A. Kebutuhan Dasar Bimbingan Di SD
Masalah-masalah yang dialami siswa dapat
terjadi oleh berbagai sebab, baik yang bersumber dari sisiwa itu sendiri maupun
yang bersumber dari lingkunganya. Sebab-sebab yang bersumber dari diri siswa
itu sendiri yaitu pada dasarnya terkait dengan upaya mewujudkan tugas-tugas
perkembangan, upaya memenihi kebutuhan-kebutuhannya. Sedangka sebaba-sebab yang
bersumber dari lingkunannya terkait dengan dipengaruhi kondisi rumah tangga,
kondisi sekolah dan kondisi sosial budaya yang kurang menguntungkan.
Tingkah laku salah satu siswa sekolah
dasar tampak berbeda, tidak separti teman-teman yang lain. Dia tampak
sendirian, lemas, penakut, tidak bahagia, tidak bersemangat, tidak memiliki
seorang temanpun dan teman-teman kelasnya tidak ada yang menyukainya.
Gambar di atas merupakan contoh maslah
siswa disekolah dasar. Dengan separti itu maka proses belajar-mengajar akan
mengalami banyak kendala, bagi siswa itu sendiri, masalah-masalah yang di
alaminya akan berdampak pada perkembangannya.
Siswa dapat dibantu untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya, baik masalah yang dihadapi sekarang maupun
masalah yang mungkin timbul pada masa yang akan datang. Dalam hal ini bimbingan
dan konseling dapat memeinkan peran yang amat penting. Sejalan dengan sebab
sebab terjadinya masalah, maka kebutuhan bimbimngan di sekolah dasar bertolak
dari upaya-upaya berikut ini.
1.
Membantu
Murid Dalam Mewujudkan Tugas-tugas Perkembangannya.
Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang
timbul pada suatu masa tertentu dalam kehidupan seseorang. Keberhasilan seorang
individu menunaikan tugas-tugas perkembengannya secara baik akan memungkinkan
individu itu memperoleh kebeahagian dalam hidupnya, dan akan mempermudah
dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya,
kegagalan dalam menunaikan tugas-tugas perkembangan dapat menyebabkan
ketidakbahagiaan dalam individu, dan mempersulit dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas
perkembangan berikutnya.
Sehubungan diatas, Havighurst menyatakan
ada sejumlah tugas perkembangan yang harus dilaksanakan pada anak-anak tingkat
sekolah dasar(6-12), yaitu:
1)
Mempelajari
ketrampilan- ketererampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
2)
Mengembangkan
keseluruhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh.
3)
Belajar
bergaul denan teman-temannya
4)
Mengambangkan
ketermpilan-keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
5)
Mengembangkan
konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
6)
Mengembangkan
kata hati dan norma-norma
7)
Mendapatkan
kebebasan pribadi
8)
Mempelajari
peranan sosial, baik sebagai wanita maupun pria
9)
Mengambangkan
sikap-sikap terhadap kelompok dan badan sosial.
Guru perlu memahami konsep-konsep tenteng
tugas-tugas perkembangan diatas. Dengan memahami konsep tersebut, guru tidak
saja dapat mencari dan menyatakan tujuan tujuan pendidikan disekolah tetapi
dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan tingkat kematangan, kesiapan dan
kebutuhan anak.
2.
Membantu
Memenuhi Kebutuhan-kebutuhan Dasar Siswa
Sebagaimana manusia umumnya, maka siswa
memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu. Maslow (Ngalim Porwanto, 1990:77)
mengemukakan ada lima kebutuhan dasar manusia. Secara hirarkis, kelima
kebutuhan dasar itu digambarkan sebagai berikut ini.
Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar
yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar
dari organisme manusia separti kebutuhan makanan, pakaian dan perumahan.
Kebutuhan
rasa aman kebutuhan untuk terbebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya,
ancaman penyakit dan perlakuan tidak adil.
Kebutuhan
kasih sayang yaitu ebutuhan untuk merasa dicintai dan di miliki serta di
sayangi oleh orang lain
Kebutuhan
panghargaan yaitu kebutuhan akan penghargaan atas prestasi, kemampuan,
kedudukan, pangkat dan sebagainya.
Kebutuhan aktualiasasi diri yaitu
kebutuhan untuk menyampaikan atau memunjukan kemempuan diri secara maksimum dan
kreatif.
Kebutuhan-kebuthan yang terpenuhi itu akan
dapat mendatangkan kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan bagi orang yang
bersangkutan. Sebaliknya, kebutuhan-kebutuan yang tidak terpenuhi dapat
mendatangkan kesulitan, ketidaksenangan, dan ketidakbahagiaan pada diri orang
yang bersangkutan. Bagi siswa siswa di sekolah, terpenuhinya kebutuha-kebutuhan
itu akan memungkinkan dapat mencapai perkembangan secara optimal. Tugas bimbingan
dan konseling yang terpenting dalam hal ini adalah membantu agar anak didik
dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
Kebutuhan
akan layanan bimbingan di sekolah dasar bertolak dari kebutuhan dan masalah
perkembangan siswa, temuan lapangan (Sunnaryo Kartadinata, 1992; Sutaryat
Trisnamansyah dkk, 1992) menunjukkan bahwa masalah-masalah perkembangan siswa
sekolah dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi dan
sosial. Masalah-masalah perkembangan ini memunculkan
kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah dasar. Sisi lain yang memunculkan
layanan kebutuhan akan layanan bimbingan sekolah dasar ialah rentang keragaman
individual siswa yang amat lebar. Tentang keragaman siswa sekolah dasar
bergerak dari siswa yang sangat pandai sampai dengan yang sangat kurang, dari
siswa yang sangat mudah menyesuaikan diri terhadap program sampai dengan siswa
yang sulit menyesuaikan diri, dari siswa yang tidak bermasalah sampai dengan
dsiswa yang sarat akan masalah. Kondisi seperti ini akan memunculkan populasi
khusus yang menjadi target layanan bimbingan, anatara lain mencakup:
a. siswa dengan
kecerdasan dan kemampuan diri
b. siswa yang
mengalami kesulitan belajar
c. siswa dengan
perilaku bermasalah
Secara formal, kedudukan bimbingan dalam sistem pendidikan di Indonesia
telah digariskan didalam undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional beserta perangkat peraturan pemerintahnya. hal-hal yang
berkenaan dengan pendidikan dasar dimana sekolah dasar ada didalamnya,
dibicarakan secara khusus dalam PP No. 28 tahun 1989. Pada pasal 25 dalam PP
tersebut dikatakan bahwa :
a. Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
b. Bimbingan
diberikan oleh guru pembimbing.
Pengakuan
formal seperti ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di sekolah dasar
perlu dilaksanakan secra terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki
kemampuan untuk itu. Untuk pendidikan disekolah dasar pada
saat ini, dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa serta
penyelanggaraan sistem pendidikan sekolah dasar yang ditangani oleh guru kelas,
maka layanan bimbingan disekolah dasar dalam banyak hal masih akan lebih
efektif dilaksanakan secara terpadu dengan proses pembelajaran dan ditangani
oleh guru kelas. oleh karena itu guru sekolah dasar dikehendaki memiliki
pemahaman dan kemampuan untuk menyelanggarakan layanan bimbingan.
Hakikat
Bimbingan dan Konseling di SD
M.
Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau
layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan.
Bimbingan
ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu
dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam
kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan
adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu
dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
Perlunya
Bimbingan dan Konseling di SD.
Jika
ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi
perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek
psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat
dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta
sehat jasmani dan rohani.
Untuk
mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh
komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan.
Bila
dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses
bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat
sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah
dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan
relatif menetap.
Menurut
Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya
layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1) masalah
perkembangan individu,
(2) masalah
perbedaan individual,
(3) masalah
kebutuhan individu,
(4) masalah
penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5) masalah
belajar
3. Mengatasi pengaruh kondisi rumah tangga yang
kurang menguntungkan
Anak-anak yang memasuki sekolah
dasar berasal dari berbagai latar belakang rumah tangga. Ada yang orang tuanya
kaya, ada pula yang miskin, ada yang rumah tangganya retak (broken home), ada
yang di tolak atau tidak diterima sebagai mana mestinya, ada anak yang
dilindungi, dan di pilih kasihi yang berlebihan. Kondisi rumah tangga yang
demikian itu banyak sedikitnya akan mempengaruhi perkembangan anak. Berikut ini
akan dibicarakan beberapa kondisi rumah tangga yang tidak menguntungkan itu.
a.
Keadaan ekonomi yang serba berkecukupan dan
serba berkekurangan.
Ada
dua kelompok ekonomi orang tua yang dapat membahayakan kesehatan mental anak,
yaiyu keluarga yang serba berkecukupan dan keluarga yang berkekurangan. Dalam
rumah tangga yang serba berkecukupan misalnya, orang tua mungkin terlalu
memperturutkan atau terlalu membatasi kehendak anak-anaknya. Sementara itu,
dalam rumah tangga yang serba berkekurangan anak-anak mungkin tidak terurus,
dilepas begitu saja, atau ditolak oleh orang tuanya. Namun demikian keluarga
yang serba berkecukupan tidaklah selalu menimbulkan resiko seperti ini.
Demikian juga dengan keluarga yang berkekurangan.
Gejala-gejala
berkekurangan itu boleh jadi terdapat hal kekurangan perumahan,makanan
pakaian,ketentraman, dan kesejahteraan anak. Sebabnya kekayaan boleh jadi dapat
membuat anak lupa diri, malas belajar dan angkuh karena mereka tidak merasakan
adanya tetangga. Segalanya dapat mereka peroleh dengan mudah.
Sifat-sifat
kepribadian seperti salah sesuai, benci, iri hati, prasangka dan lain-lain
dapat terjadi dan berkembang karena keadaan eekonomi yang tidak menguntungkan.
Keadaan ekonomi yang berkekurangan dapat membuat para orang tua mengalami
kesulitan dalam memberikan rasa aman pada diri anak-anak mereka. Hanya orangtua
yangbijak sanalah yang dapat menciptakan suatu rumah tangga yang menyenangkan
bagi anak-anak, walaupun mengalami kesulitan dalam hal ekonomi.
b.
Pengaruh penolakan orang tua terhadap anak
Seorang anak ditolak apa bila tidak diharapkan dan tidak dicintai oleh
salah seorang atau kedua orang tuanya. Penolakan itu dapat karena sebagai
sebab, seperti keadaan ekonomi yang kutrang menguntungkan, tidak seperti yang
diharapkan, hasil “hubungan gelap”, dan sebagainya.
Konsep “penolakan” hendaknya dipandang dalam batas-batas tertentu, yaitu
ditolak sebagian atau ditolak seutuhnya. Walaupun pembagian ini memiliki
sifat-sifat tertentu, tetapi penolakan itu tetap masih sulit untuk diungkapkan
karena anak-anak yang tidak ditolakpun mungkin menunjukkan gejala-gejala yang sama
misalnya, seorang anak yang sangat tidak disukai pada suatu waktu, tetapi
kemudian masih dicintai lagi oleh orang tuanya, kemungkinan tidak dianggap
menjadi anak yang ditolak seluruhnya. Penolakan sebagian dapat terjadi kalau
orang tua menolak memenuhi keinginan-keinginan anaknya berdasarkan pertimbangan
rasional karena cara ini dianggapnya sebagai cara yang terbaik untuk membentuk
karakter anaknya.
Bagian reaksi dan sikap orang tua yang menolak anaknya? reaksi atau sikap
orang tua berkenaan penolakan ini dapat dikenali melalui prosedur dan atau
produser yang rumit. Seseorang ibu misalnya mungkin secara terus terang
menyatakan bahwa ia menginginkan anak yang pernah lahir dan sejak semula
mungkin telah meminta dorongan emosional, finansial, sosial dan sosial dari
orang lain.orang tua yanglain boleh jadi berusaha mengirim atau memasukkan
anaknya dalam suatu lembaga seperti panti asuhan, rumah titipan anak dan
sebagainya.
Di pihak lain terdapat pula orang tua yang tidak ingin memarahi anaknya,
membiarkan anaknya melakukan apa saja yang disukainya. Orang tua seperti ini
tidak menyadari bahwa pada dasarnya mereka tidak mencintai anak-anak mereka,
bahkan dapat dikatakan penolakan yang terselubung. Dengan tindakan membebaskan
atau membiarkan anak melakukan apa sajapekerjaan yang dimauinya itu,
anak-anaktidak lagi berada dalam suasana terawasi, dan tidak mengetahui mana
yang patut dan mana yang tidak patut, mana yang baik d an mana yang tidak baik.
Anak-anak yang ditolak oleh orang tuanya aabila mereka
berada dalam kelompok lain sering dapat mengalami berbagai kesulitan, seperti
merasa harga diri rendah atau lebih, salah tingkah, tidak disiplin dan suka
melanggar peraturan.
c. pengaruh
perlindungan dan sikap pilih kasih yang berlebihan
Seorang anak dikatakan dilindungi secara berlebihan apabila ia terus
menerus dijaga, dilindungi dan dimanjakan secara berlebih-lebihan. Biasanya
anak-anak yang dilindungi dan di pilih kasihi secara berlebihan cenderung
bersikap mementingkan diri sendiri, suka memaksa dan suka memaksa dalam
memenuhi keinginannya.
d. pengaruh
keretakan rumah tangga (broken home)
Keretakan rumah tangga atau broken home menggambarkan seagian suatu
keadaan dimana terjadi kekacauan dlam organisasi rumah tanga yang biasanya
disebabkan oleh kematian. Ayah tidak bekerja, atau ibu terlalu sibuk dengan
urusan luar. Percecokan yang terus menerus antara ayah dan ibu memungkinkan
besar akan dapat menimbulkan keretakan dalam ruamh tangga. Walaupun tidak
dianggap sebagai sebab yang utama, tetapi secara umum diyakini bahwa keretakan
rumah tangga adalah merupakan tanah yang subur bagi terjadinya masalah pada
diri anak. Anak-anak dari keluarga seperti ini sering tidak mendapatkan
perhatian dan kasih sayang yang wajar dari orang tua mereka. Mereka bahkan juga
merasa tidak mendapat perlindungan dari orang tuanya. Konsekuensinya, mereka
melakukan berbagai perbuatan yang kadang-kadang menjurus ke perbuatan negatif.
Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka ingin mendapatkan perhatian dari orang
lain, terutam orang tuanya. Kadar perbuatan mereka tidak dapat meningkat lagi
apabila pada tingkat awal ini mereka tidak mendapatkan perhatian yang
diharapkan.
4. mengatasi pengaruh kondisi sekolah yang tidak sehat
Sekolah tidak selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi setiap siswa.
Ada kalanya sekolah menjadi sumber masalah pada diri siswa. Di antara
kondisi-kondisi sekolah yang dapat menjadi sumber masalah pada diri siswa
adalah: (a) kurikulum yang tidak sesuai, (b) persaingan yang tidak sehat sesama
murid, (c) guru kurang memahami perbedaan-perbedaan individu murid, (d)
pelaksanaan administrasi sekolah yang tidak teratur, dan (e) kepribadian guu
serta cara-cara pengelolaan kelas yang kurang mantap.
a.
Kurikulum yang tidak sesuai
Banyak orang yang
beranggapan bahwa tujuan utama dari sekolah dasar adalah mengajarkan berbagai
pengetahuan dan keterampilan pada siswa. Mereka menganggap bahwa otak anak
sebagai gidang atau lumbung yang dapat diisi berbagai fakta dan komunikasi, dan
siap untuk digunakan kembali pada masa yang akan datang. Lebih dari itu, banyak
guru dan orang percaya bahwa nilai belajar yang diperoleh anak sama dengan
kemempuannya mempelajari pengetahuan dan keterampilan serta menyimpannya dalam
otaknya melalui pengajaran berbal dan
buku-buku teks. Pandangan-pandangan dan cara-cara pelakuan seperti itusudah
tentu dapat merugikan bagi perkembangan
anak. Beribu anak yang tidak di berkahi untuk memperoleh prestasi belajar yang
tinggi, bahkan mereka menjurus menjadi anak yang putus asa dan salah suai.
Pengajaran terlalu banyak ditekankan pada ukuran apa yang harus diketahui anak
daripada apa yang dapat mereka pahami dan bagaimana bertingkah laku. Siswa
tidak banyak memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dakam hal bagaai mana
bergaul dengan orang lain secara berhasil. Pendidikan di sekolah dasar
hendaknya diarahkan secara langsung pada peningkatan kualitas hidup. Hal ini
mencakup tujuan yang lebih luas dan lebih dalam daripada sekedar penguasaan bahab –bahan pengajaran
Seorang guru yang
terlatih baik memandang anak sebagai sesuatu yang lebih dari seorang murid yang
mampu menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan. Ia memandang anak sebagai pribadi yang dinamis yang mcakup
sikap-sikap, kebiasaan-kebiasaan, dan ide-ide yang berhubungan denagan setiap
aspek kehidupannya, yaitu kesehatan dan penyesuaian sosio emosional.
Keefektivan sekolah merupakan suatu pertimbangan untuk menjawab pertanyaan;
”bagai mana anak bertingkah laku”? tingkahlaku tidak hanya tergantung pada apa
yang anak ketahui, tetapi terlebih lagi pada anak ketahui, tetapi terlebih lagi
pada apa yang ia yakini,pada sikap-sikap, cita-cita dan nilai-nlai. Dengan kata
lain, pendidikan sekolah dasar tidak terbatas pada pengajaran didalam kelas dan
pada buku-buku teks, melainkan harus juga terkait dengan kehidupan dirumah, di
masyarakat, dan lingkungan hidup.
b.
Persaingan yang tidak sehat
Masyarakat pada
dasarnya adalah kompetitif. Kendati pun hal itu tidak diharapkan, tetapi kita
tidak dapat mungkin menghindarinya. Kepribadian, kecerdasan, dan atau prestasi
belajar anak mempunyai arti hanya setengah dibandingkan dengan orang lain yang
sesuai dengan dirinya.
Melalui bimbingan,
guru hendaklah membantu anak agar dapat menyesuaikan diri secara lebih baik
dibawah situasi yang kompetitif itu, dan menghindari sebanyak mungkin akibat-akibat
persaingan yang tidak sehat. Persaingan di dalam kelas yang menekankan
perjuangan antar pribadi (person-to-person struggle) untuk mendapatkan peranan,
status, dan imbalan. Justru sebaiknya dapat mendorong terjadinya sifat sombong,
angkuh dan mementingkan diri sendiri pada siswa. Penekanan yang terus menerus
untuk berhasil, terutama dalam pencapaian cita-cita yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah, sering mengakibatkan terjadinya berbagai masalah; seperti:
melawa, durhaka, masa bodoh, kepatuhan pasif, kehilangan inisiatif, dan
penghayal. Oleh sebab itu, guru hendaknya senantiasa mengamati bentuk-bentuk
tingkah laku siswa apabila ada siswa yang kurang bersemangat sebagaimana
dikemukakan diatas.
c.
Penyamarataan pengajaran bagi semua siswa
Ada anggapan bahwa
setelah kelompok murid mengikuti suatu pengajaran yang sama, dengan guru yang
sama, dan metode yang sama; maka siswa-siswi itu akan dapat mencapai hasil
belajar yang sama. Sekolah seperti ini menempatkan kelompok siswa yang sama di
dalam ruangan yang sama, menggunakan metode pengajara yang sama. Selanjutnya
siswa diharuskan membuat dan menyelesaikan tugas yang sama dari halaman buku
yang sama pula setiap hari. Setiap siswa diharuskan menguasai mata pelajaran
yang sama agar mereka dapat memberikan jawaban yang sama terhadap soal ujian
yang sama.
Anggapan di atas sudah
tentu merupakan pandangan yang keliru tentang siswa. Siswa pada dasarnya adalah
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Mereka berbeda dalam berbagai hal,
seperti bakat, kemampuan, minat, dan sifat-sifat pribadi lainnya.
Perbedaan-perbedaan ini dengan sendirinya akan mengakibatkan perbedaan pula
dalam hal kecepatan dan hasil belajarnya.ada siswa yang dalam waktu yang
singkat dapat menguasai bahan-bahan pelajaran. Sebaliknya, ada pula siswa yang
memerlukan waktu yang lama untuk dapat menguasai bahan-bahan pelajaran. Mereka
ini boleh jadi memerlukan pendekatan khusus untuk dapat menguasai bahan-bahan
yang dipelajarinya itu.
Pengajaran tidak hanya
sesuai dengan kemampuan intelektual individu siswa, tetapi juga dengan
perbedaan emosialnya. Pengajaran yang seragam bagi semua murid tidak saja akan
mengakibatkan siswa yang cerdas menjadi bosan atau jemu, tetapi juga
siswa-siswa yang lamban pun dapat menjadi putus asa dan bersikap masa bodoh.
Penyamarataan pengajaran bagi setiap siswa yang dapat merugikan, tidak hanya
siswa-siswa yang bodoh tetapi juga bagi murid yang cerdas. Oleh sebab itu,
perlu ada pengaturan pengajaran atau pelayananyang memungkinkan setiap siswa
dapat mencapai prestasi yang sesuai dengan sifat-keindividuannya masing-masing.
d.
Pelaksanaan administrasi sekolah kurang memadai
Pelaksanaan
administrasi pengajaran yang mengharuskan guru untuk mengajar 40 sampai 50
orang siswa dalam satu kelas dapat menimbulkan masalah, baik bagi guru maupun
siswa. Demikian pula ruang-ruang kelas yang kecil dan penuh perabotan berupa
meja, kursi, dan perabot lainnya yang tertancap di lantai, cenderung mendorong
terjadinya pola pengajaran “duduk, diam dan dengar”. Keadaan ruang kelas
seperti diatas, kurang memberikan kebebasan bagi siswa dan guru untuk
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)” yang
berkadar tinggi.
Praktek-praktek
penilaian be;ajar siswa yang dilakukan oleh guru tidak jarang menimbulkan
masalah. Kecenderungan-kecenderungan guru melakukan jalan pintas dalam
melaksanakan penilaian, seperti memberi nilai tanpa didahului oleh pengukuran,
alat-alat penilaian yang tidak baku, memberi nilai tanpa distandardisasikan
lebih dahulu, justru tidak saja membuat nilai itu sendiri kurang bermakna
tetapi juga membingungkan dalan menafsirkannya. Akhirnya, sistem kenaikan kelas
yang diterapkan di sekolah kurang memberi kesempatan bagi siswa untuk
berkembang sesuai dengan kecepatan dan
tempo perkembangannya masing-masing. Dengan sistem kenaikan kelas seperti ini
siswa-siswa yang cerdas terpaksa harus menunggu murid-murid yang kemampuannya
sedang atau lambat. Sebaliknya, siswa yang lamban terpaksa harus menunggu
murid-murid yang kemampuannya sedang atau lambat. Sebaliknya, siswa yang lambat
terpaksa harus mengikuti siswa-siswa yang cerdas. Dengan keadaan-keadaan
seperti di atas, siswa-siswa tidak
dihargai sesuai dengan keadaan diriya
masing-masing.
e.
Kepribadian guru dan cara-cara pengelolaan kelas
Ada tiga tipe umum
kepribadian guru, yaitu: (1) guru yang otoriter, (2) guru yang ‘laissez-faire’, dan (3) guru yang
demokratis. Masing-masing tipe kepribadian guru itu akan muncul dalam
pelaksanaan pengajaran sehari-hari di depan kelas. Guru yang otoriter adalah
guru yang cenderung menentkan sendiri. Guru-guru seperti ini kurang memberi
kebebasan bagi siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Segala sesuatunya
ditentukan sendiri oleh guru, murid tinggal menerima apa yang disampaikan oleh
guru. Guru yan ‘laissez-faire’ adalah
guru yang memberikan kebebasan yang lebih besar bagi murid untuk berbuat. Siswa
memiliki kebebasan yang besar untuk menentukan sendiri apa yang patut
dilakukannya. Peranan guru hampir tidak ada. Guru-guru seperti kurang memiliki
wibawa dihadapan siswa-siswanya. Akhirnya, guru yang demokratis adalah guru
yang di samping memberikan kebebasan bagi siswa-siswanya untuk berbuat dalam
batas-batas tertentu juga dapat memberikan tuntutan bagi.
Dalam pelaksanaan
pembelajaran sehai-hari yang bersikap otoriterkarena ia takut kehilangan wibawa
di depan siswa-siswanya.apa bila seorang uru bersikap seperti ini, sudah tentu
sangat merugikan perkembangan murid selanjutnya.siswa akan menjadi pasif, tidak
kreatif, dan tidak berani mengemukakan pendapatnya.
5. Mengatasi pengaruh
kondisi sosial-budaya yang kurang menguntungkan.
Kemajuan-kemajuan yang
di capai dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dewasa ini telah
membuat orang memperoleh banyak kemudahan di jagad raya ini.kemajuan dibidang
komunikasi misalnya; seakan-akan menghilangkan jarak antara satu daerah ke
daerah lain, antara satu benua dengan
benua lain, dan antara bumi dan pelanet-pelanet lain.demikian pula
dengan kemajuan transportasi memudahkan terjsdinys mobilitas penduduk dari suatu
daerah ke daerah lain, dari suatu negara ke negara lain. Akhirnya, untuk
meningkatkan devisa negara dan penghasilan rakyat perlu pula di tingkatkan
bisnis dalam bidang kepariwisataan.
kemajuan dalam bidang
di kemukakan di atas menimbulkan berbagai perubahan dalam berbagai segi
kehidupan dalam masyarakat, seperti sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Perubahan-perubahan
yang di timbulakan itu tidak hanya menguntungkan tetpi juga merugikan
masyarakat, yaitu beberapa pengaruh-pengaruh buruk sebagai ekses dari
pembangunan itu sendiri. Dari pengaruh-pengaruh buruk yang dapat timbul lagi
anak-anak muda tidak sekolah dasar adalah malas belajar, tidak mau menggunakan
pikiran secara cermat.
Sekolah tidak dapat
melepaskan diri dari kondisi kehidupan masyarakat. Bahkan mempunyai tanggung
jawab untuk membantu siswa-siswanya, baik sebagai pribadi maupun sebagai calon
anggota masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung
jawab mendidik dan mengajar siswa agar dapat menjadi warga masyarakat yang baik
dan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Kegiatan belajar mengajar
merupakan salah satu upaya yang diberikan oleh guru sekolah. Namun demikian,
kegiatan itu saja belum memadai untuk dapat menyiapkan siswa menjadi warga
masyarakat yang baik mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
Disamping kegiatan belajar-mengajar, guru hendaknya juga memberikan bantuan
kepada individu-individu murid yang mengalami kesulitan-kesulitan pribadi agar
mereka mampu mengatasai masaalah yang di hadapinya. Didalam hal ini, diperlukan
adanya layanan khusus yang disebut binbingan dan konseling. Program bimbingan
dan konseling membantu berhasilnya pengajaran secara keseluruhan.
B. Fungsi bimbingan konseling di SD
1. Fungsi Pemahaman,
yaitu fungsi bimbingan dan
konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya
(potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi Preventif,
yaitu fungsi yang berkaitan
dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang
mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh
konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau
kegiatan yang membahayakan dirinya.
3. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
3. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan
kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak
diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan
obat-obatan, drop out dan
pergaulan bebas (free sex).
3. Fungsi Pengembangan,
yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya . Konselor senantiasa berupaya
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan konseli. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau
bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang
dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah
pendapat (brainstorming), home
room, dan karyawisata.
4. Fungsi Penyembuhan,
yaitu fungsi bimbingan dan
konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut
aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan
adalah konseling, dan remedial teaching.
5. Fungsi Penyaluran,
yaitu fungsi bimbingan dan
konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau
program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan
fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun
di luar lembaga pendidikan.
6. Fungsi Adaptasi,
yaitu fungsi membantu para
pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru
untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,
minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang
memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam
memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi
Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan
pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi Penyesuaian,
yaitu fungsi bimbingan dan
konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi Perbaikan,
yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir,
berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi
(memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola
berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat
mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
9. Fungsi Fasilitasi,
memberikan kemudahan kepada
konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi,
selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi Pemeliharaan,
yaitu fungsi bimbingan dan
konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan
situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi
konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan
produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program
yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli
Salah satu fungsi pokok program bimbingan
di Sekolah Dasar adalah “ membantu menyesuaikan masing-masing siswa terhadap
sekolah dan dari sekolah terhadap siswa” ( Crow and Crow, 1960). Menurut fungsi
ini, anak harus dapat menyesuaikan dirinya dengan cara-cara yang baru dalam
berbuat dan bertingkah laku. Ia sekarang berada dalam suatu kelompok yang dalam
berapa hal sudah terstruktur, yaitu memiliki aturan-aturan dan cara-cara
tertentu. Sambil ia bekerja dan bermain dengan anak-anak lain, ia harus bekerja
sama serta memikul tanggung jawab kerjasama. Ia juga harus dapat menemukan
bahwa dirinya diharapkan untuk dapat mengikuti petunjuk-petunjuk dan
perintah-perintah dari guru. Selanjutnya, ia juga tidak dapat menuntut terlalu
banyak perhatian dari gurunya. Ia harus dapat menetapkan sendiri hal-hal apa
yang patut dikerjakannya sehari-hari di sekolah. Bagi siswa-siswa yang tidak mengikuti
taman kanak-kanak sebelumnya, mungkin membutuhkan bantuan dalam menyesuaikan
dirinya terhadap suasana kehidupan yang jauh dari orngtua dan rumah tangganya
agar dapat ikut serta dengan baik dalam kegiatan sekolah sehari-hari. Bantuan
itu dapat diberikan dalam bentuk bimbingan perseorangan atau bimbingan
kelompok.
fungsi bimbingan di
sekolah dasar tidak hanya menyangkut penghayatan yang lebih luas. Sekolah
mempunyai tanggung jawab yang luas, yakni menyediakan kesempatan-kesempatan
bagi anak didik untuk dapat berkembang secara efektif. Oleh sebab itu program
bimbingan harus di rancang untuk :
1) Mencegah terjadinya masalah pada diri
siswa.
2) Memberikan bantuan bagi siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar.
3) Mengenali siswa-siswa yang mengalami
kesulitan yang mendalam agar dapat diadakan usaha-usaha penyembuhan secara
lebih tepat.
4) Bertindak sebagai alat untuk memudahkan
komunikasi antara rumah tangga dan sekolah.
5) Menyediakan informasi tentang perkembangan
siswa, sekolah, proses belajar, dan kurikulum bagi orangtua siswa.
6) Memperkenalkan siswa tentang sekolah dan
menyiapkan mereka untuk memasuki sekolah yang lebih tinggi.
7) Mempekenalkan guru-guru tentang program
testing yang dapat melengkapi informasi tentang anak untuk digunakan secara
bersama-sama dengan informasi-informasi lainnya yang diperoleh guru di dalam
kelas.
8) Menyediakan kesempatan bagi individu siswa
yang membutuhkan batuan untuk mengikuti konseling dan mendapatkan informasi
pendidikan dan jabatan.
9) Bertindak sebagai perantara untuk
layanan-layanan khusus tersedia di luar sistem persekolahan.
10) Memberikan batuan dalam penempatan siswa
dalam kelas-kelas dan sekolah yang sesuai.
11) Bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain
dalam mengkoordinasi program kesehatan mental siswa.
C. Syarat-syarat Pokok Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar
Berbeda dengan di sekolah menengah
atau di perguruan tinggi, di mana pada kedua jenjang pendidikan itu disediakan
petugas khusus untuk melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling bagi siswa-siswa atau mahasiswa. Di sekolah dasar tugas-tugas dan
fungsi biumbingan dan konseling dilaksanakan langsung oleh masing-masing guru
kelas. Dengan demikian, para guru kelas memegang peranan ganda, sebagai
pengajar dan juga sebagai pembimbing bagi murid-muridnya. Sebagai pengajar,
guru menyampaikan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
(norma-norma) kepada murid-muridnya sebagaimana diatur di dalam kurikulum
sekolah. Di samping itu, apabila dia menemui adanya murid-murid yang mengalami
masalah, maka dia bertindak sebagai pembimbing/konselor dengan melaksanakan
tugas dan fungsi bimbingan dan konseling bagi siswa-siswanya.
Usaha-usaha bimbingan Sekolah Dasar
khususnya yang lebih efektif, menurut A.J. Jones, karena :
1) Para
peserta didik usia SD fleksibel dan masalah-masalah yang mereka hadapi belum
sempat berurat-berakar atau tertanam dalam.
2) Para
orangtua umumnya bekerjasama lebih aktif dengan sekolah.
3) Panjang
waktu yang tersedia untuk lebih mensukseskan perkembangan peserta didik,
khususnya mereka lebih leluasa dibantu memahami dirinya sendiri dan untuk
memperoleh pendekatan-pendekatan yang tepat-guna ke arah pemecahan
masalah-masalahnya.
Di
samping faktor penunjang ini, demi lancarnya pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah dasar diperlukan adanya syarat-syarat tertentu. Dalam hal
ini ialah sifat yang positif dari guru dalam menangani tugas dan tanggungjawabnya
sehari-hari. Sikap positif yang dimaksud antara lain sebagai berikut :
1) Adanya
kesediaan guru untuk berperan ganda yaitu sebagai guru dan sebagai pembimbing.
2) Adanya
kesediaan guru untuk senantiasa menciptakan suasana belajar-mengajar yang
kondusif guna memungkinkan siswa dapat mengembangkan bakat, kemampuan, dan
minatnya secara optimal, dengan jalan menempatkan siswa sesuai dengan
tugas-tugas perkembangannya.
3) Adanya
kesediaan guru untuk selalu memahami siswa dengan jalan mencatat fakta-fakta
yang berkaitan dengan minat, sikap, pola tingkah laku, cita-cita, nilai-nilai
dan status sosial ekonomi orangtuanya.
4) Adanya
kesediaan guru untuk senantiasa mengintegrasikan informasi tentang pendidikan
dan jabatan ke dalam mata pelajaran yang sekolah
dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang mendasar bagi pengembangan
layanan-layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya.
5)
Adanya kesediaan guru kelas mencurahkan
perhatian terhadap peserta didik tertentu secara individual di samping
perhatian terhadap kelompok peserta didik.
6)
Adanya pengaturan jarak psikologis antara guru
kelas dengan peserta didik, tidak terlalu jauh atau renggang dan tidak terlalu
dekat atau akrab.
7) Adanya
kesediaan guru kelas untuk mengadakan kunjungan rumah (home-visit) dalam rangka
layanan-layanan bimbingan dan mempererat hubungan guru dengan orangtua peserta
didik bagi kepentingan bimbingan.
Tyler (1969:33)
mengemukakan bahwa sifat-sifat pribadi yang harus dimiliki oleh orang-orang
yang bekerja sebagai pembimbing/konselor adalah penerimaan (acceptance),
pemahaman (understanding), dan ketulusan (sincerity). Istilah
“penerimaan” mengandung dua hal pokok, yaitu : pertama, keinginan untuk
menghargai dan menerima murid sebagaimana adanya sesuai dengan sifat-sifat
perbedaan individual yang dimilikinya; dan kedua, menyadari bahwa
pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh individu adalah sangat kompleks.
Rogers (dalam Tyler,
1969) menggunakan istilah penghargaan positif tidak bersyarat (unconditional
positive regard) untuk menyatakan maksud yang sama atau bersamaan dengan
istilah “penerimaan”. Sifat pribadi kedua, yaitu pemahaman (understanding)
menunjuk kepada proses pemahaman tentang perasaan-perasaan klien. Churkhuff
(dalam Tyler, 1969) menggunakan istilah pemahaman yang empatik (emphatic
understanding) untuk menyatakan pemahaman pembimbing atas kliennya. Sedangkan ketulusan
(sincerity) adalah menyatakan keikhlasan atau kesukarelaan
pembimbing/konselor dalam membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang
dialaminya. Pembimbing (dalam hal ini guru) harus selalu terbuka dan bersedia
memberikan bantuan kepada siswa-siswanya yang memerlukannya demi untuk kesejahteraan
dan kebahagiaan siswa itu sendiri.
Terimakasih, sangat bermanfaat..
BalasHapus