Sabtu, 24 Desember 2011

Konsep Perencanaan, Pengorganisasian, Pengawasan dan Pengarahan 2


A.    Kepengawasan (Supervisi)
Supervisi adalah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru/ pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan  instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi, dalam kegiatan supervise, gurur-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai patner  bekerja yang memiliki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu di dengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.
Menurut Keputusan Menteri P dan K RI No. 0134/0/1977 tugas  pengawas dalam pendidikan dirinci sebagai berikut:
1)      Mengendalikan pelaksanaan kurikulum meliputi isi, metode penyajian, penggunaan alat perlengkapan dan penilaiannya agar berlangsung sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2)      Pengendalian tenaga teknis sekolah agar terpenuhi persyaratan formal yang berlaku dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3)      Mengendalikan pengadaan, penggunaan dan memelihara sarana sekolah sesuai ketentuan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku serta menjaga agar kualitas dan kuantitas sarana sekolah memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
4)      Mengendalikan tata usaha sekolah meliputi urusan kepegawaian, urusan keuangan dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5)      Mengendalikan hubungan kerja sama dalam masyarakat, antara lain dengan pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain.
6)      Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketetapan dan waktu.
7)      Menilai pelaksanaan kerja tenaga teknis sekolah.
8)      Menilai pemanfaatan sarana sekolah.
9)      Menilai efisiensi dan keefektifan tata usaha sekolah.
10)  Menilai hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain,
11)   Melaksanakan program supervisi sekolah serta memberikan petunjuk perbaikan terhadap penyimpangan dalam pengolahan sekolah meliputi segi:
a)      Proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai pada periode tertentu:
b)      Kegiatan sekolah di bidang pengelolaan gedung dan bangunan, halaman, perabot, dan alat-alat kantor dan sarana pendidikan lainnya;
c)      Pengembangan personel sekolah termasuk kepala sekolah, guru, tenaga  tata usaha yang mencakup segi disiplin, sikap, dan tingkah laku, pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi masing-masing;
d)     Tata usaha sekolah termasuk urusan keuangan, urusan sarana, dan urusan kepegawaian;
e)      Hubungan sekolah dengan badan pembantu penyelenggara pendidikan dan masyarakat umumnya.

Tipe tipe kepengawasan
1)      Supervisi sebagai inspeksi
Dalam adminitrasi dan kepemimpinan yang otoktratis, supervisi berarti inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahan. Orang-orang yang bertugas/mempunyai tanggung jawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur.
Inspeksi dijalankan terutama dimaksudkan untuk meneliti/ mengawasi apakah guru/bawahan menjalankan apa-apa yang sudah diinstruksikan dan ditentukan oleh atasan atau tidak, sampai dimana guru-guru atau bawahan menjalankan tugas-tugas yang telah diberikan/ditentukan atasannya. Jadi, inspeksi merupakan tipe kepengawasan yang otokratis.
2)      Supervisi sebagai latihan bimbingan
Tipe ini lebih baik,tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupakan proses pertumbuhan bimbingan, terutama bagi guru-guru yang baru mulai belajar mengajar setelah keluar dari sekolah guru. Kelemahannya ialah mungkin pengawasan, petunjuk-petunjuk, ataupun nasihat-nasihat yang diberikan dalam rangka trening dan bimbingan bersifat kolot, sudah tidak sesuai lagi dengan perkenbangan zaman lagi sehingga dapat terjadi kontradiksi antara pengetahuan yang telah diperoleh guru dari sekolah dengan pendapat supervisor itu sendiri.
3)      Kepengawasan yang demokrasi
Dalam kepemimpinan yang demokratis, kepengawasan atau supervisi bersifat demokratis pula. Supervisi merupakan kepemimpinan pendidikan secara kooperatif. Dalam tingkat ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh seorang petugas, melainkan merupakan pekerjaan-pekerjaan bersama yang dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang sendiri oleh supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada para anggota sesuai dengan tingkat, keahlian, dan kecakapannya masing-masing.

Fungsi kepengawasan :
a.       Kerjasama dalam merencanakan pekerjaan-pekerjaan, terutama dalam merumuskan tujuan-tujuan dan menentukan prosedur-prosedur  pelaksanaannya.
b.      Kerjasama dalam membagi sumber-sumber tenaga dan tanggung jawab-tanggung jawab dalam berbagai aspek  pekerjaan.

c.       Kerjasama dalam pelaksanaan tugas-tugas penting bagi tercapainya tujuan-tujuan.
d.      Kerjasama dalam menilai pelaksanaan prosedur serta penilaian terhadap hasil-hasil pekerjaan.

Ciri-ciri seorang supervisor yang baik
1.      Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada dibawah pengawasannya.
2.      Menguasai /memahami benar-benar rencana dan program yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.
3.      Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-teknik kepengawasan, terutama human relation.
4.      Memiliki sifat jujur, tegas, komsekuen, ramah dan rendah hati.
5.      Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah disusun.

Fungsi-fungsi supervise
1.      Dalam bidang kepemimpinan
a.       Menyusun rencana dan policy bersama
b.      Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok dalm berbagai kegiatan.
c.       Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan.
d.      Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok
e.       Mengikutsertakan anggota kelompok dalam menetapkan putusan-putusan.
f.       Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok
2.      Dalam hubungan kemanusiaan
a.       Memanfaatkan kesalahan-kesalahan yang di alami untuk dijadikanpelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.

b.      Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, dan sebagainya.
c.       Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.
d.      Menghilangkan rasa curiga mencurigai antar anggota kelompok.
3.      Dalam pembinaan proses kelompok
a.       Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.
b.      Menimbulkan dan memelihara sikap percaya mempercayai antara sesame anggota dan dengan pimpinan.
c.       Memupuk sikap dan kesediaan tolong menolong.
d.      Memperbesar rasa tanggung jawab anggota kelompok.
4.      Dalam bidang administrasi personal
a.       Memilih personal yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
b.      Menempatkan personal pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan massing-masing.
c.       Mengusahakan susunan kerja yang menyenangkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal
5.      Dalam bidang evaluasi
a.       Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.
b.      Menguasai dan mamiliki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian.
c.       Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk  mengadakan perbaikan-perbaikan.
Tugas-tugas supervisor
Sehubungan dengan fungsi-fungsi supervise yang tekah dibicarakan di atas, berikut ini dikemukakan macam-macam tugas supervise pendidikan yang riil dan terperinci sbb :
1.      Menghadiri rapat organisasi-organisasi professional
2.      Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
3.      Mengadakan rapat-rapat kelompok untuk membicarakan masalah umum.
4.      Melakukan classroom visitation.
5.      Mendiskusikan metode-metode mengajar dengan guru-guru.
6.      Memilih dan menilai buku –buku yang diperlukan bagi murid-murid.
7.      Membimbing guru-guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber-sumber pengajaran.
8.      Menorganisasi dan bekerja dengan kelompok guru-guru dalam program revisi kurikulum.
9.      Berwawancara dengan orangtua murid tentang hal-hal yang mengenai pendidikan.
10.  Menulis dan mengembangkan materi-materi kurikulum.
11.  Mengembangkan sistem pelaporan murid, seperti kartu-kartu catatan akumulatif.
12.  Mengajar guru-guru bagaimana menggunakan audio-visualaids.
13.  Menyiapkan laporan-laporan tertulis tentang kunjungan kelas bagi para kepala sekolah.
14.  Menulis artikel-artikel tentang pendidikan atau kegiatan sekolah /guru-guru dalam surat-surat kabar.
15.  Menyusun tes-tes standar bersama kepala sekolah dan guru-guru.
16.  Merecanakn demonstrasi mengajar, dan sebagainya oleh guru yang ahli, supervisi sendiri, ahli-ahli lain dalam rangka memperkenalkan metode baru, alat-alat baru.

Jenis Supervisi
a.       Supervise umum dan supervise pengajaran
Yang dimaksud dengan supervise umum adalah supervise yang dilakukaan terhadap kegiatan kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervise terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan, supervise kepengelolaan keuangan sekolah atau kantor dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud supervise pengajaran ialah kegiatan kepengawasan yang ditunjukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personal maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapeinya tujuan pendidikan
b.      Supervisi klinis
Supervise klinis adalah proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu mengembangkan professional guru/calon guru khususnya dalam ketrampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar.

Cirri-ciri supervise klinis                                                                        
Agar lebih jelas bagamana pelaksanaan supervise klinis itu, supervisor perlu memahami benar-benar supervise klinis. La sulo mengemukakan cirri-ciri supervise klinis ditinjau dari segi pelaksanaannya sebagai berikut:
1)      Bimbingan supervisor kepada guru/calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau intruksi.
2)      Jenis ketrampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru/calon guru yang akan disupervisi.
3)      Meskipun guru/calon guru mempergunakan berbagei ketrampilan mengajar secara terintegrasi, sasaran supervise hanya pada beberapa ketrampilan tertentu saja.
4)      Instrument supervise dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dan guru berdasarkan kontrak.
5)      Balikan diberikan dengan segera dan secara objektif (sesuai dengan data yang direkam oleh instrument observasi)
6)      Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterprestasi data yang direkam oleh instrument observasi, didalam diskusi atau pertemuan guru/calon guru diminta terlebih dahuilu ,menganalisis penampilanya.
7)      Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan dari pada memerintah atau mengarahkan.
8)      Supervise berlangsung dalam suasana intim dan terbuka.
9)      Supervise berlangsung dalam siklus meliputi perencanaan, observasi, dan diskusi/pertemuan.
10)  Supervise klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan da perbaikan ketrampilan mengajar.
c.   Pengawasan melekat dan pengawasan fungsional
Istilah pengawasan melekat. diturunkan dari bahasa asing built in controle yang berarti suatu pengawasan yang memang sudah dengan sendirinya melekat menjadi tugas dan tanggung jawab semua pimpinan, dari pimpinan tingkat atas sampai dengan pimpinan tingkat yang paling bawah dari semua organisasi atau lembaga. Dengan kata lain, semua orang yang menjadi pemimpin, apapun tingkatannya, adalah sekaligus sebagai pengawas terhadap bawahannya masing-masing. Oleh karena itu setiap pimpinan adalah juga sebagai pengawas, maka kepengawasan yang dilakukan itu disebut pengawasan melekat.
Dengan pengawasan melekat yang efektif dan efisien sedini mungkin terjadinya pemborosan, kebocoran, tenaga, uang, dan perlengkapan milik Negara, sehingga dapat terbina aparat pendidikan yang tertib, bersih berwibawa, berhasil and berdaya guna. Pengawasan melekat dilakukuan oleh setiap pimpinan atau atasan langsung dan setiap pimpinan atau atasan langsung harus mampu melaksanakan secara periodic ataupun mendadak sampai dengan tiga eselon dibawahnya.
Tujuan pengawasan melekat adalah untuk mengetahui apakah pimpinan unit kerja dapat menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian yang melekat padanya dengan baik sehingga, bila ada penyelewengan, pemborosan, korupsi, pimpinan unit kerja dapat mengambil tindakan koreksi sedini mungkin.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan fungsional adalah kegiatan-kegiatan pengawasan yang dilakukuan oleh orang-orang yang fungsi jabatannya sebagai pengawas. Sebagai contoh konkrit tentang pengawasan fungsional.

B.        Definisi pengarahan menurut para ahli:
a.       G.R.Terry
Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerja sama secara iklas serta bergairah untuk mencapei tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
b.      Koontz dan O’Donnel
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Jadi pengarahan adalah kegiaatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, menggerakan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksanakan sesuatu kegiatan usaha
Pengarahan ini dapat dilakukan dengan cara persuasive atau bujukan dan intruksif tergantung cara mana yang efektif.
Pengarahan disebut efektif, jika dipersiapkan dan dikerjakan dengan baik serta benar oleh anggota yang ditugasi untuk itu.

DASAR - DASAR PENGARAHAN
Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnell dalm : “Principles Of
Management : An Analysis Of Managerial Functions “ mengatakan bahwa
dasar pengarahan itu :
1.   Sumbangan individu terhadap tujuan organisasi tergantung pada komunikasi antara yang diarahkan dan yang mengarahkan.
2.   Harmonisasi antara tujuan individu dengan tujuan organisasi
3.   Pengarahan harus efesien untuk mencapai tujuan
4.   Kesatuan perintah
5.   Teknik pengarahan yang tepat
6.   Komunikasi yang baik
7.   Kemampuan memimpin yang baik
8.   Supervisi langsung
9.   Tarap pengertian yang tinggi
10. Informasi yang disampaikan secara langsung
11. Pemanfaatan organisasi tak formal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar