Sabtu, 24 Desember 2011

Konsep Dasar Manajemen Pendidikan



A.  Pengertian Manajemen
              Kata manajemen  berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.  Managere diterjemahkan kedalam bahasa inggris  dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.
              Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther  Gulick karena manajemen dipandang sebagai  suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaiman mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam  tugas dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer / pimpinan, yaitu : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan (controling). Oleh karena itu, manejemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.

a.    Manajemen Sebagai Ilmu
              Pada mulanya managemen belum dapat dikatakan sebagai teori, karena teori harus terdiri dari konsep konsep yang secara sistematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian. Setelah dipelajari selama beberapa zaman, manajemen  telah memenuhi persyaratan sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang orang bekerjasama. Menurut luther Gulick(1965) manajemen memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki serangkaian teori, meskipun teori teori itu masih terlalu umum dan subyektif.

b.    Manajemen Itu Suatu Kiat atau Seni
                   Menurut Mary Parker  Follet  dalam Stoner, 1986 manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melelui orang-orang. (The art of getting things done through people). Definisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi  dengan cara mengatur orang lain. Hal senada juga diungkapkan Henry M. Botinger, manajemen sebagai suatu seni membutuhkan tiga unsur, yaitu: pandangan , pengetahuan teknis, dan komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu, keterampilan perlu dikembangkan melalui pelatihan manajemen, seperti halnya melatih seniman. Pada masa yang akan datang ada kemungkinan bidang manajemen akan lebih banyak menyerupai seni dari pada ilmu.

c.  Managemen Merupakan Suatu Profesi
          Profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut persyaratan tertentu. Persyaratan suatu profesi menghendaki berbagai kompetensisebagai dasar keahlian khusus, diakui dan dihargai oleh masyarakat dan pemerintah, dan memiliki kode etik. Demikian halnya dengan manajemen sebagai suatu profesi dituntut persyaratan tertentu. Seorang profesional menurut Robert L.Katz harus mempunyai kemampuan atau kompetensi :konseptual, sosisal, sosial(hubungan manusiawi), dan tekhnikal.

B.  Definisi Pendidikan
              Driyarkara (1920) mengatakan bahwa pendidikan itu adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ketaraf mendidik. Dalam Dictionary of Education dinyatakan bahwa pendidikan adalah :(a).Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya didalam masyarakat tempat mereka hidup, (b) proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dalam sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata lain pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan – perubahan yang sifatnya permanen (tetap) dalam tingkah laku, pikiran, dan sikap.
              Ditinjau dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 1 ayat (1), yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
              Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam perkembangannya menuju tingkat kedewasaaanya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat didefinisikan beberapa ciri pendidikan, antara lain :
a.    Pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup
b.    Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi), strategi, dan teknik penilaiannya yang sesuai
c.    Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, seklah dan masyarakat
              
                    Jadi definisi manajemen pendidikan dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
     Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

C.  Pendidikan Perlu Manajemen
     Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan, antara lain :
1.    Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif , Kreatif, Efektif, Menyenangkan, dan Bermakna (PAKEM).
2.    Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
3.    Terpenuhinya salah satu dari lima kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer).
4.    Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5.    Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan).
6.    Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80 % masalah mutu disebabkan oleh manajemen.
Tujuan Manajemen Pendidikan
1.    Produkivitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh ( output) dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input). Produktivitas dapat dinyatakan secara  kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan kuantitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dsb).
2.    Kualitas  menunjukkan kepada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau dikenakan kepada barang (products) dan /atau jasa (services) tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas bobot dan/atau kinerjanya (Preffer end Coote, 1991). Jasa / pelayanan atau produk tersebut harus menyamai atau melebihi kebutuhan atau harapan pelanggannya. Dengan demikian mutu adalah jasa/produk yang menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan sehingga pelanggan mendapat kepuasan
3.    Efektifitas
     Adalah ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Etzioni (1964:187) mengatakan bahwa “keefektifan adalah derajat dimana organisasi mencapai tujuannya atau menurut Sergiovani (1987:33) yaitu, “Kesesuaian yang dicapai organisasi dengan tujuan “Efektifitas institusi pendidikan terdiri dari dimensi menejemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana/prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakatnya, pengelolaan bidang khusus lainnya hasil nyatanya merujuk pada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan/ kemiripan antara hasil nyata dengan hasil yang di harapkan. Efektifitas dapat  juga ditelaah dari : (1) Masukkan yang merata;(2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi; (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun; (4) pendapatan tamatan yang memadai (Engkoswara,1987) .
4.    Efisiensi
     Berkaiatan dengan cara yaitu membuat sesuatu dengan betul (doing things right) sementara efektifitas adalah menyangkut tujuan (doing the right things) atau efektifitas adalah perbandingan antara rencana dengna tujuan yang dicapai, efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input/sumber daya dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efisien bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal. Efisiensi pendidikan adalah bagaimana tujuan itu dicapai dengan memiliki tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan sarana.

D.  Paradigma Manajemen Pendidikan
               Berbicara mengenai sistem pendidikan dinegara kita tercinta ini, seolah tidak ada habis-habisnya memicu kontroversi dan polemik berkepanjangan yang terus bergulir dengan komentar yang munculkan seperti “ganti pimpinan (menteri) berarti ganti kebijakan (sistem)” atau “tahun ajaran baru, ganti buku baru”, apakah ini sudah menjadi “suratan takdir“ bagi anak bangsa ini yang harus dijalani dalam proses menuju perbaikannya?
          Dunia pendidikan (nasional) dirasakan selalu tertinggal dibandingkan dengan perkembangan teknologi, informasi maupun dunia bisnis yang seharusnya seiring sejalan dalam perkembangannya mengikuti tuntutan dan zamannya, apakah karena dunia pendidikan lebih banyak dan harus berorientasi kepada human investment ketimbang memikirkan profit and lost yang bernaung dalam suatu wadah/lembaga dengan embel-embel nirlaba? Mungkin ini suatu fenomena yang sering terjadi dalam dunia pendidikan (nasional) manakala kita ingin maju dan dihadapkan pada tantangan globalisasi disemua sektor.
          Konsekuensi yang muncul ketika kita ingin mewujudkan harapan cita-cita mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan dapat terwujud adalah bagaimana agar masyarakat mempunyai rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perkembangan dunia pendidikan ini mengingat dalam membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan tidak cukup hanya dengan memiliki spirit semata yang lebih konkrit lagi adalah terbentuknya suatu keinginan atau political will dan komitmen yang kuat dari segenap lapisan
          Upaya menjawab kebutuhan dan tantangan dunia global saat ini, paling tidak ada dua aspek dalam sistem pendidikan yang dapat kita jadikan bahan kajian dan kita gali untuk dilakukan perubahan menjadi paradigma baru yang berlaku. Aspek pertama adalah dalam hal metode pembelajaran, sejak dahulu metode pembelajaran kita selalu berorientasi dan bersumber hanya kepada guru dan berlangsung satu arah (one way), kita sepakat bahwa metode ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi dengan tanpa mengenyampingkan bahwa GURU itu tetap harus menjadi insan yang patut di Gugu dan di tiRu. Sudah saatnya kini orientasi berubah tidak hanya kepada satu sumber saja (Guru), tetapi harus dilakukan berorientai kepada siswa dan secara multi arah, dengan terjadinya proses interaksi ini diharapkan akan menstimulir para siwa untuk lebih menumbuhkan tingkat kepercayaan dirinya, proaktif, mau saling bertukar informasi, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, berfikir kritis, membangun kerja sama, memahami dan menghormati akan adanya perbedaan pendapat dan masih banyak harapan positif lainnya yang lahir dari adanya perubahan tersebut serta pada akhirnya siswa akan dihadapkan pada realitas yang sebenarnya dalam memandang dan memahami konteks dalam kehidupan kesehariannya.
          Aspek kedua adalah menyangkut manajemen lembaga pendidikan itu sendiri, seperti kita alami selama ini dimana pada waktu sebelumnya sekolah hanya bergerak dan beroperasi sendiri-sendiri secara mandiri, maka dalam konteks pembelajaran masa kini dan kedepan setiap sekolah harus mempunyai dan membangun networking antar lembaga pendidikan yang dapat saling bertukar informasi, pengetahuan dan sumber daya, artinya sekolah lain sebagai institusi tidak lagi dipandang sebagai rival atau kompetitor semata tetapi lebih sebagai mitra (counterpart). Memang jika kita pikirkan kembali kedua aspek paradigma baru ini dalam implementasinya tidak akan semudah seperti membalik telapak tangan, akan banyak ekses maupun aspek lainnya yang harus dipikirkan seperti misalnya berakibat akan adanya perubahan dan peran sebuah lembaga pendidikan yang selama ini kita pahami. Namun melalui konteks perubahan ini kelak akan jelas terlihat bagaimana sektor pendidikan akan dapat bersinergi dan seiring sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, pengetahuan dan bisnis sekalipun, karena ouput dari suatu pendidikan menjadi lebih berkualitas.
              Output yang bagaimana yang dapat kita harapkan dari suatu proses perubahan pendidikan dalam menuju kearah peningkatan kualitas adalah tergantung dari bagaimana kita mengimplemantisakan, dengan tetap berkomitmen dan berpegang pada aspek perubahan paradigma baru sistem pendidikan dan stressing nya difokuskan terhadap hal hal berikut ini : (R.Eko Inrajit, 2006, Halaman 379)
1.      Sistem Pendidikan harus diimplementasikan dengan berpegang pada prinsip “muatan lokal,orientasiglobal”
2.       Konten dan kurikulum yang dibuat harus berbasis pada penciptaan kompetensi siswa (kognitif, afektif dan psikomotorik)
3.      Proses belajar mengajar harus berorientasi pada pemecahan masalah riil dalam kehidupan, tidak sekedar mengawang-awang (problem base learning)
4.      Fasilitas sarana dan prasarana harus berbasis teknologi informasi agar dapat tercipta jejaring pendidikan antar sekolah dan lembaga lainnya
5.      Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidkan harus mempunyai kemampuan multi dimensi yang dapat merangsang multi intelejensia peserta didik
6.      Manajemen pendidikan harus berbasis sekolah? Sistem informasi terpadu untuk menunjang proses administrasi dan strategis
7.      Otoritas pemerintah daerah diharapkan lebih berperan dalam menunjang infrastruktur dan suprastruktur pendidikan ? Sesuai strategi otonomi daerah yang diterapkan secara nasional.
            Kita sepaham dan sepakat pada akhirnya bahwa “nasib” keberhasilan anak bangsa ini untuk dapat berkompetisi dan berhasil memenangkan persaingan di segala sektor di era global ini berada pada institusi pendidikan. Dalam upaya menciptakan keunggulan kompetitif ini, masyarakat perlu berpartisipasi secara aktif untuk dapat menumbuhkan dan menciptakan inovasi yang berharga bagi perkembangan dunia pendidikan, karena tanpa ada inovasi yang signifikan, pendidikan nasional hanya akan menghasilkan output yang tidak mandiri, kurang percaya diri dan selalu akan tergantung pada pihak lain.
            Dalam perspektif masyarakat terhadap pendidikan harus mampu menjembatani dan mengatasi kesenjangan antara proses, hasil dan pengalaman selama dibangku sekolah dengan kenyataan tuntutan hidup yang riil. Dalam era globalisasi ini tantangan pendidikan menjadi tidak terbatas (waktu, lokasi dll), jika kita (masyarakat) berdiam diri dan tidak mempunyai keinginan untuk melakukan suatu perubahan kearah perbaikan, maka bersiap-siaplah kita sebagai bangsa akan termajinalisasikan secara alami.
                        Perkembangan yang pesat dari teknologi informasi telah banyak mengubah paradigma pendidikan. Dalam hal ini guru dan dosen turut juga berubah peran. Kalau dulu mereka adalah sebagai sumber ilmu, maka sekarang berubah menjadi fasilitator dan mediator untuk akses ilmu.
                        Secara umum teknologi informasi telah mengubah paradigma pendidikan. Dalam hal ini terdapat dua konteks perubahan paradigma baru pendidikan berbasis teknologi informasi. Pertama adalah yang terkait dengan pengajarannya dan kedua terkait dengan manajemen pendidikannya.
            Pengajaran berbasis teknologi informasi memiliki karakteristik sebagai berikut :            
·            dari instruksi yang terpusat pada guru –>  instruksi terpusat pada siswa
·            dari stimulasi single -sense –> stimulasi multisensory
·            dari pengembangan single path –> pengembangan multi path
·            dari single media –> multimedia
·            dari isolasi –> kolaborasi
·            dari informasi sepihak –> pertukaran informasi
·            dari belajar pasif –> belajar aktif
·            dari sifat faktual –> berfikir kritis
·            dari pengetahuan –> pengambilan keputusan
·            dari respon reaktif –> proaktif dan tindakan terencana
·            dari konteks artificial –> konteks dunia nyata
                   Selain model pembelajaran, teknologi informasi juga telah mengubah paradigma dalam hal manajemen pendidikan. Terdapat beberapa karakteristik perubahan paradigma baru manajemen pendidikan, yaitu :
·            dari belajar sekali seumur hidup –> pembelajar seumur hidup
·            dari menara gading –> pasar yang kompetitif
·            dari sekolah single mode –> sekolah multiple mode
·            dari sekolah  berlingkup melebar –> sekolah dengan profil khas/spesifik
·            dari sekolah isolatif –> sekolah kooperatif
·            dari kurikulum single faculty –> kurikulum inter faculty
·            dari broad basic studies –> just in time basic studies
·            dari lulusan berorientasi kurikulum –> sertifikasi ilmu pengetahuan
·            dari pembelajaran beroriantasi termin –> learning on demand
·            dari kurikulum linear –> ruang pembelajaran
       Dua perubahan paradigma baru pendidikan diatas tentunya juga akan mengubah konteks dan konsep pendidikan.  Implementasi kedua perubahan paradigma tersebut  harus disikapi lewat upaya sebagai berikut :
1.    Sistem pendidikan harus berorientasi pada ” muatan lokal namun orientasi global”
2.    Konten dan kurikulum harus berbasis pada pendiptaan kompetensi siswa (baik secara kognitif, afektif ataupun psikomotorik)
3.    Proses pembelajaran harus berorientasi  pada pemecahan riil dalam kehidupan (problem based learning).
4.    Teknologi informasi harus dioptimalkan guna menciptakan jejaring pendidikan antar sekolah atau lembaga pendidikan lainnya.
5.    Individu yang terlibat dalam proses pendidikan harus memiliki kemampuan multidimensi agar bisa mengoptimalkan multi-intelejensia peserta didik.
6.    Manajemen sekolah harus terpadu secara administrasi maupun akademis
7.    Kebijakan keuangan harus bersifat otonom dengan memanfaatkan kemampuan potensi lokal.
Bagan: Kerangka Konsep Dasar Manajemen
PANDANGAN TENTANG MANAJEMEN SEBAGAI
(Ilmu, Kiat/Seni dan Profesi)
FALSAFAH MANAJEMEN
(Hakikat: Tujuan,Orang, Kerja)
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN
(MBO, MBP, MBI, MIS)
TEORI-TEORI MANAJEMEN
(Teori Klasik, neoklasik, modern)
PRAKTIK MANAJERIAL:
1.       Perencanaan (Planning)
2.       Pengorganisasian(organizing)
3.       Pemimpin(Leading)
4.       Pengawasan(Controling)
SUMBER-SUMBER DAYA
1.       Manusia
2.       Sarana
3.       Biaya
4.       Teknologi
5.       Informasi
MUTU, EFISIENSI, RELEVANSI, DAN KREATIVITAS
 










  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar