Minggu, 25 Desember 2011

Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor Pendidikan


A.     Fungsi Kepala Sekolah Dahulu Dengan Sekarang
Kita semua mengetahui bahwa tujuan pendidikan di masa penjajahan Belanda disesuaikan dengan tujuan kolonialisme Belanda. Sedangkan pendidikan indonesia sekarang ini harus sesuai dengan dasar dan tujuan negara Republik Indonesia. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah di masa penjajahan Belanda tidakseluas dan seberat tugas dan tanggung jawab kepala sekolah di masa sekarang. Pada masa itu kepala sekolah lebih merupakan seorang "kepala" ia telah dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin sekolah jika iadapat bertindak memerintah dan mengawasi anak buah/guru-gurunya, menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah digariskan dan ditetapkan dari atasannya.
Dalam tugaasnya sehari-hari, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, lebih bsnysk merupsksn tugas-tugas rutin daripada tugas-tugas yang merupakan inisiatif dan kreatif baru dari perkembangandan kemajuan sekolah dan pemimpinnya. Terhadap sekolah pada masa penjajahan Belanda tidak dituntut adanya hubungan dan kerjasama dengan masyarakat, SWekolah merupakan lembaga pendidikan yang terpisah dari kehidupan masyarakat lingkungannya. oleh sebab itu, sebagai kepala sekolah pada masa itu , tidak perlu memikirkan bagaimana membentuk organisasi BP3\ (Badan Pembantu Pembina Pendidikan) atau POMG (Persatuan Orang tua Murid dan Guru), Bagaimana menyusun anggaran BP3/ \POMG dan peraturan/ketentuan-ketentuan yang dapat mengatur hubungan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat, khususnya para orang tua murid, dalam membina dan memajukan sekolahnya. Pemikiran tentang perkembangan atau perubahan kurikulum pun tidak tidak menjadi tanggung jawab kepala seekolah karena hal itu adalah tanggung jawab pemerintah dan telah ditetapkan oleh pemerintah. Kepala sekolah dan Guru-guru tinggal menjalankan seperti apa adanya saja.
ini berlainan dengan kepala sekolah sekarang setelah Indonesia merdeka. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah mengalami perkembangan dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah makin luas dan makin banyak bidangnya. Masalah-masalah pendidikan merupakan masalah nasional sehingga pemecahannya pun harus secara nasional. Dalam usaha memajukan sekolah dan menanggulangi kesulitan-kesulitan yang dialami sekolah, baik yang bersifat material seperti: perbaikan gedung sekolah, penambahan ruang, alat-alat perlengkapan, dsb. Hubungan dan kerjasama yang baik dan produktif antara sekolah dengan masyarakat perlu dibina. Misalnya pembentukan BP3/POMG yang benar-benar dimanfaatkan untuk kemajuan dan pembinaan sekolah, mengadakan hubungan kerjasama dengan intansi-intansilain yang erat hubungannya dengan pendidikan anak-anak, baik negeri maupun swasta.
Adapun syarat-syarat minimal bagi seorang kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a) Memiliki ijizah yang sesuai dengan ketentuan/peraturan yang telah diterapkan oleh pemerintah.
b) Mempunyai pengalaman bekerja yang cukup, terutama di sekolah yang sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya.
c) Memiliki keperibadian yang baik, terutama sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan pendidikan.
d) Mempunyai keahlian dan berpengetahuan luas, terutama mengenai bidang-bidang pengetahuan dan pekerjaan yang diperlukan bagisekolah yng dipimpinnya.
e) Mempunyai ide dna inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolah.


B.     Pengertian Supervisi
Dari segi etimologi supervise berasal dari kata latin, super dan visi. Super artinya mempunyai kelebihan tertentu, seperi kelebihan dalam kedudukan, pangkat, kualitas, sedangkan visi artinya melihat atau mengawasi. Supervisi dapat di artikan sebagai kegiatan pengawasan yang di lalkukan oleh seseorang pejabat terhadap bawahannya, agar bawahnnya itu melakukan tugas dan kewajiban dengan baik, sesuai dengan pertelaan tugas yang telah di gariskan. Adapun pengertian supervisi yang lain adalah :
-          Menurut Kimball Wiles
Supervivi merupakan kegiatan untuk membantu dan melayani guru agar ia dapat melakukan tugasnya secara lebih baik.
-          Buku IID kurikulum 1975
Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka daoat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.


C.    Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi ialah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Sehingga dapat di perinci sebagai berikut :
1.      Meningkatkan efektifitas dan efesiensi belajar mengajar.
2.      Mengendalikan penyelenggaraan  bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan – ketentuan dan kebijakan yang telaha di tetapkan.
3.      Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga segala sesuatunya berjalan dengan lancer dan di peroleh hasil yang maksimal.
4.      Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
5.      Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat di cegah kesalahan dan penyimpangan yang lebih jauh.

Perumusan tujuan supervisi tersebut di atas tertera dalam buku pedoman supervisi menurut Muriel Crosby dalam bukunya “ Coordinating a Supervitory Program, In Supervision Emerging Profesion”, (p. 125).
Tujuan supervisi pendidikan yaitu : “menciptakan kondisi situasi yag memungkinkan pemberian bantuan kepada guru agar mereka itu mampudan terampil dalam menjalankan usaha – usaha yang menunjang proses belajar mengajar “. Perumusan tujuan dapat di uraikan sebagai  berikut. Supervisi bertujuan untuk situasi dan kondisi yang memungkinkan guru menemukan sendiri cara –cara yang paling tepat untuk :
1.      Memahami karakteristik dan kemampuan siswa- siswa secara individual dalam proses belajar.
2.      Menciptakan suasana yang mendorong siswa aktif belajar sendiri, siap mencoba dan menemukan sendiri jawaban soal/masalah serta dapat memberikan makna terhadap pengalaman belajar.
3.      Menjadikan kegiatan belajar di sekolah bersifat dinamis dan kreatif, serta mempunyai arti untuk kehidupan manusia.
Dengan demikian, di tinjau dari orang – orang yang tersupervisi, supervisor sesungguhnya merupakan proses belajar ang menghasilkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan kerja yang baru.
Dengan kata lain, supervisi pendidikan bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku para petugas di sekolah, khususnya duru-guru sehingga mereka lebih mampu dalam menjalankan tugasnya disekolah sebagai tenaga pendidikan professional.

D.    Hubungan Administrati dan Supervisi
Administrasi dan supervisi mempunyai hubungan yang erat. Sebenarnya administrasi dan supervisi tidak dapat dipisahkan, tetapi dalam hal-hal tertentu dapat di bedakan.
a.       Kegiatan administrasi di dasarkan kepada kekuasaan, sedang supervisi di dasarkan pada pelayanan bimbingan dan pembinaan.
b.      Tugas administrasi meliputi keseluruhan bidang tugas di sekolah, termasuk manajemen sekolah, sedangkan supervisi adlahan sebagian dari tugas pengarahan (directing), satu segi dari manajemen sekolah.
c.       Administrasi menyediakan semuakondisi yang dilakukan untuk pelaksanaan program pendidikan, sedang supervisi  menggunakana kondisi-kondisi yang telah di sediakan itu untuk peningkatan mutu belajar.




E.     Ruang Lingkup Supervisi
Ruang lingkup tugas di sekolah meliputi berbagai aspek kehidupan sekolah, khususnya yang berhubungan dengan penyelenggaraan proses belajar mengajar, sebagai implementasi kurikulum yang berlaku.
Dengan demikian program supervisi meliputi penelitian dan pembinaan tentang :
1.      Pelaksanaa kurikulum,
a.       Pembagian tugas
b.      Rencana kerja tahunan sekolah,
c.       Jadwal rencana kerja tahunan guru,
d.      Penerapan satuan pelajaran sebagai system, penyampaian pelajaran.
e.       Pelaksanaan proses belajar mengajar yang meliputi :
-     Perumusan tujuan instruksional khusus dan Tujuan Instruksional Umum
-     Cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar
-     Perencanaan evaluasi belajar ) harian tengah, semester, akhir semester, EBTA.
-     Pengajaran remedial
f.       Program bimbingan siswa.

2.      Ketenagaan,
a.       Kehadiran guru di sekolah dan di kelas.
b.      Partisipasi guru dalam kegiatan kurikuler
c.       Partisipasi guru dalam kegiatan ko-kulikuler
d.      Partisipasi guru dalam penataran, lokakarya, dan sebagainya.
e.       Statistic presensi guru, dan sebaginya.

3.      Supervisi ketata-usahaan.
a.       Menilai dan meniliti admistrasi tata usaha.
b.      Pelaksanaan usul kenaikan tingkat guru atau pegawai.
c.       Pelaksanaan kenaikan gaji berkala.
d.      Buku SPP atau Otorisasi.
e.       Buku koperasi sekolah.

4.      Supervisi sarana dan prasarana pendidikan,
a.       Penyelenggaraan perspustakaan sekolah.
b.      Penyelenggaraan dan keadaan laboratorium.
c.       Pemeliharaan gedung, bangunan, dan halaman sekolah.
d.      Pengadaaan dan penggunaan alat kantor dan perabot.
e.       Pengadaan dan penggunaan alat pelajaran.
f.       Pengadaan dan pengguanaan material dan lain-lain.

5.      Hubungan sekolah dengan masyarakat,
a.       Bentuk dan sifat kerjasama anatara sekolah dan masyarakat.
b.      Manfaat kerjasama dan segi negatifnya ada.
c.       Membina kerjasama.
d.      Efektifitas dan efisiensi kerjasama yang ada.


F.     Tata Cara Pelaksanaan Supervisi
Yang terutama bertugas supervisor sekolah ialah kepala sekolah yang bersangkutan. Tugas supervisi ini juga di bantu oleh wakil kepala sekolah sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu, kadang-kadang juga datang ke suatu sekolah seorang pengawas dari Kanwil Depdikbud dengan pembantunya, mereka adalah pejabat-pejabat Kanwil yang bertugas melakukan supervisi di sekolah. Ada beberapa tatacara yang perlu di perhatikan dalam melakukan tugas supervisi, yaitu :
1.      Supervisi hendaknya di laksanaan dengan persiapan dan perencanaan yang sistematis.
2.      Supervisor hendaknya memberitahukan kepada orang-orang yang bersangkutan tentang rencana supervisi itu.
3.      Agar memperoleh data yang lengkap, supervisor hendaknya jangan hanya menggunakan satu macam teknik, melainkan dengan beberapa macam teknik, seperti wawancara observasi sekolah, kunjungan kelas dan sebagainya.
4.      Laporan hasil supervisi hendaknya di buat rangkap sesuai dengan pejabat yang akan di beri laporan,termasuk sebuah yang untuk di supervise
5.      Penilaian dalam supevisi hendaknya di tuangkan dalam format-format seperti checklist atau ratingscale
6.      Penilaian masing-masing komponen/kegiatan yang di titik dari beberapa aspeknya , agar di cari nilai rata-ratanya
7.      Kemudian berdasarkan atas hasil komponen, di buat rekapitulasi dari seluruh hasil penilaian menegenai sekolah yang bersangkutan.


G.    Fungsi Supervisi
Berdasarkan pedoman supervise yang tertera dalam kurikulum 1975, maka fungsi supervise adalah sebagai berikut:
1.      Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan prasarananya.
2.      Membantu serta membina guru/kepala sekolah dengan cara memberikan petunjuk, penerangan dan latihan agar mereka dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengajarnya.
3.      Membantu kepala sekolah/guru menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Dari uraian tentang supervise di muka dapat di simpulkan bahwa supervise mempunyai bebrapa fungsi, yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa fungsi yaitu :
1.      Fungsi pelayanan (service activity): kegiatan pelayanan untuk peningkatan profesionalnya.
2.      Fungsi penelitian: untuk memperoleh data yang obyektif dan relevan, misalnya untuk menemukan hambatan belajar.
3.      Fungsi kepemimpinan : usaha mempengaruhi orang lain agar yang di supervise dapat memecahkan sendiri masalahnya sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya.
4.      Fungsi manajemen: supervise di lakukan sebagai control atau pengarahan, sebagai aspek dari manajemen.
5.      Fungsi evaluasi: supervise di lakukan untuk mengevaluasi hasil atau kemajuan yang di peroleh.
6.      Fungsi supervise sebagai bimbingan.
7.      Fungsi supervise sebagai pendidikan dalam jabatan (in-service education) khususnya bagi guru muda atau siswa sekolah pendidikan guru.


H.    Prinsip-Prinsip Supervisi
Agar suoervisi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, perlu diperhatikan prinsip-prinsip atau asas-asas berikut ini:
1.      Praktis : dapat dikerjakan, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
2.      Fungsional: supervise dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi pembangunan manajemen pendidikan dan peningkatan proses belajar mengajar.
3.      Relevansi: pelaksanaan supervise seharusnya sesuai dan menunjang pelaksanaan yang berlaku.
4.      Ilmiah : supervise perlu di laksanakan secara:
a.       sistematis, terprogram dan berkesinambungan.
b.      Obyektif, bebas dari prasangka.
5.      Demokrasi : bila supervise sesuai dengan prinsip-prinsio demokrasi maka proses yang di tempuh untuk pengambilan keputusan ialah melalui musyawarah untuk mencapai kemufakatan. Hikmah masyarakat akan di capai biloa semua peserta yang terlibat dalam proses supervise itu memiliki jiwa dan semangat kekeluargaan, sehingga sanggup menerima dan menghormati pendapat orang lain.
6.      Kooperatif : Prinsip kooperatif mengharuskan adanya semangat kerjasama antar supervisor dangan si-tersupervisi (guru). Hasil karya manusia akan di capai seoptimal mungkin apabila terjalin kerjasama yang baik antara manusia-manusia yang terlibat dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan bersama, khususnya di sini, untuk peningkatan mutu pendidikan yang profesional.
7.      Konstruktif dan Kreatif : Supervisi yang di dasarkan atas prinsip kontruktif dan kreatif akan mendorong kepada bawahan yang dibimbing untuk memperbaiki kelemahan-kelemakan atau kekurangannya secara kreatif, berusaha meningkatkan prestasi kerjanya. Meskipun supervise itu bersifat mengawas pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran, tidak berarti supervior mementingkan usaha mencari-cari kesalahan orang lain, seperti yang di lakukan supervisor jaman penjajahan yang bersikap otoriter.






I.       Tenaga Supervisi
Yang menjadi tenaga supervise adalah :
1.      Kepala sekolah terhadap guru-guru.
2.      Penilik TK/SD, SLB terhadap kepala/guru TK, SD, dan SLB dan kebudayaan.
3.      Kepala seksei TK, SD, SLB (tingkat kabupaten/kota manday) terhadap penilik TK, SD, SLB/ kepala sekolah dan kebudayaan.
4.      Kepala Bidang Pendidikan Dasar Pendidikan Guru terhadap Kepala Seksi TK, SD, SLB/ penilik berdasarkan struktur mekanisme yang berlaku.
5.      Kepala Bidang Pendidikan Menengah Umum terhadap kepala sekolah SMP, SMA.


J.      Kepala sekolah sebagai supervisor
1.      Tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan Supervisor adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia hendaknya pandai menari, meneliti, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai.
2.      Prinsip-prinsip dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk menjalankan tindakan-tindakan supervisi sebaik-baiknya kepala sekolah hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a.       Supervisi hendaknya bersifat konstuktif dan kreatif
b.      Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realitis, mudah dilaksanakan)
c.       Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
d.      Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.
e.       Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar hubungan pribadi.
f.       Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah.
g.      Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan perasaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-guru.
h.      Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan, atau kekuasaan pribadi.
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau  cepat-lambatnya hasil supervisi itu, antara lain ialah:
a.       Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada.
b.      Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
c.       Tingkat dan jenis sekolah.
d.      Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia.
e.       Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. 

K.    Fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pengajaran
Secara umum, kegiatan atau usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sesuai dengan fungsinya sebagai supervisor antara lain :
1)      Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.
2)      Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah
3)      Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.
4)      Membina kerja sama yanag baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya
5)      Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah.
6)      Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau POMG dan instan-instan lain dalam rangka peningkatan mutu pendidikan para siswa.

L.     Teknik-teknik supervisi
1.      Teknik perseorangan
Teknik perseorangan adalah supervisi yang dilakukan secara perseorangan.
a.                                                                   Mengadakan kunjungan kelas ( classroom visitation)
Kunjungan kelas adalah kunjungan sewaktu-waktu yng dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syrat didaktis atau mendotik yang sesuai. Dan untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki. Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan diskusi empat mata antara supervisor dengan guru yang bersangkutan.
b.                                                                  Mengadakan kunjungan observasi ( observation visits)
Guru-guru dari suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk mengamati seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara menggunakan alat atau media yang baru seperti audio-visual aids misalnya seperti sosiodrama.Kunjungan observasi dapat dilakukan disekolah sendiri (intraschool visits) atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain (interschool visits). Kunjungan observasi juga diikuti dengan mengadakan diskusi diantara guru-guru pengamat dengan demonstaran, yang dilakukan segera setelah demonstrasi mengajar selesai dilakukan.
c.       Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajaripribadi siswa dan atau mengatasi problema yang dialami siswa.Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa. Misalnya siswa yang lamban dalam belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siswa yang “nakal”, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Masalah-masalah tersebut lebih baik dipecahkan atau diatasi oleh guru kelas itu sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau konselor yang mungkin akan memakan waktu yang lebih lama untuk mengatasinya. Disamping itu, kita pun harus menyadari bahwa guru kelas atau wali kelas adalah pembimbing yang utama. Oleh karena itu, peranan supervisor, terutama kepala sekolah , dalam hal ini sangat diperlukn.
d.      Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum sekolah.
Antara lain:
-          Menyusun program catur wulan atau program semester
-          Menyusun atau membuat program satuan pelajaran
-          Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas
-          Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran
-          Menggunakan media dan sumber dalam proses  belajar mengajar
-          Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang ekstra kurikuler, study tour, dan sebagainya.
Berbagai kegiatan supervisi tersebut diatas, disamping dapat dilakukan dengan teknik perseorangan, dapat juga dengan teknik kelompok, bergantung pada tujuan dan situasinya.
2.      Teknik kelompok
Teknik kelompok adalah supervisi yang dilakukan secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
a.       Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)
Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya. Termasuk di dalm perencanaan itu antara lain mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru. Berbagai hal dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi seperti hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan kurikulum, pembinaan administrasi atau tatalaksana sekolah, termasuk BP3 atau POMG dan pengelolaan keuangan sekolah.
b.      Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)
Untuk SD dapat pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata pelajaran- mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dngan usaha pengembangan dan peranan proses belajar mengajar. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat ataupun saran-saran yang diperlukan.
c.       Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudh banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentng metodologi pengajaran dan penataran tentang administrasi pendidikan. Bahwa penataran-penataran tersebut pda umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekan oleh guru-guru.



Adapun teknik-teknik supervise yang lain yaitu
1.      Percakapan pribadi
Melalui percakapan itu dapat di bicarakan bagaimana dapat meningkatkan kemampuan kerja yng telah di miliki oleh guru. Di samping itu tentunya dapat pula di bahas bagaimana guru dapat mengetahui kielemahan-kelemahan maupun maslah-masalah yang di hadapi guru dalam dalam menyelenggarakan pengajaran.
Teknik ini di lakukan setelah supervisor mendapatkan data melalui observasi atau kunjungan kelas. Oleh karena itu apa bila ternyata dalam pelaksanaan tugas guru bertindak kleliru atau bersikap kurang tepat, maka dalam percakapan inilah supervisormenyarankan cara-cara bersikap dan bertindak yajng lebih tepat. Teknik percakapan pribadi di tempuh agar guru mengetahuai bagaimana mengembangkan segi-segi positif kegiatanya, serta mengatasi segi-segi  kelemahan dan masalahnya untuk dapat bersikap dan bertindak tepat dalam mengajar.
2.      Diskusi antar pengawas atau pengawas dengan guru
3.      Saling mengunjungi
4.      Rapat kerja, lokakarya dan karyawisata.
Rapat kerja, lokakarya dan karyawisata yang sengaja di rencanakan untuk menambah pengalaman, meningkatkan kemampuan, menemukan atau menerapkan teknik-teknik mengajar yang lebih baik atau untuk keperluan latihan kerja merupakan kegiatan supervise yang sering di lakukan untuk peningkatan kemampuan professional. Pengembangan kemampuan professional dilakukan pula dengan memanfaatkan media massa seperti surat kabar majalah, radio, televise, brosur, selebaran dan sebagainya. Melalui media massa tersebut penemuan-penemuan baru, hasil-hasil musyawarah, penggunaan teknologi instruksional, penyebaran bahan-bahan informasi kependidikan dapat di sebarkan kepada masyarakat pada umumnyan dan kepada tenaga guru pada khusunya.
Sumber-sumber informasi profesionak perlu di usahakan agar terjangkau dan dapat di manfaatkan oleh para guru. Untuk keperluan itu sekolah-sekolah dan pusat-pusat latihan belajar mengumpulkan bahan-bahan bacaan maupaun bahan audio-visual (film slide, transparan) sebagai perpustakaan jabatan.
Supervisor mengusahakan pengadaan, penyelenggaraan dan pemanfaatan perpustakan jabatan tersebut.
Peningkatan pengetahuan professional tersebut dapat terlaksana apabila tersedia sarana dan sumber informasi, misalnya : majalah, surat kabar, brosur pendidikan dan kepustakaan jabatan.
5.      Perpustakan guru yang mencangkup buku-buku peganagn guru, brosur, majalah, dll
6.      Laboratorium kurikulum.
Sumber materi kurikulum perlu di kembangkan karenamerupakan perpustakan khusu yang berisi bahan-bahan yang di hasilkan melalui pengembangan kuriulum. Sarana-sarana yang di perlukian untuk pengembangan bahan-bahan kurikulum tersebut, ialah laboratorium dan media kurikulum.
Contoh-contoh kurikulum, model satuian pelajaran, bentuk-bentuk set sumber-sumber tenaga teknologi instruksional dan sebagainya dapat di pelajari di nlaboratorium tersebut.
Dalam laboratorium kurikulum dapat di pelajari: cara-cara dan hasil-hasil pengembangan kurikulum.
Teknik supervise yang mungkin lebih mudah vdi laksanakan ialah pembinaan pengetahuan, sikap dan keterampilan professional melalui penilaian diri sendiri oleh guru. Supervisor menyiapkan daftar soal atau pertanyaan untuk mengatahui apakah para guru telah memiliki pengetahuan, sikap atau keterampilan professional yang di harapkan dari padanay. Seteoah mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan tersebut, para guru di minta menerima menerima sendiri hasil pekerjaan itu. Dengan menggunakan dasar penilaian atau patokan penilaian yang telah ditetapkan, para guru dapat5 menemukan sendiri sejauh mana atau ada tingkat mana ia telah menguasai pengetahuan, sikap atau keterampilan professional yang di harapkan. Tujua penilaian ini adalah agar guru mengenal sendiri kemampuan atau kelemahan sehingga menjadi jelas baginya dalam segi kemampuan mana ia berusaha maningkatkan dirinya sebagai tenaga professional pendidikan.
7.      Penataran umum maupun khusus
8.      Survei/penelitian sederhana dan praktis dalam batas dan kemampuan serta kemungkinan yang ada.
9.      Penilaian (evaluasi) oleh guru sendiri


M.   Pembagian tugas pekerjaan kepada guru
Kepala sekolah sebagai pemimpin dan supervisor di sekolah yang dipimpinnya harus dapat memperhatikan:
-          Apakah jumlah guru di sekolah telah cukup banyaknya?
-          Apakah tidak terlalu banyak guru honorer dan kekurangan guru tetap?
-          Apakah terlalu banyak guru wnita dibanding dengan guru pria, atau sebaliknya?
Usaha ini dapat dilakukan dengn jalan meminta atau melaporkan kepada atasan masing-masing, atau dengan jalan mencari sendiri guru yang diperlukan dan kemudian mengusulkannya kepada atasan yang berwenang. Selanjutnya tugas kepala sekolah adalah memberikan tugas kepada guru tersebut. Bagaimana pemberian tugas atau penempatan guru di dalam kelas oleh pemimpin sekolah.
1.      Sistem penempatan guru dalam kelas
Masalah pemberian tugas/ penempatan guru dalam kelas merupakan masalah penting dalam rangka supervisi yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Kita mengenal sedikitnya tiga sistem, yaitu (1) sistem guru kelas, (2) sistem guru bidang studi, dan (3) sistem campuran. Ketiga sistem tersebut masing-masing ada kebaikan dan keburukannya.
a.       Sistem guru kelas
Kebaikannya:
-          Guru dapat mengenal agak mendalam individu-individu murid masing-masing.
-          Itu semua dapat memudahkan guru dalam memberikan pelajaran dan cara mengevaluasi yang lebih objektif.
-          Guru terpaksa belajar menguasai semua mata pelajaran yang diberikan di kelas itu
Keburukannya :
-          Tidak semua guru menyukai semua mata pelajaran.
-          Guru setiap hari menghadapi kelas/murid-murid yang itu-itu saja.
-          Jika guru itu bertahun-tahun memegang satu tingkat kelas, dapat mengakibatkan pengetahuan guru itu statis.
b.      Sistem guru bidang studi
Kebaikannya:
-        Cara mengajar dan hasil belajar dapat lebih baik karena dipegang/diberikan oleh guru-guru yang menguasai vaknya.
-        Guru tidak lekas bosan mengajar karena selalu berganti kelas dan murid-muridnya.
-        Memungkinkan guru memperdalam vaknya lebih baik, menjurus kepada hobi dan keahliannya.
Kekurangannya:
-          Guru kurang dapat mengenal dengan baik pribadi individu masing-masing anak sehingga dia kurang dapat menyesuaikan pelajarannya dengan kemampuan untuk masing-masing.
-          Pekerjaan koreksi guru itu terlalu banyak sehingga memungkinkan penilaian yang tidak objektif.
-          Jika guru orang yang statis, dapat menyebabkan guru mengajar secara konservatif-tradisional, tidak mengikuti perkembangan masyarakat.
c.       Sistem campuran
Melihat kebaikan dan keburukan tersebut diatas, kita dapat mengatakan sistem campuran lebih baik. Tetapi, kita mengetahui bahwa kecocokan kedua sistem itu berbeda-beda: sistem guru kelas lebih baik untuk SD, sisitem guru vak lebih baik untuk SL.
2.      Cara memilih dan menempatkan guru dalam kelas
a.       Penempatan guru-guru SD
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini ialah:
1.      Tiap guru ditempatkan sesuai dengan ijazah dan pengalamannya masing-masing.
2.      Kepala sekolah harus mengenal betul-betul pribadi guru masing-masing, siapa yang sesuai untuk mengajar dikelas satu dan siapa di kelas enam tersebut.
3.      Untuk mengadakan sistem campuran, setiap guru dapat disuruh memilih dan memperdalam vak-vak apa yang sangat disukainya, untuk selanjutnya disamping sebagai guru kelas tertentu, mengajar pula bidang studi yang telah dipilhnya itu dikelas-kelas lain.
4.      Mata-mata pelajaran yang baik untuk diberikan dengan sistem guru bidang studi ialah mata pelajaran ekspresi yang tidak biasanya semua guru dapat menguasainya, seperti pendidikan agama, pekerjaaan tangan/ketrampilan, menggambar, seni suara (kesenian) dan olahraga. Sedangkan mata-mata pelajaran lain tetap dipegang oleh guru kelas masing-masing.
5.      Perlu adanya penyusunan Rooster (daftar pelajaran) yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak sampai terjadi tumbukan atau saling mengganggu ketenangan belajar.
6.      Setahun atau dua tahun sekali perlu diadakan pertukaran guru kelas untuk menjaga timbilnya kebosanan. Tetapi, jangan terlalu sering dan disesuaikan dengan kepentingan kelas-kelas itu masing-masing.    
b.      Penempatan guru-guru  SMTP/SMTA
Sistem guru bidang studi tetap dipergunakan di SMTP/SMTA. Akan tetapi, dalam pelaksanaan praktek sehari-hari, kita dapat melihat cara penempatan dan pembagian tugas yang masih kurang sesuai dengan yang seharusnya.
Yang menjadi dasar pertimbangan dalam pembagian tugas itu hanyalah “pembagian rizki” yang adil bagi semua guru.
Akibat daripadanya dapat kita lihat:
-          Guru tidak menguasai bahan yang diajarkan
-          Persiapan guru tidk teratur (tidak sempat membuat persiapan)
-          Cara mengajr yang semaunya saja
-           Kebencuian dan kebosanaan belajar pada murid-murid
-          Tidak adanya kuntinuitas bahan pelajaran dari kelas satu ke kelas berikutnya
-          Mutu pelajaran yang makin merosot
-          Kurikulum sekolah tidak tercapai
Dalam penempatan tugas dan pembagian tugas guru-guru di SMTP dan SMTA perlu diperhatikan:
-          Setiap guru memegang vak sesuai dengan ijazah atau kehliannya masing-masing
-          Untuk kelas-kelas tertinggi perlu dipilih guru-guru yang berpengalaman.
-          Untuk bidang studi yang tidak ada gunanya, dapat diserahkan kepada guru yang mempunyai hobi pada vak tersebut (sebelum guru vak yang bersangkutan dapat diusahakan)

Pembagian tugas wali kelas:
Pembagian tugas wali kelas sebaiknya didasarkan atas pertimbangan:
-          Banyaknya jam pelajaran yang diajarkan guru kelas itu
-          Kewajiban guru terhadap kelas itu, dan
-          Sedapat mungkin guru tetap di sekolah itu.
Tugas wali kelas harus jelas (dibuat peraturan yang terinci).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar