam membuat keputusan.
Kegunaaan PERT ini terletak pada tingkat
ketelitian analisis dari suatu kegiatan, urutan serta hubungan logisnya. Dalam
hal ini merupakan alat yang penting pada fase pra-perencanaan suatu proyek.
PERT dapat di gunakan hampir dalam segala kegiatan, mulai dari memformulasikan
rencana sampai kepada evaluasi dari implementasi suatu rencana. Sedangkan CPM
merupakan suatu teknik perencanaan yang di pergunakan dalam proyek yang
mempunyai data biaya. Perbedaan pokok antara PERT dan CPM terletak pada
penentuan perkiraan waktu yang di butuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan.
Dalam CPM di tentukan dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap
aktivitas. Kedua perkiraan itu adalah perkiraan normal (normal estimate) dan perkiraan cepat (chas estimate). Perkiraan waktu normal kira-kira sama dengan perkiraan
waktu yang paling mungkin dalam PERT. Dan biaya normal adalah biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek dalam waktu normal. Sedangkan perkiraan
waktu cepat di butuhkan jika biaya di asumsikan tidak menjadi masalah untuk
mempersingkat waktu bagi proyek tersebut. Biaya mempercepat merupakan biaya
yang di perlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang di percepat waktu
penyelesaiannya. Dalam hal ini kegiatannya merupakan kegiatan yang kritis atau
alur kritis (critical path). Dalam
kaitan ini manajer melaksanakan prinsip manajemen berdasarkan pengecualian (management by exception). Kegiatan alur
kritis ini merupakan kegiatan yang paling banyak mendapatkan perhatian.
2. PENGORGANISASIAN
A. Pengertian Organisasi Dan
Pengorganisasian
1. Organisasi
Organisasi adalah aktivitas-aktivitas
menyusun dan membentuk hubungan-hubungan sehingga terwujudlah kesatuan usaha
dalam mencapai maksud-maksud dan tujuan-tujuan pendidikan.
a)
Pengertian organisasi menurut para ahli ;
1)
Gibson , Ivancevich , dan Donnelly (1996 : 6) bahwa
organisasi sebagai ‘’wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang
sebelumnya yang tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri‘’. Lebih jauh ketiganya menyebutkan bahwa
organisasi adalah suatu unit terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang
berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran . devinisi
ini menekankan pada upaya peningkatan pencapaian tujuan bersama secara lebih
efektif dan efisien melalui koordinasi
antar unit organisasi.
2)
Stephen P.Robbins (1994 : 4)
‘’kesatuan sosial
yang dikoordinasikan secara sadar , dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan”.
3)
Oteng sutisna (1993 : 205)
“Organisasi yakni mekanisme yang
mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan”.
Definisi ini lebih
menekankan pada mekanisme kerja dalam organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
4)
Chester
I. Barnard
Organisasi mengandung
tiga elemen, yaitu ;
1.
kemampuan untuk bekerja sama
2.
tujuan yang ingin dicapai
3.
komunikasi .
2.
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses
membagi kerja kedalam tugas-tugas ynag lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu
kepada orang yang sesuai dengan kemampuanya, dan mengalokasikan sumber daya,
serta msngkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan
organisasi.
B. Fungsi
Organisasi
1. Organisasi
dapat diartikan
Sebagai
memberi struktur, terutama dalam penyusunan / penempatan panitia-panitia dalam
pekerjaan yang ada dalam struktur itu.
2.
Organisasi dapat pula ditafsirkan sebagai
menetapkan hubungan antara orang-orang .kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggung jawab masing – masing anggota disusun menjadi pola-pola kegiatan yang
tertuju pada tercapainya tujuan-tujuan atau maksud-maksud kegiatan-kegiatan
pendidikan dan pengajaran.
3.
Organisasi dapat diartikan semata-mata
mengingat maksudnya, yakni sebagai alat untuk mempersatukan usaha-usaha untuk
menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan.
C. Prinsip-prinsip
organisasi
1.
Memiliki tujuan yang jelas
2.
Tiap anggota dapat memahami dan menerima tujuan
tersebut.
3.
Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan
kesatuan tindakan dan kesatuan pikiran.
4. Adanya kesatuan perintah, para bawahan hanya mempunyai
seorang atasan langsung; dari padanya ia menerima perintah atau bimbingan,
dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil pekerjaanya.
5.
Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
masing-masing anggota.
6.
Adanya pembagian tugas atau pekerjaan yang sesuai
kemampuan, keahlian, dan bakat
masing-masing, sehingga dapat menimbulkan kerjasama yang harmonis dan
kooperatif.
7.
Pola organisasi hendaknya relatif permanen, dan
struktur organisasi disusun sederhana mungkin , sesuai kebutuhan, koordinasi
,pengawasan, dan pengendalian,
8.
Adanya jaminan keamanan dalam bekerja, anggota tidak
merasa gelisah karena takut dipecat atau ditindak dengan sewenang-wenang .
9.
Adanya gaji atau intensif yang setimpal dengan jasa /
pekerjaan, sehingga dapat menimbulkan gairah kerja .
10. Garis-garis
kekuasaan dan tanggung jawab serta hierarki tata kerjannya jelas tergambar
dalam struktur organisasi .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar