A. Pengertian
Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal
kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu
digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan kedalam bahasa
inggris dalam bentuk kata kerja to
manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
menjadi manajemen atau pengelolaan.
Manajemen sering diartikan sebagai
ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang
sebagai suatu bidang pengetahuan yang
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaiman mencapai sasaran
melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas dalam proses manajemen terlibat
fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer / pimpinan, yaitu :
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading),
dan pengawasan (controling). Oleh karena itu, manejemen diartikan sebagai
proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi
dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan
efisien. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran
melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang
sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai
suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.
a. Manajemen
Sebagai Ilmu
Pada
mulanya managemen belum dapat dikatakan sebagai teori, karena teori harus
terdiri dari konsep konsep yang secara sistematis dapat menjelaskan dan
meramalkan apa yang akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan
penelitian. Setelah dipelajari selama beberapa zaman, manajemen telah memenuhi persyaratan sebagai bidang
pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana
orang orang bekerjasama. Menurut luther Gulick(1965) manajemen memenuhi syarat
sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki serangkaian teori, meskipun teori
teori itu masih terlalu umum dan subyektif.
b. Manajemen
Itu Suatu Kiat atau Seni
Menurut Mary Parker Follet
dalam Stoner, 1986 manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan
melelui orang-orang. (The art of getting things done through people). Definisi
ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai
tujuan organisasi dengan cara mengatur
orang lain. Hal senada juga diungkapkan Henry M. Botinger, manajemen sebagai
suatu seni membutuhkan tiga unsur, yaitu: pandangan , pengetahuan teknis, dan
komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu, keterampilan
perlu dikembangkan melalui pelatihan manajemen, seperti halnya melatih seniman.
Pada masa yang akan datang ada kemungkinan bidang manajemen akan lebih banyak
menyerupai seni dari pada ilmu.
c. Managemen Merupakan Suatu Profesi
Profesi
adalah suatu pekerjaan yang menuntut persyaratan tertentu. Persyaratan suatu
profesi menghendaki berbagai kompetensisebagai dasar keahlian khusus, diakui
dan dihargai oleh masyarakat dan pemerintah, dan memiliki kode etik. Demikian
halnya dengan manajemen sebagai suatu profesi dituntut persyaratan tertentu.
Seorang profesional menurut Robert L.Katz harus mempunyai kemampuan atau
kompetensi :konseptual, sosisal, sosial(hubungan manusiawi), dan tekhnikal.
B. Definisi
Pendidikan
Driyarkara (1920) mengatakan bahwa
pendidikan itu adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda
ketaraf mendidik. Dalam Dictionary of Education dinyatakan bahwa pendidikan
adalah :(a).Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku
lainnya didalam masyarakat tempat mereka hidup, (b) proses sosial yang terjadi
pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang datang dalam sekolah), sehingga mereka dapat
memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan
kata lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas individu untuk
menghasilkan perubahan – perubahan yang sifatnya permanen (tetap) dalam tingkah
laku, pikiran, dan sikap.
Ditinjau dari sudut hukum,
definisi pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, pasal 1 ayat (1), yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Pendidikan tidak hanya dipandang
sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga untuk
kehidupan sekarang yang dialami individu dalam perkembangannya menuju tingkat
kedewasaaanya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat didefinisikan beberapa
ciri pendidikan, antara lain :
a. Pendidikan
mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk
kepentingan hidup
b. Untuk
mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih
isi (materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang sesuai
c. Kegiatan
pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, seklah dan masyarakat
Jadi
definisi manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Manajemen pendidikan dapat pula
didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
C. Pendidikan
Perlu Manajemen
Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan,
antara lain :
1. Terwujudnya
suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif , Kreatif, Efektif,
Menyenangkan, dan Bermakna (PAKEM).
2. Terciptanya
peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Terpenuhinya
salah satu dari lima kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi
manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer).
4. Tercapainya
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5. Terbekalinya
tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen
pendidikan).
6. Teratasinya
masalah mutu pendidikan karena 80 % masalah mutu disebabkan oleh manajemen.
Tujuan
Manajemen Pendidikan
1. Produkivitas
adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh ( output) dengan jumlah
sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output
berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumber
daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb).
2. Kualitas menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian
atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan
/atau jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot
dan/atau kinerjanya (Preffer end Coote, 1991). Jasa / pelayanan atau produk
tersebut harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan pelanggannya.
Dengan demikian mutu adalah jasa/produk yang menyamai bahkan melebihi harapan
pelanggan sehingga pelanggan mendapat kepuasan
3. Efektifitas
Adalah ukuran keberhasilan tujuan
organisasi. Etzioni (1964:187) mengatakan bahwa “keefektifan adalah derajat
dimana organisasi mencapai tujuannya atau menurut Sergiovani (1987:33) yaitu,
“Kesesuaian yang dicapai organisasi dengan tujuan “Efektifitas institusi
pendidikan terdiri dari dimensi menejemen dan kepemimpinan sekolah, guru,
tenaga kependidikan, dan personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana/prasarana,
pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakatnya, pengelolaan bidang
khusus lainnya hasil nyatanya merujuk pada hasil yang diharapkan bahkan
menunjukkan kedekatan/ kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang di
harapkan. Efektifitas dapat juga
ditelaah dari : (1) Masukkan yang merata;(2) keluaran yang banyak dan bermutu
tinggi; (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang
sedang membangun; (4) pendapatan tamatan yang memadai (Engkoswara,1987) .
4. Efisiensi
Berkaiatan dengan cara yaitu membuat
sesuatu dengan betul (doing things right) sementara efektifitas adalah
menyangkut tujuan (doing the right things) atau efektifitas adalah perbandingan
antara rencana dengna tujuan yang dicapai, efisiensi lebih ditekankan pada
perbandingan antara input/sumber daya dengan output. Suatu kegiatan dikatakan
efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau
pemakaian sumber daya yang minimal. Efisiensi pendidikan adalah bagaimana
tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan
sarana.
D. Paradigma
Manajemen Pendidikan
Berbicara
mengenai sistem pendidikan dinegara kita tercinta ini, seolah tidak ada
habis-habisnya memicu kontroversi dan polemik berkepanjangan yang terus
bergulir dengan komentar yang munculkan seperti “ganti pimpinan (menteri)
berarti ganti kebijakan (sistem)” atau “tahun ajaran baru, ganti buku baru”,
apakah ini sudah menjadi “suratan takdir“ bagi anak bangsa ini yang harus
dijalani dalam proses menuju perbaikannya?
Dunia pendidikan (nasional) dirasakan selalu tertinggal dibandingkan dengan perkembangan teknologi, informasi maupun dunia bisnis yang seharusnya seiring sejalan dalam perkembangannya mengikuti tuntutan dan zamannya, apakah karena dunia pendidikan lebih banyak dan harus berorientasi kepada human investment ketimbang memikirkan profit and lost yang bernaung dalam suatu wadah/lembaga dengan embel-embel nirlaba? Mungkin ini suatu fenomena yang sering terjadi dalam dunia pendidikan (nasional) manakala kita ingin maju dan dihadapkan pada tantangan globalisasi disemua sektor.
Konsekuensi yang muncul ketika kita ingin mewujudkan harapan cita-cita mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan dapat terwujud adalah bagaimana agar masyarakat mempunyai rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perkembangan dunia pendidikan ini mengingat dalam membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan tidak cukup hanya dengan memiliki spirit semata yang lebih konkrit lagi adalah terbentuknya suatu keinginan atau political will dan komitmen yang kuat dari segenap lapisan
Upaya menjawab kebutuhan dan tantangan dunia global saat ini, paling tidak ada dua aspek dalam sistem pendidikan yang dapat kita jadikan bahan kajian dan kita gali untuk dilakukan perubahan menjadi paradigma baru yang berlaku. Aspek pertama adalah dalam hal metode pembelajaran, sejak dahulu metode pembelajaran kita selalu berorientasi dan bersumber hanya kepada guru dan berlangsung satu arah (one way), kita sepakat bahwa metode ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi dengan tanpa mengenyampingkan bahwa GURU itu tetap harus menjadi insan yang patut di Gugu dan di tiRu. Sudah saatnya kini orientasi berubah tidak hanya kepada satu sumber saja (Guru), tetapi harus dilakukan berorientai kepada siswa dan secara multi arah, dengan terjadinya proses interaksi ini diharapkan akan menstimulir para siwa untuk lebih menumbuhkan tingkat kepercayaan dirinya, proaktif, mau saling bertukar informasi, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, berfikir kritis, membangun kerja sama, memahami dan menghormati akan adanya perbedaan pendapat dan masih banyak harapan positif lainnya yang lahir dari adanya perubahan tersebut serta pada akhirnya siswa akan dihadapkan pada realitas yang sebenarnya dalam memandang dan memahami konteks dalam kehidupan kesehariannya.
Aspek kedua adalah menyangkut manajemen lembaga pendidikan itu sendiri, seperti kita alami selama ini dimana pada waktu sebelumnya sekolah hanya bergerak dan beroperasi sendiri-sendiri secara mandiri, maka dalam konteks pembelajaran masa kini dan kedepan setiap sekolah harus mempunyai dan membangun networking antar lembaga pendidikan yang dapat saling bertukar informasi, pengetahuan dan sumber daya, artinya sekolah lain sebagai institusi tidak lagi dipandang sebagai rival atau kompetitor semata tetapi lebih sebagai mitra (counterpart). Memang jika kita pikirkan kembali kedua aspek paradigma baru ini dalam implementasinya tidak akan semudah seperti membalik telapak tangan, akan banyak ekses maupun aspek lainnya yang harus dipikirkan seperti misalnya berakibat akan adanya perubahan dan peran sebuah lembaga pendidikan yang selama ini kita pahami. Namun melalui konteks perubahan ini kelak akan jelas terlihat bagaimana sektor pendidikan akan dapat bersinergi dan seiring sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, pengetahuan dan bisnis sekalipun, karena ouput dari suatu pendidikan menjadi lebih berkualitas.
Dunia pendidikan (nasional) dirasakan selalu tertinggal dibandingkan dengan perkembangan teknologi, informasi maupun dunia bisnis yang seharusnya seiring sejalan dalam perkembangannya mengikuti tuntutan dan zamannya, apakah karena dunia pendidikan lebih banyak dan harus berorientasi kepada human investment ketimbang memikirkan profit and lost yang bernaung dalam suatu wadah/lembaga dengan embel-embel nirlaba? Mungkin ini suatu fenomena yang sering terjadi dalam dunia pendidikan (nasional) manakala kita ingin maju dan dihadapkan pada tantangan globalisasi disemua sektor.
Konsekuensi yang muncul ketika kita ingin mewujudkan harapan cita-cita mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan dapat terwujud adalah bagaimana agar masyarakat mempunyai rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perkembangan dunia pendidikan ini mengingat dalam membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan tidak cukup hanya dengan memiliki spirit semata yang lebih konkrit lagi adalah terbentuknya suatu keinginan atau political will dan komitmen yang kuat dari segenap lapisan
Upaya menjawab kebutuhan dan tantangan dunia global saat ini, paling tidak ada dua aspek dalam sistem pendidikan yang dapat kita jadikan bahan kajian dan kita gali untuk dilakukan perubahan menjadi paradigma baru yang berlaku. Aspek pertama adalah dalam hal metode pembelajaran, sejak dahulu metode pembelajaran kita selalu berorientasi dan bersumber hanya kepada guru dan berlangsung satu arah (one way), kita sepakat bahwa metode ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi dengan tanpa mengenyampingkan bahwa GURU itu tetap harus menjadi insan yang patut di Gugu dan di tiRu. Sudah saatnya kini orientasi berubah tidak hanya kepada satu sumber saja (Guru), tetapi harus dilakukan berorientai kepada siswa dan secara multi arah, dengan terjadinya proses interaksi ini diharapkan akan menstimulir para siwa untuk lebih menumbuhkan tingkat kepercayaan dirinya, proaktif, mau saling bertukar informasi, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, berfikir kritis, membangun kerja sama, memahami dan menghormati akan adanya perbedaan pendapat dan masih banyak harapan positif lainnya yang lahir dari adanya perubahan tersebut serta pada akhirnya siswa akan dihadapkan pada realitas yang sebenarnya dalam memandang dan memahami konteks dalam kehidupan kesehariannya.
Aspek kedua adalah menyangkut manajemen lembaga pendidikan itu sendiri, seperti kita alami selama ini dimana pada waktu sebelumnya sekolah hanya bergerak dan beroperasi sendiri-sendiri secara mandiri, maka dalam konteks pembelajaran masa kini dan kedepan setiap sekolah harus mempunyai dan membangun networking antar lembaga pendidikan yang dapat saling bertukar informasi, pengetahuan dan sumber daya, artinya sekolah lain sebagai institusi tidak lagi dipandang sebagai rival atau kompetitor semata tetapi lebih sebagai mitra (counterpart). Memang jika kita pikirkan kembali kedua aspek paradigma baru ini dalam implementasinya tidak akan semudah seperti membalik telapak tangan, akan banyak ekses maupun aspek lainnya yang harus dipikirkan seperti misalnya berakibat akan adanya perubahan dan peran sebuah lembaga pendidikan yang selama ini kita pahami. Namun melalui konteks perubahan ini kelak akan jelas terlihat bagaimana sektor pendidikan akan dapat bersinergi dan seiring sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, pengetahuan dan bisnis sekalipun, karena ouput dari suatu pendidikan menjadi lebih berkualitas.
Output yang bagaimana yang dapat
kita harapkan dari suatu proses perubahan pendidikan dalam menuju kearah
peningkatan kualitas adalah tergantung dari bagaimana kita mengimplemantisakan,
dengan tetap berkomitmen dan berpegang pada aspek perubahan paradigma baru
sistem pendidikan dan stressing nya difokuskan terhadap hal hal berikut ini :
(R.Eko Inrajit, 2006, Halaman 379)
1. Sistem
Pendidikan harus diimplementasikan dengan berpegang pada prinsip “muatan
lokal,orientasiglobal”
2. Konten dan kurikulum yang dibuat harus
berbasis pada penciptaan kompetensi siswa (kognitif, afektif dan psikomotorik)
3. Proses
belajar mengajar harus berorientasi pada pemecahan masalah riil dalam
kehidupan, tidak sekedar mengawang-awang (problem base learning)
4. Fasilitas
sarana dan prasarana harus berbasis teknologi informasi agar dapat tercipta
jejaring pendidikan antar sekolah dan lembaga lainnya
5. Sumber
daya manusia yang terlibat dalam proses pendidkan harus mempunyai kemampuan
multi dimensi yang dapat merangsang multi intelejensia peserta didik
6. Manajemen
pendidikan harus berbasis sekolah? Sistem informasi terpadu untuk menunjang
proses administrasi dan strategis
7. Otoritas
pemerintah daerah diharapkan lebih berperan dalam menunjang infrastruktur dan
suprastruktur pendidikan ? Sesuai strategi otonomi daerah yang diterapkan
secara nasional.
Kita sepaham dan sepakat pada akhirnya bahwa “nasib” keberhasilan anak bangsa ini untuk dapat berkompetisi dan berhasil memenangkan persaingan di segala sektor di era global ini berada pada institusi pendidikan. Dalam upaya menciptakan keunggulan kompetitif ini, masyarakat perlu berpartisipasi secara aktif untuk dapat menumbuhkan dan menciptakan inovasi yang berharga bagi perkembangan dunia pendidikan, karena tanpa ada inovasi yang signifikan, pendidikan nasional hanya akan menghasilkan output yang tidak mandiri, kurang percaya diri dan selalu akan tergantung pada pihak lain.
Kita sepaham dan sepakat pada akhirnya bahwa “nasib” keberhasilan anak bangsa ini untuk dapat berkompetisi dan berhasil memenangkan persaingan di segala sektor di era global ini berada pada institusi pendidikan. Dalam upaya menciptakan keunggulan kompetitif ini, masyarakat perlu berpartisipasi secara aktif untuk dapat menumbuhkan dan menciptakan inovasi yang berharga bagi perkembangan dunia pendidikan, karena tanpa ada inovasi yang signifikan, pendidikan nasional hanya akan menghasilkan output yang tidak mandiri, kurang percaya diri dan selalu akan tergantung pada pihak lain.
Dalam
perspektif masyarakat terhadap pendidikan harus mampu menjembatani dan
mengatasi kesenjangan antara proses, hasil dan pengalaman selama dibangku
sekolah dengan kenyataan tuntutan hidup yang riil. Dalam era globalisasi ini
tantangan pendidikan menjadi tidak terbatas (waktu, lokasi dll), jika kita
(masyarakat) berdiam diri dan tidak mempunyai keinginan untuk melakukan suatu
perubahan kearah perbaikan, maka bersiap-siaplah kita sebagai bangsa akan
termajinalisasikan secara alami.
Perkembangan
yang pesat dari teknologi informasi telah banyak mengubah paradigma pendidikan.
Dalam hal ini guru dan dosen turut juga berubah peran. Kalau dulu mereka adalah
sebagai sumber ilmu, maka sekarang berubah menjadi fasilitator dan mediator
untuk akses ilmu.
Secara
umum teknologi informasi telah mengubah paradigma pendidikan. Dalam hal ini
terdapat dua konteks perubahan paradigma baru pendidikan berbasis teknologi
informasi. Pertama adalah yang terkait dengan pengajarannya dan kedua terkait
dengan manajemen pendidikannya.
Pengajaran berbasis teknologi
informasi memiliki karakteristik sebagai berikut :
·
dari instruksi yang terpusat pada
guru –> instruksi terpusat pada siswa
·
dari stimulasi single -sense –>
stimulasi multisensory
·
dari pengembangan single path –>
pengembangan multi path
·
dari single media –> multimedia
·
dari isolasi –> kolaborasi
·
dari informasi sepihak –>
pertukaran informasi
·
dari belajar pasif –> belajar
aktif
·
dari sifat faktual –> berfikir
kritis
·
dari pengetahuan –> pengambilan
keputusan
·
dari respon reaktif –> proaktif
dan tindakan terencana
·
dari konteks artificial –>
konteks dunia nyata
Selain
model pembelajaran, teknologi informasi juga telah mengubah paradigma dalam hal
manajemen pendidikan. Terdapat beberapa karakteristik perubahan paradigma baru
manajemen pendidikan, yaitu :
·
dari belajar sekali seumur hidup
–> pembelajar seumur hidup
·
dari menara gading –> pasar yang
kompetitif
·
dari sekolah single mode –>
sekolah multiple mode
·
dari sekolah berlingkup
melebar –> sekolah dengan profil khas/spesifik
·
dari sekolah isolatif –> sekolah
kooperatif
·
dari kurikulum single faculty –>
kurikulum inter faculty
·
dari broad basic studies –> just
in time basic studies
·
dari lulusan berorientasi kurikulum
–> sertifikasi ilmu pengetahuan
·
dari pembelajaran beroriantasi
termin –> learning on demand
·
dari kurikulum linear –> ruang
pembelajaran
Dua
perubahan paradigma baru pendidikan diatas tentunya juga akan mengubah konteks
dan konsep pendidikan. Implementasi kedua perubahan paradigma
tersebut harus disikapi lewat upaya sebagai berikut :
1.
Sistem pendidikan harus berorientasi
pada ” muatan lokal namun orientasi global”
2.
Konten dan kurikulum harus berbasis
pada pendiptaan kompetensi siswa (baik secara kognitif, afektif ataupun
psikomotorik)
3.
Proses pembelajaran harus
berorientasi pada pemecahan riil dalam kehidupan (problem based
learning).
4.
Teknologi informasi harus
dioptimalkan guna menciptakan jejaring pendidikan antar sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya.
5.
Individu yang terlibat dalam proses
pendidikan harus memiliki kemampuan multidimensi agar bisa mengoptimalkan
multi-intelejensia peserta didik.
6.
Manajemen sekolah harus terpadu
secara administrasi maupun akademis
7.
Kebijakan keuangan harus bersifat
otonom dengan memanfaatkan kemampuan potensi lokal.
Bagan:
Kerangka Konsep Dasar Manajemen
PANDANGAN
TENTANG MANAJEMEN SEBAGAI
(Ilmu,
Kiat/Seni dan Profesi)
|
FALSAFAH
MANAJEMEN
(Hakikat:
Tujuan,Orang, Kerja)
|
PRINSIP-PRINSIP
MANAJEMEN
(MBO,
MBP, MBI, MIS)
|
TEORI-TEORI
MANAJEMEN
(Teori
Klasik, neoklasik, modern)
|
PRAKTIK
MANAJERIAL:
1. Perencanaan
(Planning)
2.
Pengorganisasian(organizing)
3.
Pemimpin(Leading)
4. Pengawasan(Controling)
|
SUMBER-SUMBER
DAYA
1. Manusia
2.
Sarana
3.
Biaya
4.
Teknologi
5. Informasi
|
MUTU,
EFISIENSI, RELEVANSI, DAN KREATIVITAS
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar