A.
Murid
Akselerasi, Inkluisi, dan Cerdas Berbakat
1.
Murid
Akselerasi
Pembelajaran Akselerasi
(Accelerated learning) sudah berkembang sejak 1970. Ide pembelajaran ini
berangkat dari hasil temuan Dr. Lozanov pada tahun 1950 yang menangani pasien
gangguan psikologis dengan teknik-teknik sugesti dan menenangakan mereka dengan
musik barok (abad 17). Teknik ini berhasil menyembuhkan pasien tersebut dan Dr.
Lazanov menyebut ini sebagai ”cadangan pikiran yang tersembunyi”. Kemudian Dr.
Lozanov mengadakan penelitian ilmu jiwa untuk memberi sugesti kepada siswa
dalam pembelajaran. Dengan mengaktifkan cadangan gelombang otak pada siswa dan
keberadaan jiwa dalam memimpin pribadi membuat konsentrasi, mental, disiplin
dan perenungan dengan musik dalam keadaan yang rilek untuk meningkatkan memori.
Ternyata siswa dapat menyerap perlajaran bahasa asing lebih cepat, musik,
sugesti positif, mainan anak-anak memungkinkan selain pembelajaran cepat juga
jauh lebih efektif.
Pembelajaran
Akselerasi (Accelerated Learning/AL) adalah salah satu cara belajar alamiah
yang menggugah sepenuhnya kemampuan belajar para pebelajar, membuat belajar
lebih menyenangkan dan memuaskan serta memberikan sumbangan sepenuhnya pada
kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi dan keberhasilan. Ciri
dari Accelerated Learning
adalah mementingkan tujuan, bekerja sama, luwes, gembira, banyak cara, melibatkan
emosional dan multi indrawi, serta mengutamakan hasil.
Pembelajaran Akselerasi
(Accelerated Learning/AL) merupakan pendekatan yang sistematis terhadap
pengajaran untuk seluruh orang yang berisi elemen-elemen khusus, yang ketika
digunakan bersama mendorong siswa untuk belajar lebih cepat, efektif dan
menyenangkan (Bobby Deporter). Tujuan AL adalah menggugah sepenuhnya kemampuan
belajar para pelajar, membuat belajar menyenangkan dan memuaskan bagi mereka
dan memberikan sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi
dan keberhasilan mereka sebagai manusia.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Akselerasi
Meier (2002) dan Rose (2003) mengungkapkan prinsip-prinsip Accelerated Learning (AL ), yaitu:
Meier (2002) dan Rose (2003) mengungkapkan prinsip-prinsip Accelerated Learning (
1. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.
2. Belajar adalah berkreasi bukan mengkonsumsi.
3. Kerja sama membantu proses belajar.
4. Pembelajaran berlangsung pada berbagai tingkatan secara Simultan..
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan
umpan balik).
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
Elemen-Elemen Pembelajaran Akselerasi. Agar
Pembelajaran AL efektif maka dibutuhkan elemen-elemen khusus, yakni:
1. Lingkungan Fisik, perlu diciptakan lingkungan pembelajaran yang
nyaman.
2. Musik, dapat membantu siswa rileks dan fokus.
3. Gambar-gambar yang bermakna, informasi atau sugesti yang diberikan
oleh gambar-gambar di kelas mampu memberikan uraian yang sesuai dengan topik.
4. Guru, kemampuan suara (tekanan dan intonasi) dapat digunakan untuk
menangkap perhatian siswa dan menekankan poin utama.
5. Keadaan Positif, sapaan dan suara yang ramah, penggunaan bahasa
yang memotivasi dapat memperlancar dan menambah daya ingat siswa.
6. Seni dan drama, tujuannya adalah agar pembelajaran lebih hidup.
Langkah-langkahPembelajaranAkselerasi.
Ada
enam langkah menurut Collin Rose disingkat dengan KUASAI, yaitu:
K =
Kuasai pikiran untuk sukses.
U =
Uraikan faktanya.
A =
Apa maknanya.
S =
Sentakkan ingatan.
A =
Ajukan yang diketahui.
I =
Instrospeksi.
Bentuk Penyelenggaran Pembelajaran Akselerasi
1. Program khusus, siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa bersama
dengan siswa bekemampuan biasa.
2. Kelas khusus, siswa yang memiliki kemampuan luar biasa ditempatkan
pada kelas khusus.
3. Sekolah khusus, siswa yang belajar di sekolah
ini adalah mereka yang hanya memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa
Ada
banyak hal yang turut mendukung berhasil-tidaknya program ini. Yakni sarana dan prasarana termasuk di dalamnya guru dan buku.
Pada kelas ini guru harus memiliki kualifikasi dan kemampuan khusus,
berkualitas, berpengalaman, mendapat pelatihan dan selalu siap agar dapat
menyesuaikan diri dengan siswanya. Di daerah, jumlah guru yang memenuhi
kualifikasi relatif sedikit, dan agak sulit untuk mendatangkan guru dari luar
sekolah. Sebab harus mengeluarkan dan menambah anggaran tambahan untuk
keperluan itu. Selain itu, buku yang digunakan di kelas ini diambil dari
berbagai sumber, tidak berpatokan pada buku itu saja termasuk internet bisa
dijadikan acuan sumber informasi. Semua ini jarang sekali dimiliki sekolah yang
ada di daerah.
Orang tua yang siswanya
masuk kelas akselerasi umumnya sangat mendukung dan antusias. Ini dibuktikan
dengan kesanggupan pembayaran uang SPP lebih besar dari siswa. Sebagian uang
itu digunakan untuk membayar honor tambahan guru yang mengajar di kelas akselerasi.
2. Murid Inklusi
Pendidikan
inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada beberapa pengertian
mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan inklusi merupakan
sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan
meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk
berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan
masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata
lain pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus
yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya.
Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh
pendidikan adalah siswa penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang
homogen. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif
untuk memenuhi keberagaman kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat
mencari anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan.
1. KlasifikasiAnakBerkebutuhanKhusus
Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut :
Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut :
a.
Tuna Netra
b.
Tuna Rungu
c.
Tuna
Grahita: (a.l. Down Syndrome)
d.
Tuna
Grahita Ringan (IQ = 50-70)
e.
Tuna
Grahita Sedang (IQ = 25-50)
f.
Tuna
Grahita Berat (IQ < 25)
g.
Tuna Daksa
h.
Tuna Laras
(Dysruptive)
i.
Tuna Wicara
j.
Tuna Ganda
k.
HIV AIDS
2.
Gifted : Potensi kecerdasan istimewa (IQ >
125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa (Multiple Intelligences : Language,
Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal,
Intrapersonal, Natural, Spiritual).
3.
Kesulitan
Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis,
Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)
4.
Lambat
Belajar ( IQ = 70 –90 )
5.
Autis
6.
Korban
Penyalahgunaan Narkoba
7.
Indigo
1. Pendekatan secara kurikulum nasional
dikaitkan dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Kurikulum pendidikan nasional yang diterapkan saat ini ternyata sangat
menyulitkan anak-anak yang berkebutuhan khusus (ABK), seperti yang terjadi di
sekolah-sekolah inklusi. Kebutuhan sekolah inklusi ini bukan kurikulum yang
berfokus bagaimana mengarahkan siswa agar sesuai harapan standar kurikulum yang
berangkat dari sekedar bagaimana mengatasi keterbatasan siswa, tetapi berangkat
dari penghargaan, optimisme dan potensi positif anak yang berkebutuhan khusus.
Tetapi kenyataan yang ada sekarang, kurikulum pendidikan nasional masih kaku, arogan dan tidak mau mengalah. Bahkan terhadap siswa yang termasuk Anak Berkebutuhan Khusus, dimana siswanyalah yang harus mengalah dan menyesuaikan diri, bukan kurikulum yang menyesuaikan diri dengan potensi siswa. Kondisi tersebut sangat menyulitkan anak-anak berkebutuhan khusus yang berada dalam kelas inklusi.Selain kurikulum yang menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah inklusi adalah, banyak guru yang masih belum memahami program inklusi. Kalaupun ada yang paham, keterampilan untuk menjalankan sekolah inklusi, itupun masih jauh dari harapan. Bahkan ketersediaan guru pendamping khusus juga belum mencukupi. Salah satu program, mendesak yang harus dikuasai guru dalam program sekolah inklusi tersebut adalah menambah pengetahuan dan ketrampilan deteksi dini gangguan dan potensi pada anak. Pendidikan inklusi berarti juga harus melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses perencanaan, karena keberhasilan pendidikan inklusi tersebut sangat bergantung pada partisipasi aktif orang tua bagi pendidikan anaknya.
Tetapi kenyataan yang ada sekarang, kurikulum pendidikan nasional masih kaku, arogan dan tidak mau mengalah. Bahkan terhadap siswa yang termasuk Anak Berkebutuhan Khusus, dimana siswanyalah yang harus mengalah dan menyesuaikan diri, bukan kurikulum yang menyesuaikan diri dengan potensi siswa. Kondisi tersebut sangat menyulitkan anak-anak berkebutuhan khusus yang berada dalam kelas inklusi.Selain kurikulum yang menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah inklusi adalah, banyak guru yang masih belum memahami program inklusi. Kalaupun ada yang paham, keterampilan untuk menjalankan sekolah inklusi, itupun masih jauh dari harapan. Bahkan ketersediaan guru pendamping khusus juga belum mencukupi. Salah satu program, mendesak yang harus dikuasai guru dalam program sekolah inklusi tersebut adalah menambah pengetahuan dan ketrampilan deteksi dini gangguan dan potensi pada anak. Pendidikan inklusi berarti juga harus melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses perencanaan, karena keberhasilan pendidikan inklusi tersebut sangat bergantung pada partisipasi aktif orang tua bagi pendidikan anaknya.
2. Paradigma/ Pandangan Masyarakat Terhadap Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi memang tidak popular dalam masyarakat. Masyarakat hanya disibukan dengan urusan meningkatkan kualitas pendidikan secara horizontal maupun vertical. Sehingga anak bangsa yang memiliki kebutuhan yang terbatas ini sering termarginalkan (kaum yang tersisih). Pelayanan pendidikan ini memang memerlukan sarana dan prasarana yang cukup besar tapi bukan berarti harus ditinggalkan karena mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Kita harus meninggalkan persepsi konvensional bahwa anak dengan berkebutuhan terbatas misalnya untuk anak tuna netra hanya dicetak menjadi Tukang Pijat.
Pendidikan inklusi memang tidak popular dalam masyarakat. Masyarakat hanya disibukan dengan urusan meningkatkan kualitas pendidikan secara horizontal maupun vertical. Sehingga anak bangsa yang memiliki kebutuhan yang terbatas ini sering termarginalkan (kaum yang tersisih). Pelayanan pendidikan ini memang memerlukan sarana dan prasarana yang cukup besar tapi bukan berarti harus ditinggalkan karena mereka mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Kita harus meninggalkan persepsi konvensional bahwa anak dengan berkebutuhan terbatas misalnya untuk anak tuna netra hanya dicetak menjadi Tukang Pijat.
3.
Pentingnya Pendidikan Inklusi
Pendidikan merupakan
kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar
lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan
pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali
termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang
tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem pendidikan di
Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya
segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan
bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa.
Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat
belajar menghormati realitas kehidupan dalam masyarakat.
Pendidikan inklusi adalah hak asasi manusia, di samping merupakan pendidikan yang baik dan dapat menumbuhkan rasa sosial. Itulah ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan pentingnya pendidikan inklusi. Ada beberapa argumen di balik pernyataan bahwa pendidikan inklusi merupakan hak asasi manusia: (1) semua anak memiliki hak untuk belajar bersama; (2) anak-anak seharusnya tidak dihargai dan didiskriminasikan dengan cara dikeluarkan atau disisihkan hanya karena kesulitan belajar dan ketidakmampuan mereka; (3) orang dewasa yang cacat, yang menggambarkan diri mereka sendiri sebagai pengawas sekolah khusus, menghendaki akhir dari segregrasi (pemisahan sosial) yang terjadi selama ini; (4) tidak ada alasan yang sah untuk memisahkan anak dari pendidikan mereka, anak-anak milik bersama dengan kelebihan dan kemanfaat untuk setiap orang, dan mereka tidak butuh dilindungi satu sama lain (CSIE, 2005).
Adapun alasan-alasan di balik pernyataan bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang baik: (1) penelitian menunjukkan bahwa anak-anak akan bekerja lebih baik, baik secara akademik maupun sosial, dalam setting yang inklusi; (2) tidak ada pengajaran atau pengasuhan dalam sekolah yang terpisah/khusus yang tidak dapat terjadi dalam sekolah biasa; (3) dengan diberi komitmen dan dukungan, pendidikan inklusi merupakan suatu penggunaan sumber-sumber pendidikan yang lebih efektif. Dan argumen-argumen dibalik pernyataan bahwa pendidikan inklusi dapat membangun rasa sosial: (1) segregasi (pemisahan sosial) mendidik anak menjadi takut, bodoh, dan menumbuhkan prasangka; (2) semua anak membutuhkan suatu pendidikan yang akan membantu mereka mengembangkan relasi-relasi dan menyiapkan mereka untuk hidup dalam arus utama; dan (3) hanya inklusi yang berpotensi untuk mengurangi ketakutan dan membangun persahabatan, penghargaan dan pengertian (CSIE, 2005).
Pendidikan inklusi adalah hak asasi manusia, di samping merupakan pendidikan yang baik dan dapat menumbuhkan rasa sosial. Itulah ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan pentingnya pendidikan inklusi. Ada beberapa argumen di balik pernyataan bahwa pendidikan inklusi merupakan hak asasi manusia: (1) semua anak memiliki hak untuk belajar bersama; (2) anak-anak seharusnya tidak dihargai dan didiskriminasikan dengan cara dikeluarkan atau disisihkan hanya karena kesulitan belajar dan ketidakmampuan mereka; (3) orang dewasa yang cacat, yang menggambarkan diri mereka sendiri sebagai pengawas sekolah khusus, menghendaki akhir dari segregrasi (pemisahan sosial) yang terjadi selama ini; (4) tidak ada alasan yang sah untuk memisahkan anak dari pendidikan mereka, anak-anak milik bersama dengan kelebihan dan kemanfaat untuk setiap orang, dan mereka tidak butuh dilindungi satu sama lain (CSIE, 2005).
Adapun alasan-alasan di balik pernyataan bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan yang baik: (1) penelitian menunjukkan bahwa anak-anak akan bekerja lebih baik, baik secara akademik maupun sosial, dalam setting yang inklusi; (2) tidak ada pengajaran atau pengasuhan dalam sekolah yang terpisah/khusus yang tidak dapat terjadi dalam sekolah biasa; (3) dengan diberi komitmen dan dukungan, pendidikan inklusi merupakan suatu penggunaan sumber-sumber pendidikan yang lebih efektif. Dan argumen-argumen dibalik pernyataan bahwa pendidikan inklusi dapat membangun rasa sosial: (1) segregasi (pemisahan sosial) mendidik anak menjadi takut, bodoh, dan menumbuhkan prasangka; (2) semua anak membutuhkan suatu pendidikan yang akan membantu mereka mengembangkan relasi-relasi dan menyiapkan mereka untuk hidup dalam arus utama; dan (3) hanya inklusi yang berpotensi untuk mengurangi ketakutan dan membangun persahabatan, penghargaan dan pengertian (CSIE, 2005).
Pertimbangan filosofis
yang menjadi basis pendidikan inklusi paling tidak ada tiga. Pertama, cara
memandang hambatan tidak lagi dari perspektif peserta didik, namun dari
perspektif lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah harus memainkan peran sentral
dalam transformasi hambatan-hambatan peserta didik. Kedua, perspektif holistik
dalam memandang peserta didik. Dengan perspektif tersebut, peserta didik
dipandang mampu dan kreatif secara potensial. Sekolah bertanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan di mana potensi-potensi tersebut berkembang. Ketiga,
prinsip non-segregasi. Dengan prinsip ini, sekolah memberikan pemenuhan
kebutuhan kepada semua peserta didik. Organisasi dan alokasi sumber harus cukup
fleksibel dalam memberikan dukungan yang dibutuhkan kelas. Masalah yang
dihadapi peserta didik harus didiskusikan terus menerus di antara staf sekolah,
agar dipecahkan sedini mungkin untuk mencegah munculnya masalah-masalah lain
(UNESCO, 2003).
Ada tiga langkah
penting menuju inklusi yang nyata: komunitas, persamaan dan partisipasi. Semua
staf yang terlibat dalam pendidikan merupakan suatu komunitas yang memiliki
visi dan pemahaman yang sama tentang pendidikan inklusi, baik konsep dan
pentingnya maupun dasar-dasar filosofis. Setiap anggota komunitas memiliki
persamaan (hak yang sama), dan karena itu sama-sama
berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan inklusi, sejak dari perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasinya. Dalam pendidikan inklusi, sistem sekolah tidak
berhak menentukan tipe peserta didik, namun sebaliknya sistem sekolah yang
harus menyesuaikan untuk memenuhi kebutuhan semua peserta didik. Terkait dengan
ini, ada ungkapan bahwa komunitas (semua staf yang terlibat dalam pendidikan
inklusi) ‘melampaui dan di atas’ (over and above) kurikulum (UNESCO, 2003).
4. Model Kelas Inklus
Direktorat
PLB (2007: 7) menjelaskan tentang penempatan anak
berkelainan di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai
model sebagai berikut:
1.
Kelas
reguler (inklusi penuh)
Anak berkelainan
belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari di kelas reguler dengan
menggunakan kurikulum yang sama.
2.
Kelas reguler dengan cluster
Anak berkelainan
belajar bersama anak lain (normal)
di kelas reguler dalam
kelompok khusus.
3.
Kelas
reguler dengan pull out
Anak berkelainan
belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler namun dalam waktu-waktu
tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan guru
pembimbing khusus.
4.
Kelas reguler
dengan cluster dan pull out
Anak berkelainan
belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler dalam kelompok khusus, dan
dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk
belajar dengan guru pembimbing khusus.
5.
Kelas
khusus dengan berbagai pengintegrasian
Anak berkelainan
belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler, namun dalam bidang-bidang
tertentu dapat belajar bersama anak lain (normal) di kelas reguler.
6.
Kelas
khusus penuh
Anak berkelainan
belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler.
Pelayanan anak inklusi
Pelayanan inklusi merupakan gerakan normalisasi juga merupakan pelayanan
integrasi dan juga pelayanan mainstreming. Pelayanan anak luar biasa pada
awalnya berorientasi pada medis biologis, tetapi saat sekarang ini pelayanan
berorientasi pada ekologis.(Muhammad Amier 1994). Pelayanan ekologis ditangani
oleh team dan pelayanan sedapat mungkin dinormalisasi. Menurut Daniel P.Hallan
,James M. Kuffman(1988) dinyatakan bahwa dasar filosofis normalisasi adalah
setiap orang luar biasa sedapat mungkin diberikan pendidikan dan lingkungan
hidup normal.
Dalam pelayanan anak luar biasa normalisasi terkait
dengan sistem integrasi dan mainstrain. Istilah integrasi dapat digunakan dalam
sekolah reguler, dapat pula dalam sekolah konvensional. Pada sekolah reguler
anak luar biasa diintegerasikan dengan anak normal , tetapi dilayani oleh guru
yang profesional dalam melayani anak luar biasa.
Mainstreaming berasal dari kata mainstream yang
berarti masyarakat umum(Sunardi,1996).
Pada layanan mainstreaming berarti melayani anak luar biasa di dalam sekolah
umum. Hal ini berarti bahwa anak luar
biasa diberi kesempatan untuk berpratisipasi seluas mungkin dalam sekolah umum
sesuai dengan potensi kemampuannya . Jika anak ini memerlukan tambahan
pengajaran, ia dilayani oleh guru khusus dalam kelas sumber.
Gerakan mainstreaming merupakan gerakan normalisasi
sebab gerakan mainstreaming merupakan untuk menempatkan anak luar biasa bersama anak normal .Gerakan mainstreaming
merupakan gerakan yang menunjukan inklusi
pada anak luar biasa dalam proses pendidikan umum. Anak berkesulitan
belajar dalam lingkungan yang konsisten
dengan kebutuhan akademik,sosial dan fisiknya. Latar (setting) yang demiki an
disebut lingkungan tidak terbatas (Lease
Restrictive enviroment)
Pelayanan inkluisi
juga dikenal dengan menempatkan anak pada lingkungan tidak
terbatas.Safhon dan shevien dalam O Neil
mengartikan pwlayanan inklusi sebagi sistem
layanan anak luar biasa yang
mempersyaratkan agar semua anak luar biasa dilayani di sekolah-sekolah terdekat
dikelas biasa bersama-sama anak-anak seusianya. Sekolah perlu diinstruksikan
agar setiap anak dapat berpartisipasi penuh dalam proses belajar mengajar .
Struksisasi ini harus memengkinkan anak mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing.
Strainback dan stain back (1990) menjelaskan bahwa
sekolah inkluisi adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama.
Sekolah ini memberi kesempatan yang sama pada setiap kelas yang sama. Setiap
anak diberi kesempatan untuk saling membantu, saling , menolong, saling menerima karakteristik
yang berbeda-beda.kemampuan dan kesempurnaan baik sifat , fisik maupun
psikisnya.
Menurut Stanb dan Peck(1994/1995) pelayanan inklusi
merupakan penempatan anak luar biasa dalam katagori berat,sedang, ringan secara
penuh di kelas biasa. Dari ketiga definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa pada
prinsipnya (1) anak luar biasa dilayani
bersama dalam satu kelas anak normal. (2) Untuk anak luar biasa dalam kelas
biasa sekolah perlu direkturisasi.(3) Hubungan antara anak dan hubungan dengan
guru saling menerima , saling membantu, saling kerja sama agar keberhasilan
belajar dapat tercapai secara maksimal.(4) Pelayanan inkluisi memungkinkan anak
luar biasa dalam katagori ringan, sedang, dan berat dapat dilayani dalam satu
kelas.
3.
Murid Cerdas Berbakat
Pendidikan menurut Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional adalah “usaha sadar yang
dilakukan untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, atau latihan agar peserta didik tersebut berperan dalam kehidupan
masa depannya”. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.
Berdasarkan definsi pendidikan
sebagaimana kutipan di atas, maka selain pengajaran dan latihan dalam
pendidikan juga diperlukan adanya bimbingan. Bimbingan adalah bagian penting
dari pengajaran, sebab upaya pengajaran tanpa bimbingan adalah bukanlah
pengajaran yang ideal. Salah satu bentuk bimbingan yang perlu dilakukan adalah
terhadap anak yang cerdas dan berbakat. Hal ini penting karena kenyataan bahwa
anak cerdas dan berbakat mempunyai kebutuhan luar biasa dan kehausan akan ilmu
pengetahuan, memerlukan perhatian khusus dalam pengembangan potensinya.
Upaya peningkatan bimbingan
terhadap siswa cerdas dan berbakat adalah juga sebagai konsekuensi dari tujuan
pendidikan untuk memberikan pelayanan pada peserta didik sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan maupun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
lingkungannya. Maka pelayanan pendidikan khusus bagi mereka yang cerdas dan
berbakat sudah merupakan suatu tuntutan, sebab jika mendapat pembinaan yang
tepat yang memungkinkan mereka mengembangkan kecerdasan dan keberbakatan serta
kemampuan mereka secara utuh dan optimal mereka dapat memberi sumbangan yang
luar biasa kepada masyarakat. Jika tidak mereka akan menjadi underachiever dan
hal ini tidak saja merugikan dirinya, tetapi juga merugikan masyarakat yang
kehilangan bibit unggul untuk pembangunan bangsa.
Siswa cerdas dan berbakat tumbuh
dari proses interaktif antara lingkungan yang merangsang kemampuan pembawaan
dan prosesnya. Bimbingan dan pengembangan potensi pembawaan ini akan paling
mudah dan efektif jika dimulai sejak usia dini dan memerlukan perangsangan
serta tantangan seumur hidup agar dapat mencapai perwujudan (aktualisasi) pada
tingkat tinggi dengan kata lain siswa cerdas dan berbakat memerlukan program
yang sesuai dengan perkembangannya.
Untuk mendukung upaya bimbingan
terhadap siswa cerdas dan berbakat, maka perlu dirancang program bimbingan khusus
agar mereka dapat menunjukkan peningkatan yang nyata dalam prestasi sehingga
tumbuh rasa kompetensi dan rasa harga diri. Dengan pogram khusus mereka belajar
lebih efisien, mereka mengembangkan keterampilan, memecahkan masalah dengan
baik dan mampu melihat solusi dari berbagai sudut pandang. Mereka dapat
menggunakan pengetahuan mereka sebagai latar belakang untuk belajar tanpa
batas.
Beradasarkan konfigurasi pemikiran
diatas, mendorong penulis untuk melakukan penulisan tentang upaya peningkatan
bimbingan terhadap siswa cerdas dan berbakat, dengan harapan para guru dan
orang tua dapat lebih meningkatkan bimbingan terhadap para siswa yang
teridentifikasi memiliki kecerdasan dan keberbakatan, dengan membuat rancangan
program dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka, sehingga dapat mengembangkan
potensinya sesuai dengan kecerdasan dan keberbakatan yang dimilikinya.
B. Murid
Berbakat
1. Pengertian
Istilah murid berbakat merupakan
terjemahan dari “gifted” yang berarti kemampuan intelektual tinggi. Jadi murid
berbakat adalah murid yang memiliki kemampuan intelektual atau taraf
inteligensi yang unggul. Dengan keunggulan ini ia di harapkan memiliki peluang
besar untuk mencapai prestasi tinggi dan menonjol didalam bidang pekerjaanya.
(Adni Hakim Nasution dalam S.C Utami Munadar, 1985:4).
Sedangkan Clark (1988:6) mengatakan
bahwa murid berbakat ialah anak-anak yang menampilkan kapabilitas unjuk kerja
yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, krestif, artisti8k,
kepemimpinan, kemampuan, atau lapangan-lapangan akademik tertentu, dan
memerlukan, layanan-layanan atau kegiatan-kegiatan yang tidak bias di sediakan
oleh sekolah dalam rangka untyk mengembangkan kemampuanny secara penuh.
Menurut skala yang dibuat oleh Wechsler,
murid berbakat adalah murid yang memiliki taraf intelegensi 130 atau lebih,
yang di bedakan atas luar biasa cerdas atau gifted (IQ 145 ke atas) dan sanagat
cerdas atau superior (IQ 130-144). Yang banyaknya 2,5% dari banyaknya murid.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah yang
di maksud murid berbakat adalah murid yang memiliki taraf intelegensi sangat
tinggi, dan kadang kemampuanya memungkinkan bagi dirinya berhasil dengan baik
dalam pekerjaan atai karirnya. Murid seperti ini umumnya memerlukan program
khusus yang terencana selain dari program umumnya biasanya di laksanakan di
sekolahuntuk pengembangan kemampuanya.
2. Karakteristik Murid Berbakat
Murid berbakat umumnya memiliki karakteristik
seperti di bawah ini:
a. Memiliki
kemampuan yang tinggi dalam biadang penalaran, berpikir abstrak, pengambilan
dari kesimpulan fakta-fakta, memahami pengertian, dan melihat hubungan.
b. Memiliki
sifat rasa ingin tahu yang lebih besar.
c. Cepat
dan mudah menerima pelajaran.
d. Memiliki
minat yang lebih besar.
e. Memilki
ruang lingkup perhatian yang lebih luas yang memungkinkan mereka dapat
memusatkan perhatian dan tekun dalam memecahkan persoalan-persoalan.
f. Memiki
perbendaharaan bahasa yang lebih banyak dan lebih baik dari pada murid-murid
lain yang seusia dengan dirinya.
g. Memiliki
ikemampuan kerja mandiri yang efektif.
h. Telah
belajar membaca sejak sebelum masuk sekolah.
i.
Memiliki pengamatan
yang lebih tajam dan lebih teliti.
j.
Menunjukan
inisistivitas dan orisinalitas dalam kerja intelektual.
k. Menunjukan
ketajaman perhatian dan memberikan tanggapan cepat terhadap gagasan-gagasan
baru.
l.
Dapat mengingat secara
cepat.
m. Memiliki
perhatian yang besar terhadap sifat-sifat dasar manusia dan alam semsta
(asal-usul, nasib, dan sebagainya)
n. Memiliki
daya imajinasi yang luar biasa.
o. Mudah
memahami petunjuk atau arahan yang kompleks.
p. Cepat
dalam membaca.
q. Memiliki
berbacam-macam hobi.
r.
Memiliki minat baca
yabg besar yang memilki berbagai disiplin ilmu.
s. Sering
dan aktiof menggunakan perpustakan.
t.
Memilki kemampuan yang
tinggi dalam Matematika, terutama dalam pemecahan masalah.
- Masalah Khusus
Murid Berbakat
3. Masalah Khusus Murid Berbakat
Dilihat dari segi kemampuan yang di
milikinya, Murid berbakat tidaklah merupakan murid yang bermasalah. Yang
menjadi masalah adalah kemungkinan : 1) pengaruh yang timbul sebagai akibat
dari kemampuan yang di milikinya, dan 2) keadaan perlakuan yang di terimanya
dari guru tidak sesuai dengan keadaan dirinya. Hal ini misalnya di ungkapkan
oleh Gertrude Hildreth (dalam raden
cahaya prabu, 1982) yang menyatakan bahwa anak anak berbakat dengan IQ 175
banyak mengalami kesulitan dalam bergaul dan kurang dapat memanfaatkan
kemampuannya, sehingga kuarang di hargai kawan-kawannya sebabnya. Begitu pula
kesimpulan penelitian Holingwarth
(dalam Raden Cahaya Prabu,1982) menyatakan anak-anak yang bertaraf
intelegensinyalebih dari 180 mempunyai kesulitan dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya.
Banyak pula dari murid-murid berikut itu
yng pemalas, tidak sabar, pendiam, gelisah dan kurang memperhatikan pelajaran
sekolah. Mereka sering menjadi biang keladi terjadinya masalah di dalam melas.
Banyak pula yang di antaranya yang prestasi belajarnya rendah karena mereka
kesal dan bosan mendengarkan pelajaran dari gurunya.
Sehubungannya dengan uraian di atas maka
masalah yang mungkin dihadapi oleh murid
berbakat antara lain sebagai berikut :
a. Masalah pendidikan dan
pengajaran
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran murid
berbakat dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan lebih cepat dari pada
teman-teman sekelas. Dengan demikian, murid berbakat memerlukan tugas tambahan
yang terencana, dan juga memerlukan pendekatan lain yang berbeda dengan
penbekatan yang lazimnya di lakukan di dalam kelas.
b. Masalah pribadi- kewajiban
Murid
berbakat, terutama yang kememampuannya luar biasa cerdas cenderung hanya
mementingkan diri sendiri, perkembangan pribadinya tidak seimbang, senang
menyendiri, sibuk melakuakn percobaan-percobaan sehingga sering lupadiri, dan
sering melakuakn tindakan-tindakan yang mrlampaui batas (ekstrem).
c. Masalah sosial-kejiwaan
dalam bidang ini, anak berbakat cenderung tidak
mudah bergaul, tidak mudah menerima pendapat orang lain
4. Cara Pengenalan Murid Berbakat
Murid yang berbakat di dalam kelas dapat
di kenali debngan menganalisis hasil beloajar, pengamatan dan tes intelegensi.
Setelah melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar selama jangka waktu tertentu (catur wulan, semester) guru di
harapkan selalu melaksanakan penilain hasil belajar. Nilai yang masing-masing
di peroleh oleh murid di urutjenjangkan muali dari yang tinggi ke yang rendah
untuk menentukan kedudukan murid di dalam kelas. Kegiatan ini di lakuakn untuk
semua mata pelajaran. Dengan ini guru dapat mengenali murid mana yang hasil
belajarnya sangat baik dari semua mata pelajaran. Kalau hanya sampai dalam
tahap ini sudah tentu guru belum dapat memastikan apakah murid yng bersangkutan
memeang seorang murid yang berbakat. Oleh sebab itu, data hasil murid itu harus
di cocokan lagi dengan hasil pengamatan yang bekenan dengan cirri-riri atau
karakteristik anak berbakat. Untuk lebih meyakinka, guru dapat meminta bantuan
kepada hasil psikologi atau ahli bimbingan untuk mengukur inteligensi murid
yang bersangkutan. Dengan memudahkan ketiga cara di atas maka guru dapat
mengenali siapa murid yang berbakat di kelasnya.
5. Bimbingam murid berbakat
Program bimbiangan anak berbakat dapat
di golongkan ke dalam bentuk sebagai berikut:
a. Pengajaran
Pengayaan, yaitu pembinaan murid dengan jalan penyediaan kesempatan dan
fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman dan perluasan setelah murid
menyelesaikan dsemua tugas yang di programkan untuk murid umumnya, termasuk
murid yang brsangkutan. Kegiatan ini di lakukan dalam bentuk belajar mandiri (
idependent stady) antara lain mengadakna percobaan-percobaan di laboratorium,
menjawab soal-soa, dan belajar di perpustakaan.
b. Percepatan,
yaitu cara pembinaan murid berbakat dengan memperbolehkannya naik kelas cara
meloncat atau menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih
singkat.
c. Pengelompokan
Khusus, yaitu sejumlah anak berbakat di kumpulkan dan di beri kesempatan untuk
secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan kemampuannya.
Hal ini dapat di lakuakn secara penuh dan padat juga secara sebagian. Di
katakana secara penuh kalau kelompok itu bersifat permanen, dan di katakana
sebagian kalau kelompok itu hanya dalam mata pelajaran dan hari-hari tertentu
saja.
C. Murid
Lambat Belajar
- Pengertian
Lambat Belajar
murid lambat belajar( slow learner)
adalah urid yang intelegansi atau kemampuan dasarnya setingkat lebih rendah
dari pada tingkat intelegensi murid normal. Menurut klsifikasi Terman, IQ anak
lambat berkisar 70 sampai 90. Murid seperti ini tidak digolongkan sebagai murid
yang memiliki keterlambatan mental karena dia dapat mencapai hasil belajar yang
cukup memadai kendatipun pada tingkat yang lebih rendah dari pada murid-murid
yang memiliki kemampauan normal atau sedang(Kirk , 1962). Dia dapat mengikuti
pendidikan pada kelas-kelas biasa tanpa membutukan peralatan khusus, kecuali
pengadaptasian program belajar dengan kemampuan yang dimilikinya.
Senada dengan uraian di atas, Transley
dan R. Gulliford (1971: 4) medefinisikan murid lambat belajar adalah:
Murid-murid yang karena alasan-alasan
kemampuan atau kondisi-kondisi lain yang tervatas mengakibatkan keterlambatan
pendidikan, memerlukan bentuk pendidikan yang khusus, keseluruhan atau sebagian
bersamaan dengan yang diberikan pada sekolah-sekolah.
Murid lambat belajar memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a
Keadaan fisik pada
umumnya sama dengan murid-murid normal. Dengan melihat keadaan fisiknya saja
tidak dapat dibedakan mana yang normal dan mana yang lambat belajar. Para ahli baru dapat membedakan antara murid belajar
dengan murid normal setelah menagdakan pengamatan dan tes psikologi.
b
Kemampuan
berfikirnya agak rendah, sehingga lamban dalam memecahkan masalah-masalah yang
sederhana. Hal ini menyebabkan mereka kalh bersaing dengan teman-temannya yang
normal.
c
Ingatannya agak lemah
dan tidak tahan lama. Mereka lekas lupa dan biasanya tidak mampu
mengingat-ingat suatu peristiwa yang terjadi tiga tahun yang lewat. Dalam proses
belajar mengajar di sekolah, apa yang diterangkan oleh guru hari ini biasanya
satu minggu kemudian sudah terlupakan. Lebih lagi dalam mengingat-ingat isi
buku pelajaran yang telah dipelajari sendiri. Kalau murid-murid normal dapat
mengingat isi pelajaran lebih kurang 50% setelah membaca dua kali, maka murid
lambat belajar hanya mampu mengingat 25% saja.
d
Dalam
menuntut pendidikan di sekolah dasar banyak yang mengalami putus sekolah. Enam
puluh persen di antara murid-murid yang putus sekolah tergolong murid yang
lambat belajar. Lebih dari separoh nilai rapornya merah. Kalau guru mengeahui
masalahnya dan selanjutnya memberikan bimbingan dan bantuan seperlunya maka
putus sekolah 60% itu dapat dikurangi. Biarpun agak terlambat, mereka akan
dapat menyelesaikan pendidikannya di sekolah dasar. Setelah tamat sekolah
dasar, mereka dapat diarahkan untuk memasuki balai latihan atau sekolah
kejuruan yang lebih singkat.
e
Dalam kehidupan di
rumah tangga, murid lambat belajar masih mampu berkomunikasi dan bergaul secara
baik dengan saudara-saudaranya. Mereka dapat belajar sendiri melakukan
pekerjaan-pekerjaan dalam tata kehidupan keluarga.
f
Emosinya kurang
terkendali, suka mementingkan diri sendiri. Inilah sebabnya mengapa sering
timbul perselisihan dengan teman-temannya. Perasaan mudah terpengaruh oleh
orang lain dan lingkungannya. Tidak mempunyai pendirian yang kuat.
g
Murid lambat belajar
dapat dilatih beberapa macam ketrampilan yang bersifat produktif. Mereka mampu
melakukan pekerjaan sendiri dengan tanggung jawab sepenuhnya.
- Cara
pengenalan Murid lambat Belajar
Sebagaimana murid lambat belajar
perlu dikenali secara lebih mendalam dan menyeluruh. Dengan pengenalan yang
mendalam itu akan memungkinkan guru dapat memberikan bantuan secara optimal.
Pengenalan
murid lambat belajar dilakukan antara lain meliputi:
a
Penilaian pendidikan.
Penilaian ini diharapkan dapat memberiakn gambaran, tentang murid yang
meliputi:
·
Prestasi belajar murid
dalam mata pelajaran-meta pelajaran dasar, kesulitan-kesulitan yang dialami,
bantuan yang pernah diterima.
·
Tingkat perkembangan
bahasa dan pembicaraan murid.
·
Sikap sosial dan
emosional murid di dalm dan di luar sekolah.
·
Minat dan sikap
terhadap sekolah
·
Riwayat pendidikan
sebelumnya, meliputi perubahan-perubahan sekolah dari kehadiran.
·
Minat
dan latar belakang pengetahuan murid.
b
Pemerikasaan
kesehatan yang meliputi keadaan kesehatan umumnya, penyakit yang pernah
diderita, penglihatan, pendengaran, hidung, tenggoroakn dan sistem syarat.
c
Pemeriksaan
psikologis, yang meliputi kualitas, berfikir, kekuatan0kekuatan dan kelemahan
intelektual, sikap dan sifat-sifat pribadi lainnya.
d
Pengungkapan
taraf perkembangan sosial murid, seperti suasana emosional, kesulitan-kesulitan
yang dialami yang berpengaruh terhadap kemampuan belajar murid.
- Masalah Khusus Murid Lambat Belajar
Sesuai
dengan ciri-cirinya, masalah pokok yang dialami oalh murid lambat belajar
adalah kelambatannay dalam belajar sebagai akinat dari keterbatasan kemampuan
yang dimilikinya. Di samping itu, murid lambat belajar juga mengalami masalah
peneyesuaian diri yang bersumber dari keadaan emosi yang kuarng terkendali,
sehingga tidak jarang terjadi perselisihan denagn teman-teman.
- Bimbingan Anak Lambat Belajar
Sebagaimana
telah disinggung di muka bahwa murid lambat belajar dapat didik bersama dengan
murid-murid yang normal, tetapi mereka tidak dapat diharapkan mencapai hasil
belajar sebaik yang dicapai oleh murid-murid yang normal. Mereka kurang dapat
berfikir secara abstrak. Oleh karena itu, bimbingan terhadap murid lambat
belajar hendaklah selalu terkait dengan pengalaman nyata murid.
Untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh murid lambat belajar, bebera[a bentuk
bimbingan yang dapat diberikan adalah:
a
Menyediakan
kesempatan belajar bagi murid sesuai dengan tingkat kemampuanya.
b
Membantu
murid menerima dan menyesuaikan kemampuan mental yang dimilikinya.
c
Melatoh
murid agar dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yamg sesuai dengan kemampaunya.
d
Mendorong
murid mengembangkan sikap-sikap yang konstruktif terhadap kegiatan-kegiatan
kerumahtanggan, sosial dan kewarganegaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar