Minggu, 25 Desember 2011

Kebutuhan dan Syarat Pokok Layanan Bimbingan di SD



A.  Kebutuhan Dasar Bimbingan Di SD
Masalah-masalah yang dialami siswa dapat terjadi oleh berbagai sebab, baik yang bersumber dari sisiwa itu sendiri maupun yang bersumber dari lingkunganya. Sebab-sebab yang bersumber dari diri siswa itu sendiri yaitu pada dasarnya terkait dengan upaya mewujudkan tugas-tugas perkembangan, upaya memenihi kebutuhan-kebutuhannya. Sedangka sebaba-sebab yang bersumber dari lingkunannya terkait dengan dipengaruhi kondisi rumah tangga, kondisi sekolah dan kondisi sosial budaya yang kurang menguntungkan.
Tingkah laku salah satu siswa sekolah dasar tampak berbeda, tidak separti teman-teman yang lain. Dia tampak sendirian, lemas, penakut, tidak bahagia, tidak bersemangat, tidak memiliki seorang temanpun dan teman-teman kelasnya tidak ada yang menyukainya.
Gambar di atas merupakan contoh maslah siswa disekolah dasar. Dengan separti itu maka proses belajar-mengajar akan mengalami banyak kendala, bagi siswa itu sendiri, masalah-masalah yang di alaminya akan berdampak pada perkembangannya.
Siswa dapat dibantu untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, baik masalah yang dihadapi sekarang maupun masalah yang mungkin timbul pada masa yang akan datang. Dalam hal ini bimbingan dan konseling dapat memeinkan peran yang amat penting. Sejalan dengan sebab sebab terjadinya masalah, maka kebutuhan bimbimngan di sekolah dasar bertolak dari upaya-upaya berikut ini.

1.      Membantu Murid Dalam Mewujudkan Tugas-tugas Perkembangannya.
Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada suatu masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Keberhasilan seorang individu menunaikan tugas-tugas perkembengannya secara baik akan memungkinkan individu itu memperoleh kebeahagian dalam hidupnya, dan akan mempermudah dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya, kegagalan dalam menunaikan tugas-tugas perkembangan dapat menyebabkan ketidakbahagiaan dalam individu, dan mempersulit  dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Sehubungan diatas, Havighurst menyatakan ada sejumlah tugas perkembangan yang harus dilaksanakan pada anak-anak tingkat sekolah dasar(6-12), yaitu:
1)      Mempelajari ketrampilan- ketererampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
2)      Mengembangkan keseluruhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.
3)      Belajar bergaul denan teman-temannya
4)      Mengambangkan ketermpilan-keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
5)      Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
6)      Mengembangkan kata hati dan norma-norma
7)      Mendapatkan kebebasan pribadi
8)      Mempelajari peranan sosial, baik sebagai wanita maupun pria
9)      Mengambangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan badan sosial.

Guru perlu memahami konsep-konsep tenteng tugas-tugas perkembangan diatas. Dengan memahami konsep tersebut, guru tidak saja dapat mencari dan menyatakan tujuan tujuan pendidikan disekolah tetapi dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan tingkat kematangan, kesiapan dan kebutuhan anak.

2.      Membantu Memenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar Siswa
Sebagaimana manusia umumnya, maka siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu. Maslow (Ngalim Porwanto, 1990:77) mengemukakan ada lima kebutuhan dasar manusia. Secara hirarkis, kelima kebutuhan dasar itu digambarkan sebagai berikut ini.
  

Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia separti kebutuhan makanan, pakaian dan perumahan.
            Kebutuhan rasa aman kebutuhan untuk terbebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya, ancaman penyakit dan perlakuan tidak adil.
            Kebutuhan kasih sayang yaitu ebutuhan untuk merasa dicintai dan di miliki serta di sayangi oleh orang lain
            Kebutuhan panghargaan yaitu kebutuhan akan penghargaan atas prestasi, kemampuan, kedudukan, pangkat dan sebagainya.
Kebutuhan aktualiasasi diri yaitu kebutuhan untuk menyampaikan atau memunjukan kemempuan diri secara maksimum dan kreatif.
Kebutuhan-kebuthan yang terpenuhi itu akan dapat mendatangkan kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan bagi orang yang bersangkutan. Sebaliknya, kebutuhan-kebutuan yang tidak terpenuhi dapat mendatangkan kesulitan, ketidaksenangan, dan ketidakbahagiaan pada diri orang yang bersangkutan. Bagi siswa siswa di sekolah, terpenuhinya kebutuha-kebutuhan itu akan memungkinkan dapat mencapai perkembangan secara optimal. Tugas bimbingan dan konseling yang terpenting dalam hal ini adalah membantu agar anak didik dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

Kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan dan masalah perkembangan siswa, temuan lapangan (Sunnaryo Kartadinata, 1992; Sutaryat Trisnamansyah dkk, 1992) menunjukkan bahwa masalah-masalah perkembangan siswa sekolah dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi dan sosial. Masalah-masalah perkembangan ini memunculkan kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar. Sisi lain yang memunculkan layanan kebutuhan akan layanan bimbingan sekolah dasar ialah rentang keragaman individual siswa yang amat lebar. Tentang keragaman siswa sekolah dasar bergerak dari siswa yang sangat pandai sampai dengan yang sangat kurang, dari siswa yang sangat mudah menyesuaikan diri terhadap program sampai dengan siswa yang sulit menyesuaikan diri, dari siswa yang tidak bermasalah sampai dengan dsiswa yang sarat akan masalah. Kondisi seperti ini akan memunculkan populasi khusus yang menjadi target layanan bimbingan, anatara lain mencakup:
a. siswa dengan kecerdasan dan kemampuan diri
b. siswa yang mengalami kesulitan belajar
c. siswa dengan perilaku bermasalah

Secara formal, kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia telah digariskan didalam undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional beserta perangkat peraturan pemerintahnya. hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan dasar dimana sekolah dasar ada didalamnya, dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28 tahun 1989. Pada pasal 25 dalam PP tersebut dikatakan bahwa :
a. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
b. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Pengakuan formal seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di sekolah dasar perlu dilaksanakan secra terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki kemampuan untuk itu. Untuk pendidikan disekolah dasar pada saat ini, dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa serta penyelanggaraan sistem pendidikan sekolah dasar yang ditangani oleh guru kelas, maka layanan bimbingan disekolah dasar dalam banyak hal masih akan lebih efektif dilaksanakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dan ditangani oleh guru kelas. oleh karena itu guru sekolah dasar dikehendaki memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyelanggarakan layanan bimbingan.

Hakikat Bimbingan dan Konseling di SD
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).

Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD.
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan.
Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah perkembangan individu,
(2) masalah perbedaan individual,
(3) masalah kebutuhan individu,
(4) masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah belajar
           
3. Mengatasi pengaruh kondisi rumah tangga yang kurang menguntungkan
            Anak-anak yang memasuki sekolah dasar berasal dari berbagai latar belakang rumah tangga. Ada yang orang tuanya kaya, ada pula yang miskin, ada yang rumah tangganya retak (broken home), ada yang di tolak atau tidak diterima sebagai mana mestinya, ada anak yang dilindungi, dan di pilih kasihi yang berlebihan. Kondisi rumah tangga yang demikian itu banyak sedikitnya akan mempengaruhi perkembangan anak. Berikut ini akan dibicarakan beberapa kondisi rumah tangga yang tidak menguntungkan itu.

a.    Keadaan ekonomi yang serba berkecukupan dan serba berkekurangan.
Ada dua kelompok ekonomi orang tua yang dapat membahayakan kesehatan mental anak, yaiyu keluarga yang serba berkecukupan dan keluarga yang berkekurangan. Dalam rumah tangga yang serba berkecukupan misalnya, orang tua mungkin terlalu memperturutkan atau terlalu membatasi kehendak anak-anaknya. Sementara itu, dalam rumah tangga yang serba berkekurangan anak-anak mungkin tidak terurus, dilepas begitu saja, atau ditolak oleh orang tuanya. Namun demikian keluarga yang serba berkecukupan tidaklah selalu menimbulkan resiko seperti ini. Demikian juga dengan keluarga yang berkekurangan.
Gejala-gejala berkekurangan itu boleh jadi terdapat hal kekurangan perumahan,makanan pakaian,ketentraman, dan kesejahteraan anak. Sebabnya kekayaan boleh jadi dapat membuat anak lupa diri, malas belajar dan angkuh karena mereka tidak merasakan adanya tetangga. Segalanya dapat mereka peroleh dengan mudah.
Sifat-sifat kepribadian seperti salah sesuai, benci, iri hati, prasangka dan lain-lain dapat terjadi dan berkembang karena keadaan eekonomi yang tidak menguntungkan. Keadaan ekonomi yang berkekurangan dapat membuat para orang tua mengalami kesulitan dalam memberikan rasa aman pada diri anak-anak mereka. Hanya orangtua yangbijak sanalah yang dapat menciptakan suatu rumah tangga yang menyenangkan bagi anak-anak, walaupun mengalami kesulitan dalam hal ekonomi.
b.    Pengaruh penolakan orang tua terhadap anak
Seorang anak ditolak apa bila tidak diharapkan dan tidak dicintai oleh salah seorang atau kedua orang tuanya. Penolakan itu dapat karena sebagai sebab, seperti keadaan ekonomi yang kutrang menguntungkan, tidak seperti yang diharapkan, hasil “hubungan gelap”, dan sebagainya. 
Konsep “penolakan” hendaknya dipandang dalam batas-batas tertentu, yaitu ditolak sebagian atau ditolak seutuhnya. Walaupun pembagian ini memiliki sifat-sifat tertentu, tetapi penolakan itu tetap masih sulit untuk diungkapkan karena anak-anak yang tidak ditolakpun mungkin menunjukkan gejala-gejala yang sama misalnya, seorang anak yang sangat tidak disukai pada suatu waktu, tetapi kemudian masih dicintai lagi oleh orang tuanya, kemungkinan tidak dianggap menjadi anak yang ditolak seluruhnya. Penolakan sebagian dapat terjadi kalau orang tua menolak memenuhi keinginan-keinginan anaknya berdasarkan pertimbangan rasional karena cara ini dianggapnya sebagai cara yang terbaik untuk membentuk karakter anaknya.
Bagian reaksi dan sikap orang tua yang menolak anaknya? reaksi atau sikap orang tua berkenaan penolakan ini dapat dikenali melalui prosedur dan atau produser yang rumit. Seseorang ibu misalnya mungkin secara terus terang menyatakan bahwa ia menginginkan anak yang pernah lahir dan sejak semula mungkin telah meminta dorongan emosional, finansial, sosial dan sosial dari orang lain.orang tua yanglain boleh jadi berusaha mengirim atau memasukkan anaknya dalam suatu lembaga seperti panti asuhan, rumah titipan anak dan sebagainya.
Di pihak lain terdapat pula orang tua yang tidak ingin memarahi anaknya, membiarkan anaknya melakukan apa saja yang disukainya. Orang tua seperti ini tidak menyadari bahwa pada dasarnya mereka tidak mencintai anak-anak mereka, bahkan dapat dikatakan penolakan yang terselubung. Dengan tindakan membebaskan atau membiarkan anak melakukan apa sajapekerjaan yang dimauinya itu, anak-anaktidak lagi berada dalam suasana terawasi, dan tidak mengetahui mana yang patut dan mana yang tidak patut, mana yang baik d an mana yang tidak baik.
Anak-anak yang ditolak oleh orang tuanya aabila mereka berada dalam kelompok lain sering dapat mengalami berbagai kesulitan, seperti merasa harga diri rendah atau lebih, salah tingkah, tidak disiplin dan suka melanggar peraturan.

c. pengaruh perlindungan dan sikap pilih kasih yang berlebihan
Seorang anak dikatakan dilindungi secara berlebihan apabila ia terus menerus dijaga, dilindungi dan dimanjakan secara berlebih-lebihan. Biasanya anak-anak yang dilindungi dan di pilih kasihi secara berlebihan cenderung bersikap mementingkan diri sendiri, suka memaksa dan suka memaksa dalam memenuhi keinginannya.
d. pengaruh keretakan rumah tangga (broken home)
Keretakan rumah tangga atau broken home menggambarkan seagian suatu keadaan dimana terjadi kekacauan dlam organisasi rumah tanga yang biasanya disebabkan oleh kematian. Ayah tidak bekerja, atau ibu terlalu sibuk dengan urusan luar. Percecokan yang terus menerus antara ayah dan ibu memungkinkan besar akan dapat menimbulkan keretakan dalam ruamh tangga. Walaupun tidak dianggap sebagai sebab yang utama, tetapi secara umum diyakini bahwa keretakan rumah tangga adalah merupakan tanah yang subur bagi terjadinya masalah pada diri anak. Anak-anak dari keluarga seperti ini sering tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang wajar dari orang tua mereka. Mereka bahkan juga merasa tidak mendapat perlindungan dari orang tuanya. Konsekuensinya, mereka melakukan berbagai perbuatan yang kadang-kadang menjurus ke perbuatan negatif. Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka ingin mendapatkan perhatian dari orang lain, terutam orang tuanya. Kadar perbuatan mereka tidak dapat meningkat lagi apabila pada tingkat awal ini mereka tidak mendapatkan perhatian yang diharapkan.

4. mengatasi pengaruh kondisi sekolah yang tidak sehat
Sekolah tidak selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi setiap siswa. Ada kalanya sekolah menjadi sumber masalah pada diri siswa. Di antara kondisi-kondisi sekolah yang dapat menjadi sumber masalah pada diri siswa adalah: (a) kurikulum yang tidak sesuai, (b) persaingan yang tidak sehat sesama murid, (c) guru kurang memahami perbedaan-perbedaan individu murid, (d) pelaksanaan administrasi sekolah yang tidak teratur, dan (e) kepribadian guu serta cara-cara pengelolaan kelas yang kurang mantap.
a.    Kurikulum yang tidak sesuai
Banyak orang yang beranggapan bahwa tujuan utama dari sekolah dasar adalah mengajarkan berbagai pengetahuan dan keterampilan pada siswa. Mereka menganggap bahwa otak anak sebagai gidang atau lumbung yang dapat diisi berbagai fakta dan komunikasi, dan siap untuk digunakan kembali pada masa yang akan datang. Lebih dari itu, banyak guru dan orang percaya bahwa nilai belajar yang diperoleh anak sama dengan kemempuannya mempelajari pengetahuan dan keterampilan serta menyimpannya dalam otaknya melalui pengajaran  berbal dan buku-buku teks. Pandangan-pandangan dan cara-cara pelakuan seperti itusudah tentu  dapat merugikan bagi perkembangan anak. Beribu anak yang tidak di berkahi untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, bahkan mereka menjurus menjadi anak yang putus asa dan salah suai. Pengajaran terlalu banyak ditekankan pada ukuran apa yang harus diketahui anak daripada apa yang dapat mereka pahami dan bagaimana bertingkah laku. Siswa tidak banyak memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dakam hal bagaai mana bergaul dengan orang lain secara berhasil. Pendidikan di sekolah dasar hendaknya diarahkan secara langsung pada peningkatan kualitas hidup. Hal ini mencakup tujuan yang lebih luas dan lebih dalam daripada sekedar  penguasaan bahab –bahan pengajaran
Seorang guru yang terlatih baik memandang anak sebagai sesuatu yang lebih dari seorang murid yang mampu menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan. Ia memandang  anak sebagai pribadi yang dinamis yang mcakup sikap-sikap, kebiasaan-kebiasaan, dan ide-ide yang berhubungan denagan setiap aspek kehidupannya, yaitu kesehatan dan penyesuaian sosio emosional. Keefektivan sekolah merupakan suatu pertimbangan untuk menjawab pertanyaan; ”bagai mana anak bertingkah laku”? tingkahlaku tidak hanya tergantung pada apa yang anak ketahui, tetapi terlebih lagi pada anak ketahui, tetapi terlebih lagi pada apa yang ia yakini,pada sikap-sikap, cita-cita dan nilai-nlai. Dengan kata lain, pendidikan sekolah dasar tidak terbatas pada pengajaran didalam kelas dan pada buku-buku teks, melainkan harus juga terkait dengan kehidupan dirumah, di masyarakat, dan lingkungan hidup.

b.    Persaingan yang tidak sehat
Masyarakat pada dasarnya adalah kompetitif. Kendati pun hal itu tidak diharapkan, tetapi kita tidak dapat mungkin menghindarinya. Kepribadian, kecerdasan, dan atau prestasi belajar anak mempunyai arti hanya setengah dibandingkan dengan orang lain yang sesuai dengan dirinya.
Melalui bimbingan, guru hendaklah membantu anak agar dapat menyesuaikan diri secara lebih baik dibawah situasi yang kompetitif itu, dan menghindari sebanyak mungkin akibat-akibat persaingan yang tidak sehat. Persaingan di dalam kelas yang menekankan perjuangan antar pribadi (person-to-person struggle) untuk mendapatkan peranan, status, dan imbalan. Justru sebaiknya dapat mendorong terjadinya sifat sombong, angkuh dan mementingkan diri sendiri pada siswa. Penekanan yang terus menerus untuk berhasil, terutama dalam pencapaian cita-cita yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, sering mengakibatkan terjadinya berbagai masalah; seperti: melawa, durhaka, masa bodoh, kepatuhan pasif, kehilangan inisiatif, dan penghayal. Oleh sebab itu, guru hendaknya senantiasa mengamati bentuk-bentuk tingkah laku siswa apabila ada siswa yang kurang bersemangat sebagaimana dikemukakan diatas.

c.    Penyamarataan pengajaran bagi semua siswa
Ada anggapan bahwa setelah kelompok murid mengikuti suatu pengajaran yang sama, dengan guru yang sama, dan metode yang sama; maka siswa-siswi itu akan dapat mencapai hasil belajar yang sama. Sekolah seperti ini menempatkan kelompok siswa yang sama di dalam ruangan yang sama, menggunakan metode pengajara yang sama. Selanjutnya siswa diharuskan membuat dan menyelesaikan tugas yang sama dari halaman buku yang sama pula setiap hari. Setiap siswa diharuskan menguasai mata pelajaran yang sama agar mereka dapat memberikan jawaban yang sama terhadap soal ujian yang sama.
Anggapan di atas sudah tentu merupakan pandangan yang keliru tentang siswa. Siswa pada dasarnya adalah berbeda antara yang satu dengan yang lain. Mereka berbeda dalam berbagai hal, seperti bakat, kemampuan, minat, dan sifat-sifat pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan ini dengan sendirinya akan mengakibatkan perbedaan pula dalam hal kecepatan dan hasil belajarnya.ada siswa yang dalam waktu yang singkat dapat menguasai bahan-bahan pelajaran. Sebaliknya, ada pula siswa yang memerlukan waktu yang lama untuk dapat menguasai bahan-bahan pelajaran. Mereka ini boleh jadi memerlukan pendekatan khusus untuk dapat menguasai bahan-bahan yang dipelajarinya itu.
Pengajaran tidak hanya sesuai dengan kemampuan intelektual individu siswa, tetapi juga dengan perbedaan emosialnya. Pengajaran yang seragam bagi semua murid tidak saja akan mengakibatkan siswa yang cerdas menjadi bosan atau jemu, tetapi juga siswa-siswa yang lamban pun dapat menjadi putus asa dan bersikap masa bodoh. Penyamarataan pengajaran bagi setiap siswa yang dapat merugikan, tidak hanya siswa-siswa yang bodoh tetapi juga bagi murid yang cerdas. Oleh sebab itu, perlu ada pengaturan pengajaran atau pelayananyang memungkinkan setiap siswa dapat mencapai prestasi yang sesuai dengan sifat-keindividuannya masing-masing.

d.   Pelaksanaan administrasi sekolah kurang memadai
Pelaksanaan administrasi pengajaran yang mengharuskan guru untuk mengajar 40 sampai 50 orang siswa dalam satu kelas dapat menimbulkan masalah, baik bagi guru maupun siswa. Demikian pula ruang-ruang kelas yang kecil dan penuh perabotan berupa meja, kursi, dan perabot lainnya yang tertancap di lantai, cenderung mendorong terjadinya pola pengajaran “duduk, diam dan dengar”. Keadaan ruang kelas seperti diatas, kurang memberikan kebebasan bagi siswa dan guru untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)” yang berkadar tinggi.
Praktek-praktek penilaian be;ajar siswa yang dilakukan oleh guru tidak jarang menimbulkan masalah. Kecenderungan-kecenderungan guru melakukan jalan pintas dalam melaksanakan penilaian, seperti memberi nilai tanpa didahului oleh pengukuran, alat-alat penilaian yang tidak baku, memberi nilai tanpa distandardisasikan lebih dahulu, justru tidak saja membuat nilai itu sendiri kurang bermakna tetapi juga membingungkan dalan menafsirkannya. Akhirnya, sistem kenaikan kelas yang diterapkan di sekolah kurang memberi kesempatan bagi siswa untuk berkembang  sesuai dengan kecepatan dan tempo perkembangannya masing-masing. Dengan sistem kenaikan kelas seperti ini siswa-siswa yang cerdas terpaksa harus menunggu murid-murid yang kemampuannya sedang atau lambat. Sebaliknya, siswa yang lamban terpaksa harus menunggu murid-murid yang kemampuannya sedang atau lambat. Sebaliknya, siswa yang lambat terpaksa harus mengikuti siswa-siswa yang cerdas. Dengan keadaan-keadaan seperti di atas, siswa-siswa  tidak dihargai sesuai dengan  keadaan diriya masing-masing.

e.    Kepribadian guru dan cara-cara pengelolaan kelas
Ada tiga tipe umum kepribadian guru, yaitu: (1) guru yang otoriter, (2) guru yang ‘laissez-faire’, dan (3) guru yang demokratis. Masing-masing tipe kepribadian guru itu akan muncul dalam pelaksanaan pengajaran sehari-hari di depan kelas. Guru yang otoriter adalah guru yang cenderung menentkan sendiri. Guru-guru seperti ini kurang memberi kebebasan bagi siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Segala sesuatunya ditentukan sendiri oleh guru, murid tinggal menerima apa yang disampaikan oleh guru. Guru yan ‘laissez-faire’ adalah guru yang memberikan kebebasan yang lebih besar bagi murid untuk berbuat. Siswa memiliki kebebasan yang besar untuk menentukan sendiri apa yang patut dilakukannya. Peranan guru hampir tidak ada. Guru-guru seperti kurang memiliki wibawa dihadapan siswa-siswanya. Akhirnya, guru yang demokratis adalah guru yang di samping memberikan kebebasan bagi siswa-siswanya untuk berbuat dalam batas-batas tertentu juga dapat memberikan tuntutan bagi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehai-hari yang bersikap otoriterkarena ia takut kehilangan wibawa di depan siswa-siswanya.apa bila seorang uru bersikap seperti ini, sudah tentu sangat merugikan perkembangan murid selanjutnya.siswa akan menjadi pasif, tidak kreatif, dan tidak berani mengemukakan pendapatnya.


5. Mengatasi pengaruh kondisi sosial-budaya yang kurang menguntungkan.    
Kemajuan-kemajuan yang di capai dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dewasa ini telah membuat orang memperoleh banyak kemudahan di jagad raya ini.kemajuan dibidang komunikasi misalnya; seakan-akan menghilangkan jarak antara satu daerah ke daerah lain, antara satu benua dengan  benua lain, dan antara bumi dan pelanet-pelanet lain.demikian pula dengan kemajuan transportasi memudahkan terjsdinys mobilitas penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, dari suatu negara ke negara lain. Akhirnya, untuk meningkatkan devisa negara dan penghasilan rakyat perlu pula di tingkatkan bisnis dalam bidang kepariwisataan.

kemajuan dalam bidang di kemukakan di atas menimbulkan berbagai perubahan dalam berbagai segi kehidupan dalam masyarakat, seperti sosial, politik, ekonomi, dan budaya. 

Perubahan-perubahan yang di timbulakan itu tidak hanya menguntungkan tetpi juga merugikan masyarakat, yaitu beberapa pengaruh-pengaruh buruk sebagai ekses dari pembangunan itu sendiri. Dari pengaruh-pengaruh buruk yang dapat timbul lagi anak-anak muda tidak sekolah dasar adalah malas belajar, tidak mau menggunakan pikiran secara cermat.

Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari kondisi kehidupan masyarakat. Bahkan mempunyai tanggung jawab untuk membantu siswa-siswanya, baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab mendidik dan mengajar siswa agar dapat menjadi warga masyarakat yang baik dan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu upaya yang diberikan oleh guru sekolah. Namun demikian, kegiatan itu saja belum memadai untuk dapat menyiapkan siswa menjadi warga masyarakat yang baik mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Disamping kegiatan belajar-mengajar, guru hendaknya juga memberikan bantuan kepada individu-individu murid yang mengalami kesulitan-kesulitan pribadi agar mereka mampu mengatasai masaalah yang di hadapinya. Didalam hal ini, diperlukan adanya layanan khusus yang disebut binbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling membantu berhasilnya pengajaran secara keseluruhan.


B. Fungsi bimbingan konseling di SD
1. Fungsi Pemahaman,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Fungsi Preventif,
yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
3. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
 Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out dan pergaulan bebas (free sex).
3. Fungsi Pengembangan,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya . Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brainstorming), home room, dan karyawisata.

4. Fungsi Penyembuhan,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

5. Fungsi Penyaluran,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

6. Fungsi Adaptasi,
yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

7. Fungsi Penyesuaian,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

8. Fungsi Perbaikan,
 yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

9. Fungsi Fasilitasi,
memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

10. Fungsi Pemeliharaan,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli

Salah satu fungsi pokok program bimbingan di Sekolah Dasar adalah “ membantu menyesuaikan masing-masing siswa terhadap sekolah dan dari sekolah terhadap siswa” ( Crow and Crow, 1960). Menurut fungsi ini, anak harus dapat menyesuaikan dirinya dengan cara-cara yang baru dalam berbuat dan bertingkah laku. Ia sekarang berada dalam suatu kelompok yang dalam berapa hal sudah terstruktur, yaitu memiliki aturan-aturan dan cara-cara tertentu. Sambil ia bekerja dan bermain dengan anak-anak lain, ia harus bekerja sama serta memikul tanggung jawab kerjasama. Ia juga harus dapat menemukan bahwa dirinya diharapkan untuk dapat mengikuti petunjuk-petunjuk dan perintah-perintah dari guru. Selanjutnya, ia juga tidak dapat menuntut terlalu banyak perhatian dari gurunya. Ia harus dapat menetapkan sendiri hal-hal apa yang patut dikerjakannya sehari-hari di sekolah. Bagi siswa-siswa yang tidak mengikuti taman kanak-kanak sebelumnya, mungkin membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan dirinya terhadap suasana kehidupan yang jauh dari orngtua dan rumah tangganya agar dapat ikut serta dengan baik dalam kegiatan sekolah sehari-hari. Bantuan itu dapat diberikan dalam bentuk bimbingan perseorangan atau bimbingan kelompok.
            fungsi bimbingan di sekolah dasar tidak hanya menyangkut penghayatan yang lebih luas. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang luas, yakni menyediakan kesempatan-kesempatan bagi anak didik untuk dapat berkembang secara efektif. Oleh sebab itu program bimbingan harus di rancang untuk :
1)   Mencegah terjadinya masalah pada diri siswa.
2)   Memberikan bantuan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
3)   Mengenali siswa-siswa yang mengalami kesulitan yang mendalam agar dapat diadakan usaha-usaha penyembuhan secara lebih tepat.
4)   Bertindak sebagai alat untuk memudahkan komunikasi antara rumah tangga dan sekolah.
5)   Menyediakan informasi tentang perkembangan siswa, sekolah, proses belajar, dan kurikulum bagi orangtua siswa.
6)   Memperkenalkan siswa tentang sekolah dan menyiapkan mereka untuk memasuki sekolah yang lebih tinggi.
7)   Mempekenalkan guru-guru tentang program testing yang dapat melengkapi informasi tentang anak untuk digunakan secara bersama-sama dengan informasi-informasi lainnya yang diperoleh guru di dalam kelas.
8)   Menyediakan kesempatan bagi individu siswa yang membutuhkan batuan untuk mengikuti konseling dan mendapatkan informasi pendidikan dan jabatan.
9)   Bertindak sebagai perantara untuk layanan-layanan khusus tersedia di luar sistem persekolahan.
10)    Memberikan batuan dalam penempatan siswa dalam kelas-kelas dan sekolah yang sesuai.
11)    Bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain dalam mengkoordinasi program kesehatan mental siswa.

C. Syarat-syarat Pokok Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
            Berbeda dengan di sekolah menengah atau di perguruan tinggi, di mana pada kedua jenjang pendidikan itu disediakan petugas khusus untuk melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling bagi siswa-siswa atau mahasiswa. Di sekolah dasar tugas-tugas dan fungsi biumbingan dan konseling dilaksanakan langsung oleh masing-masing guru kelas. Dengan demikian, para guru kelas memegang peranan ganda, sebagai pengajar dan juga sebagai pembimbing bagi murid-muridnya. Sebagai pengajar, guru menyampaikan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai (norma-norma) kepada murid-muridnya sebagaimana diatur di dalam kurikulum sekolah. Di samping itu, apabila dia menemui adanya murid-murid yang mengalami masalah, maka dia bertindak sebagai pembimbing/konselor dengan melaksanakan tugas dan fungsi bimbingan dan konseling bagi siswa-siswanya.
            Usaha-usaha bimbingan Sekolah Dasar khususnya yang lebih efektif, menurut A.J. Jones, karena :
1)      Para peserta didik usia SD fleksibel dan masalah-masalah yang mereka hadapi belum sempat berurat-berakar atau tertanam dalam.
2)      Para orangtua umumnya bekerjasama lebih aktif dengan sekolah.
3)      Panjang waktu yang tersedia untuk lebih mensukseskan perkembangan peserta didik, khususnya mereka lebih leluasa dibantu memahami dirinya sendiri dan untuk memperoleh pendekatan-pendekatan yang tepat-guna ke arah pemecahan masalah-masalahnya.
Di samping faktor penunjang ini, demi lancarnya pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar diperlukan adanya syarat-syarat tertentu. Dalam hal ini ialah sifat yang positif dari guru dalam menangani tugas dan tanggungjawabnya sehari-hari. Sikap positif yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1)      Adanya kesediaan guru untuk berperan ganda yaitu sebagai guru dan sebagai pembimbing.
2)      Adanya kesediaan guru untuk senantiasa menciptakan suasana belajar-mengajar yang kondusif guna memungkinkan siswa dapat mengembangkan bakat, kemampuan, dan minatnya secara optimal, dengan jalan menempatkan siswa sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya.
3)      Adanya kesediaan guru untuk selalu memahami siswa dengan jalan mencatat fakta-fakta yang berkaitan dengan minat, sikap, pola tingkah laku, cita-cita, nilai-nilai dan status sosial ekonomi orangtuanya.
4)      Adanya kesediaan guru untuk senantiasa mengintegrasikan informasi tentang pendidikan dan jabatan ke dalam mata pelajaran yang sekolah dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang mendasar bagi pengembangan layanan-layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya.
5)        Adanya kesediaan guru kelas mencurahkan perhatian terhadap peserta didik tertentu secara individual di samping perhatian terhadap kelompok peserta didik.
6)        Adanya pengaturan jarak psikologis antara guru kelas dengan peserta didik, tidak terlalu jauh atau renggang dan tidak terlalu dekat atau akrab.
7)      Adanya kesediaan guru kelas untuk mengadakan kunjungan rumah (home-visit) dalam rangka layanan-layanan bimbingan dan mempererat hubungan guru dengan orangtua peserta didik bagi kepentingan bimbingan.

Tyler (1969:33) mengemukakan bahwa sifat-sifat pribadi yang harus dimiliki oleh orang-orang yang bekerja sebagai pembimbing/konselor adalah penerimaan (acceptance), pemahaman (understanding), dan ketulusan (sincerity). Istilah “penerimaan” mengandung dua hal pokok, yaitu : pertama, keinginan untuk menghargai dan menerima murid sebagaimana adanya sesuai dengan sifat-sifat perbedaan individual yang dimilikinya; dan kedua, menyadari bahwa pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh individu adalah sangat kompleks.
Rogers (dalam Tyler, 1969) menggunakan istilah penghargaan positif tidak bersyarat (unconditional positive regard) untuk menyatakan maksud yang sama atau bersamaan dengan istilah “penerimaan”. Sifat pribadi kedua, yaitu pemahaman (understanding) menunjuk kepada proses pemahaman tentang perasaan-perasaan klien. Churkhuff (dalam Tyler, 1969) menggunakan istilah pemahaman yang empatik (emphatic understanding) untuk menyatakan pemahaman pembimbing atas kliennya. Sedangkan ketulusan (sincerity) adalah menyatakan keikhlasan atau kesukarelaan pembimbing/konselor dalam membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Pembimbing (dalam hal ini guru) harus selalu terbuka dan bersedia memberikan bantuan kepada siswa-siswanya yang memerlukannya demi untuk kesejahteraan dan kebahagiaan siswa itu sendiri.

1 komentar: