A.
Pengertian
Bimbingan Karier
Ada
satu anggapan, terutama dari kalangan guru, yang mengatakan kehadiran bimbingan
karier di sekolah adalah untuk menggantikan program bimbingan dan konseling
yang telah mulai dilaksanakan di sekolah sejak sebelumnya. Anggapan seperti itu
sudah tentu merupakan anggapan yang keliru. Bimbingan karier merupakan bagian
dari program
bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Di dalam bimbingan dan konseling
terdapat beberapa jenis layanan bimbingan, seperti bimbingan pendidikan,
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan karier, dan sebagainya.
Kehadiran bimbingan karier di sekolah dimaksudkan untuk lebih memberikan arti
bagi program bimbingan dan konseling secara keseluruhan.
Masalahnya
sekarang adalah apakah yang dimaksud dengan bimbingan karier? Untuk mengerti maksud bimbingan karier yang sebenarnya perlu
dikemukakan beberapa definisi tentang bimbingan karier yang dibuat oleh para
ahlinya. Sebagaimana juga dikemukakan oleh Tolbert (1974: 25) bahwa:
“bimbingan
dan konseling karier menggunakan istilah-istilah yang perlu didefinisikan.
Sebagian, seperti pembuatan keputusan, telah
dipahami secara umum, tetapi yang lain-lain seperti perkembangan jabatan merupakan istilah yang masih baru. Sementara
yang lainnya memiliki definisi atau makna yang berbeda dari penggunaan
sehari-hari”
Selanjutnya
Tolbert juga mengemukakan bahwa istilah karier biasanya menunjukkan pada
rangkaian pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang selama hidupnya,
sedangkan pekerjaan atau jabatan menyatakan suatu hidupnya, sedangkan pekerjaan
atau jabatan menyatakan suatu peranan kerja yang khas, seperti dokter, masinis,
dan lain-lain. Bimbingan karier mencakup semua jenis layanan yang bertujuan
untuk membantu murid dalam membuat rencana-rencana dan keputusan-keputusan
tentang pendidikan dan jabatan.
Tentang
definisi bimbingan karier, dikatakan sebagai berikut:
“bimbingan
karier adalah suatu program yang terorganisasi untuk membantu orang muda
mengembangkan pemahaman diri, belajar tentang dunia kerja, mendapatkan
pengalaman-pengalaman yang akan membantunya dalam membuat keputusan, dan
mendapatkan pekerjaan”. (Tolbert, 1974: 27)
“bimbingan
karier merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu
memecahkan masalah karier (pekerjaan) untuk memperoleh penyesuaian diri yang
sebaik-baiknya dengan masa depannya (PB3K, 1974)”
Berdasarkan
definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa:
1.
Bimbingan karier
merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling keseluruhan.
2.
Bimbingan karier
merupakan suatu program pemberian bantuan kepada individu, baik orang muda
maupun dewasa, dengan maksud agar mereka:
a.
Dapat memahami dirinya
dengan sebaik-baiknya, yaitu mengenal segala kemampuan, minat, sifat pribadi,
dan nilai-nilai yang dimilikinya;
b.
Dapat memahami dunia
kerja dengan sebaik-baiknya, yang meliputi jenis-jenis pekerjaan atau jabatan
yang ada, syarat-syarat atau karakteristik tenaga yang diperlukan, kondisi
kerja, dan sebagainya;
c.
Dapat memilih dan
membuat keputusan secara bijaksana pekerjaan atas pemahaman yang mendalam
tentang diri dan dunia kerja;
d.
Dapat mengadakan
penyesuaian diri secara baik dengan tuntutan-tuntutan dunia kerja yang
senantiasa berubah secara dinamis;
e.
Dapat menghargai semua
jenis pekerjaan yang ada secara objektif, positif, dan sehat, dan
f.
Dapat bekerjasama
dengan orang lain.
B.
Dasar
Bimbingan Karier di Sekolah Dasar
Ada
orang yang cenderung beranggapan bahwa terlalu dini untuk memberikan bimbingan
karier di sekolah dasar. Anggapan ini berdasarkan atas pandangan bahwa anak
usia sekolah dasar belum termasuk usia angkatan kerja. Disamping itu orang yang
bersangkutan juga berpandangan bahwa anak usia sekolah dasar pada dasarnya
masih bersifat “generalis”. Inya,
pendidikan yang diikutinya masih bersifat umum, belum mengarah pada jurusan
atau bidang-bidang tertentu. Orang-orang yang menganut pandangan ini cenderung
untuk mengatakan bahwa masalah-masalah pemahaman diri dan perencanaan untuk
masa depan lebih baik diberikan di sekolah menengah tingkat pertama atau
sesudahnya, dimana anak-anak sudah siap untuk memasuki dunia kerja.
Namun
demikian, kita berkeyakinan bahwa bimbingan karier perlu diberikan sejak dini,
sebelum anak memasuki dunia kerja. Keyakinan ini bertitik tolak dari pandangan
bahwa penyiapan anak untuk memasuki dunia kerja tdak dapat dilaksanakan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya, melainkan memerlukan perencaan yang matang dan
memerlukan waktu yang cukup lama. Penyelenggaraan
bimbingan karier di sekolah dasar bukanlah untuk menggantikan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan. Pengetahuan tentang diri, pengetahuan tentang
kemungkinan-kemungkinan pendidikan dan pekerjaan di masa yang akan datang,
serta pengembangan dasar-dasar pembuatan keputusan oleh murid, umumnya
dipandang sebagai hal yang anat penting diberikan di sekolah dasar. Model-model
terakhir dari bimbingan karier mendorong perlunya kegiatan-kegiatan dan
informasi yang sistematis dilaksanakan melalui kurikulum sekolah dasar.
Bimbingan karier di sekolah dasar
bukanlah mendorong anak untuk membuat pilihan-pilihan yang prematur. Melainkan
berpusat pada usaha agar anak memiliki kesadaran
tentang pilihan-pilihan yang mungkin tersedia, cara-cara mengantisipasi dan
merencanakan karier, serta menghubungkannya dengan sifat-sifat pribadi yang
dimiliki. Banyak murid yang merasa perlu mengetahui kesempatan-kesempatan
karier yang tersedia. Murid seperti juga merasa perlu untuk menyadari tentang
dirinya, bagaimana mereka dapat berubah dan bagaimana mereka dapat menggunakan
pengalaman-pengalaman sekolah untuk menjajaki dan menyiapkan diri untuk masa
depan.
Herr dan Cramer (1979: 140)
menyatakan bahwa bimbingan karier di sekolah dasar didasari oleh berbagai
faktor; antara lain adalah sebagai berikut:
1)
Kesadaran bahwa
model-model atau bentuk-bentuk tingkah laku pada masa remaja dan dewasa
dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pengalaman yang terjadi pada masa anak-anak;
2)
Kenyataan bahwa banyak
buku dan bahan pelajaran yang digunakan di sekolah dasar menggambarkan dunia
kerja atau dunia pendidikan secara tidak tepat dan terbatas pada
kemungkinan-kemungkinan yang ada;
3)
Pengakuan bahwa
perasaan tentang kemampuan pribadi untuk menanggulangi perkembangan di masa
yang akan datang dengan kekuatan pengetahuan seseorang, cara-cara memodifikasi
kelemahan-kelemahan, keterampilan dalam merencanakan dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia, memahami hubungan antara pendidikan yang diterima
dan penerapannya dalam pekerjaan dan masyarakat.
Sejalan
dengan uraian di atas, Reinthart (1979: 160) menyatakan bahwa bimbingan karier
di sekolah dasar sering digambarkan sebagai pengembangan kesadaran, bukan
karena perkembangan kesadaran itu sendiri terbatas pada kelompok usia ini
tetapi karena fokus utama dari bimbingan karier berada pada usia ini. GYSPERS
1968 membagi fase belajar
yang menghubungkan perkembangan karir di sekolah dasar dan menengah atas tiga
fase yaitu (1) fase perseptualisasi, (2) fase konseptualisasi, dan (3) fase
generalisasi. Fase perseptualisasi berfokus pada proses yang diperlukan bagi
seseorang untuk mendapatkan kesadaran tentang diri dan lingkungan serta dapat
membedakan antara keduanya. Fase konseptualisasi menggabung
pengalaman-pengalaman masalalu dan kecenderungan sistem-sistem nilai yang
dibentuk melalui peniruan, pengaruh keluarga dan masyarakat. Fase generalisasi
merupakn periode pembuatan generalisasi menggunakan konsep-konsep yang telah
terbentuk berkenaan dengan perbedaan antar orang dan pekerjaan.
Hill (1973:6-7) menyarankan bahwa
bimbangan karir sebaknya diberkan pada fase-fase belajar tuersebut diatas.
Selanjutnya, ia juga menyatakn bahwa setiap anak membutuhkan pencapaiain
kematangan dalam hal:
1)
Pemahaman diri dan rasa
bertanggung jawab pada diri sendiri.
2)
Pemahaman tentang dunia
kerja dan dunia pendidikan seta hubungan antara harapan dan cita-cita
sebelumnya dengan tingkah laku sesudahnya.
3)
Kemempuan membuat
keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
4)
Pemahaman tentang
hubungan manusia (human relaationship) dan pertumbuhan terus menerus dalam
kemampuan untuk hidup damai dan penuh pengertian dengan orang lain.
\
C.
Tujuan
Bimbingan Karier di Sekolah Dasar.
Sejalan
dengan pengerrtian bimbingan karier yang telah dikemukakan di atas, Hansen dan
Stevic (1969) misalnya menyatakan bahwa individu perlu meningkatkan
kemampuan-kemampuannya di bidang teknis. Desakan perlu diperlukannya tenaga
terdidik menyebabkan hanya sebagian kecil pekerjaan yang tersedia bagi
orang-orang yang tidak mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Program
pembibingan membekali orang-orang muda dengan pengetahuan dasar tentang dirinya
dan tentang dunia kerja.
Beberapa
tujuan bibingan karier di sekolah dasar adalah:
1.
Membantu
murid dalam pengembangan konsep diri
Salah
satu aspek penting dalam penentuan pilihan adalah datangnya atau timbulnya dari
diri anak itu sendiri. Sambil si anak mengembangkan konsep tentang dirinya, dia
juga mengembangkan konsep diri yang dicita-citakan, yaitu suatu gambaran masa
depan yang diharapkannya. Anak-anak memproyeksikan dirinya kemasa depan,
membayangkan apa yang dia inginkan, ingin jadi apa bila ia telah besar.
Konferensi Gedung Putih tentang anak-anak dan pemuda yang diadakan pada tahun
1960 (hansen dan Stevic, 1969) telah menekankan bahwa bimbingan dan konseling
harus dimulai sejak di sekolah dasar dengan perencanaan pendidikan dan jabatan
berdasarkan atas pemantauan secara dini dan berkesinambungan dalam usaha untuk
lebih mengenali aset- aset dan kecenderungan-kecenderungan masing-masing anak.
2.
Merangsang
murid untuk menyenangi berbagai jenis pekerjaan
Akhir-akhir
ini ada gejala bahwa orang-orang muda hanya menyukai bidang-bidang pekerjaan
tertentu saja, dan meremehkan bidang-bidang pekerjaan lain. Pekerjaan beratani
misalnya, dianggap sebagai pekerjaan rendah dan tidak memerlukan keahlian.
Karena itu, banyak orang-orang muda yang lebih suka menganggur dri pada bekerja
di kebun atau di sawah. Sikap seperti ini sudah tentu sangat tidak diharapkan
negaa yang sedang membangun.
3.
Mengembangkan
sikap yang konstruktif terhadap kerja.
Melalui
pendidikan di sekolah murid dapat memperoleh pesepsi tentang hubungan antara
pendidikan dengan pekerjaan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan belajar yang
baik untuk perkembangan kebiasaan-kebiasaan kerja (john wellington dan nan
olechowski dalam hansen dan stevic,1969).
Sejakdini
anak-anak hendaknya telah di arahkan untuk dapat menghargai orang lain,
menghargai dan menyenagi kerja, dan menghargai sumbangan-sumbangan layanan dan
hasil-hasil yang mereka peroleh. Anak-anak hendaknya belajar bahwa semua jenis
pekerjaan adalah baik dan bermanfaat. Tidak ada pekerjaan yang rendah atau
jelek apabila pekerjaan itu dilakukan dengan baik (Wrenn, 1962).
4.
Membantu
murid menyadari perubahan dunia kerja
Kemajuan-kemajuan
yang dicapai bangsa Indonesia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi banyak
menimbulkan dampak yang mendasar dalam bidang dunia kerja di Indonesia.
Disamping munculnya berbagai lapangan kerja baru, juga lenyapnya beberapa
lapangan kerja tertentu. Keadaan ini akan terus berlangsung sejalan dengan
usaha-usaha pengembangan yang dilancarkan oleh bangsa Indonesia dimasa-masa
yang akan datang. Wrenn (1962) mengatakan bahwa di sekolah dasar perlu
diberikan informasi dan bimbingan jabatan. Tuntutan-tuntutan pendidikan untuk
memasuki pekerjaan-pekerjaan yang berkembang sangat pesat memaksa orang-orang
muda untuk mengikutinya. Perkembangan itu juga menimbulkan beban-beban di
bidang sosial dan ekonomi serta aspek-aspek kehidupan lainnya. Para orang muda,
dalam hal ini murid sekolah dasar, perlu diberikan bimbingan agar dapat
menyadari perubahan-perubahan itu.
5.
Membantu
murid putus sekolah dan memasuki dunia kerja
Wrenn
(1962) merekomendasikan bahwa sekolah bertanggung jawab memberikan orientasi
jabatan atau pekerjaan dan sosial yang realistik kepada murid-murid, terutama
murid-murid yang tidak akan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah tingkat
pertama, dan seterusnya. Bagi murid-murid seperti itu disiapkan untuk mengikuti
latihan-latihan kerja.
Di
Propinsi sumatra barat misalnya, pasa tahun 1984 terdapat 20.700 orang yang
terdapat sebagai pencari kerja. Dari jumlah itu, 17.409 orang berumur antara
10-24 tahun (sumatra barat dalam angka). Angka-angka ini menggambarkan kasus
pencari kerja yang ada di suatra barat. Kasus yang sama terjadi juga si
privinsi-provinsi lainnya di Indonesia.
Setiap
tain banyak murid yang putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikannya
ketingkat yang lebih tinggi, kendatipun pemerintah telah merencanakan wajib
belajar bagi anak-anak tingkat sekolah dasar. Sebagian dari merka itu mungkin
langsung membantunorang tuanya bekeerja di kebun, disawah,dan lain-lain. Tetapi
tidak sedikit pula yang tidak tentu apa yang dikerjakannya. Murid-murids yang
seperti ini memerlukan bimbingan secara terarah.
D. Program
Bimbingan Karier di Sekolah Dasar
Bimbingan karier di sekolh dasar adalah program yang
berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa bimbingan karier itu tidak dilaksanakan
hanyan pada jenjang sekolah atau kelas-kelas tertentu saja, melainkan
dilaksanakan pada semua jenjang sekolah dan semua kelas mulai dari taman
kanak-kanan sampai dengan perguruan tinggi. Miller (dalam Reinhart, 1979:99)
telah mengembangkan sebuah model pendidikan karier yang disebut Model
Pendidikan Karier komprehensif (MPKK)
dengan pola seperti:
K e s a d a r a n
K a r i e r
|
P e n j a j a k a n
K a r i e r
|
P e r s i a p a n
K a r i e r
|
P e n d i d i k a n L a n j
u t a n d a n P e n d i d i k a n
O r a n g D e w a s a
|
Pendidikan
Non-Gelar
|
Pendidikan
Gelar
|
P
E
K
E
R
J
A
A
N
|
Artikulasi
Tujuan Bimbingan Karier
Selanjutnya,
masing-masing tujuan di atas mencakup unsur-unsur bimbingan karier seperti
tertera dalam bagan di bawah ini.
TK
SD
|
SMTP
|
SMTA
|
Kesadaran
|
Penjajakan
|
Persiapan
|
Kesadaran Diri
|
|
Identitas
Diri
|
Kesadaran Pendidikan
|
Kehidupan
|
Identitas
Pendidikan
|
Kesadaran ekonomi
|
Pendidikan
|
Pemahaman
ekonomi
|
Pembuatan keputusan
|
Rumah
tangga
|
Keputusan
karier
|
Kemampuan Awal
|
Masyarakat
|
Keterampilan
kerja
|
Keterampilan pekerjaan
|
Karier
|
Penempatan
Karier
|
Sikap dan Penghayatan
|
|
Pemenuahan
diri/social
|
Unsur-unsur
Bimbingan Karier
Masing-masing
unsur tersebut di atas dijelaskan sebagai berikut:
1. Kesadaran
Diri
Murid
diharapkan memiliki pengetahuan dan sikap tentang diri sendiri, bagaimana
keadaan dirinya, dan mereka ingin menjadi orang yang bagaimana. Melalui
bimbingan karier, murid diharapkan berperan serta dalam proses pemahaman diri
yang terencana dan berkesinambungan. Selanjutnya murid diharapkan dapat
mengenali diri, yaitu mengetahui siapa dirinya, dan bagaiman keadaanya dirinya.
2. Kesadaran
Pendidikan
Murid
diharapkan memiliki kesadaran tentang hubungan anatara pendidikan dan latihan
dengan tugas-tugas pendidikan. Dari kesadaran pendidikan ini murid akan terus
mengembangkan dan menyaring pemahaman tentang pendidikan dan latihan. Murid
juga akan berusaha mengenal berbegai kebutuhan terhadap pendidikan dan latihan,
khususnya yang diperlukan bagi karier tertentu. Pengenalan pendidikan meliputi
pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan latihan dengan tugas-tugas
kehidupan, pemahaman dan latihan tugas-tugas kehidupan, pemahaman tentang diri
sendiri, cara-cara belajar, dan kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk
pengembangan karier.
3. Kesadaran
Karier
Individu-individu
yang memasuki sekolah diharapkan memiliki pengetahuan, sikap dan minat dalam
karier. Ke dalam hal ini termasuk pengetahuan tentang unjuk kerja karier,
kondisi-kondisi kerja, imbalan jasa, dan pendidikan yang disyaratkan. Melalui
bimbingan karier, sekolah dapat membantu murid dalam mengembangkan berbagai
jenis karier yang akan dikembangkan kelak.
4. Kesadaran
Ekonomi
Kesadaran
ini banyak sedikitnya terkait dengan keterlibatan murid dalam sistem ekomomi.
Selanjutnya, keterlibatan ini perlu dikembangkan agar murid memiliki kesadaran
ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan antara lain dngan memberikan
kemudahan-kemudahan bagi murid untuk mempelajari sistem ekonomi dan
menghubungkannya dengan karier dan masyarakat. Pemahaman ekonomi ini diartikan
sebagai unsur-unsur dan jaringan kerja yang konseptual yang memungkinkan murid
dapat membaca berbagai permasalahan di bidang ekonomi.
5. Pembuatan
Keputusan
Murid
hendaklah memiliki pemahaman dan keterampilan dalam membuat keputusan. Apabila
murid dapat memahami hubungan antara sebab dan akibat, maka mereka akan siap
untuk memulai proses pembuatan
keputusan. Melalui bimbingan karier, murid dapat mengembangkan
keterampilan dan pengalaman dalam pembuatan keputusan, serta tanggung jawab
atas keputusan-keputusan yang dibuatnya. Keputusan karier berarti penentuan
arah karier, pembuatan rencana jangka pendek, jangak menengah, dan jangka
panjang.
6. Kesadaran
Keterampilan dan Kemampuan Dasar
Murid
diharapkan memiliki kesadaran tentang keterampilan dan kemampuan dasar yang
dimiliki. Kesadaran tentang keterampilan dan kemampuan ini selanjutnya perlu
dikembangkan dengan jalan menyediakan berbagai kesempatan bagi murid untuk
berperan serta dalam berbagai kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka untuk pengembangan keterampilan-keterampilan kerja.
7. Sikap dan
Penghayatan
Sikap
dan penghayatan merupakan bagian dari alat untuk pemusatan perhatian pada
komponen afektif dari bimbingan karier. Melalui bimbingan karier, murid
diharapkan dapat mengembangkan sistem-sistem nilai yang meliputi nilai peranan
diri sendiri dan orang lain dalam pengembangan karier. Sikap ini hendaknya
mengarah kepada peran serta yang aktif dan menyenangkan sebagai warga negara
yang produktif.
8. Keterampilan
Kerja
Keterampilan
ini mencakup upaya untuk mencari, menemukan dan mendapatkan penempatan karier.
Khusus untuk sekolah
dasar, beberapa ahli telah mengemukakan bahan bimbingan karier yang perlu
diberikan pada setiap kelas. Di bawah ini disajikan bahan bimbingan karier yang
dapat diberikan pada masing-masing kelas (Diadaptasi dari Norris, 1963).
·
Kelas 1. Murid belajar tentang berbagai pekerjaan
yang ada di sekitar tempat
tinggalnya seperti kerajinan rumah tangga, warung, dan sebagainya.
·
Kelas 2. Murid belajar tentang warga masyarakat
yang biasa melayaninya sehari-hari,
seperti toko dan atau perusahaan yang ada dan tidak jauh dari tempat tinggalnya.
·
Kelas 3. Murid belajar tentang masyarakat yang
lebih luas. Tekanan diletakkan
pada segi perhubungan, dan telekomunikasi.
·
Kelas 4. Murid belajar tentang dunia kerja yang
lebih besar berupa badan- badan
usaha milik negara yang ada di daerahnya.
·
Kelas 5. Dunia kerja yang dipelajari oleh murid
diperluas dengan melibat- kan
badan-badan usaha milik negara yang ada di provinsi lain di Indonesia.
·
Kelas 6. Program belajar murid lebih diperluas
dengan memasukkan berba- gai
lapangan kerja yang ada di negara tetangga.
Selanjutnya, Bank (dalam Herr dan
Cramer, 1979: 147) mengemukakan bahan-bahan bimbingan bagi murid-murid sekolah
dasar seperti dibawah ini.
·
Kelas 1. Model orang-orang Penjual makanan
yang
menyediakan makanan Tukang
susu
·
Kelas 2. Model orang-orang Dokter
yang
bertugas menjaga Perawat
kesehatan
masyarakat
·
Kelas 3. Model orang-orang Tukang cukur
yang
bertugas menjaga Salon
kecantikan
kesehatan
orang pribadi
·
Kelas 4. Model orang-orang yang Hakim
memberikan
perlindungan Pemadam
kebakaran
bagi
masyarakat Polisi
·
Kelas 5. Model orang yang bertugas Kapten kapal
di
bidang perubungan Pramugari
·
Kelas 6. Model orang yang bertugas Petugas POS
di
bidang pos dan telekomunikasi Pegawai
Kantor Telepon
E. Cara-cara pelaksanaan
bimbingan karier.
Bimbingan
karier di skolah dasar dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Berikut ini
dikemukakan beberapa cara yang dapat dilaksanakan guru sekolah dasar.
1.
Paket
bimbingan karier
Pemerintah,
melalui badan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan (balitbang)
departemen pendidikan dan kebudayaan (tanpa tahun), telah memberikan buku paket
bimbingan karier untuk sekolah dasar. Buku tersebut terdiri dari empat bagian
masing-masing disebut:
a.
Paket I, Bimbingan Karier, Pemahaman Diri
Buku
paket ini membuat beberapa sub-topik, yaitu:
1)
Bakat
2)
Minat
3)
Keadaan fisik
4)
Keadaan sosial,
ekonomi, budaya
5)
Cita-cita
Semua
sub-sub topik ini diberikan pada kelas satu dan kelas dua. Dalam mempelajari
paket ini, murid diharapkan memperoleh gambaran tentang keadaan dirinya guna
dapat memperoleh gambaran tentang keadaan dirinya guna dapat mengembangkan
bakat, kemampuan, minat, dan cita-cita yang menuju tercapainya cara hidup yang
selaras.
b.
Paket II, Bimbingan Karier, Pemahaman Diri
Paket
ini memuat sub-topik:
1)
Informasi pendidikan,
2)
Informasi pembangunan,
3)
Kemungkinan jabatan,
dan
4)
Wiraswasta.
Semua
sub topik ini diberikan pada kelas lima.
Dengan mempelajari masing-masina sub-topik yang ada dalam paket ini, murid
diharapkan dapat memperoleh beberapa informasi yang ada di lingkungannya,
khususnya yang menyangkut pendidikan, pembangunan, pekerjaan, dan
kewiraswastaan.
c.
Paket III, Bimbingan Karier, Hambatan dan Cara
Mengatasi Hambatan
Paket
ini memuat sub-topik:
1)
Hambatan-hambatan dari
dalam diri;
2)
Hambatan-hambatan dari
luar.
Paket
ini diberikan pada kelas lima.
Dengan
mempelajari paket ini, murid diharapkan dapat mengetahui berbagai hambatan yang
mungkin dihadapi dalam pengembangan karier, baik yang bersumber dari dalam diri
sendiri maupun bersumber dari luar. Selanjutnya, dengan memahami
hambatan-hambatan itu, murid diharapkan dapat mengatasi sendiri
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengembangan karier.
d.
Paket IV, Bimbingan Karier, Menciptakan Masa Depan
Paket
ini memuat sub-topik:
1)
Informasi diri dan
lingkungan;
2)
Cita-cita dan gaya
hidup;
3)
Rencana untuk masa
depan.
Sebagaima
dengan paket II dan III, maka paket ini juga diberikan pada kelas lima. Dengan
mempelajari paket ini, murid diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang baik
tentang diri dan lingkungannya, serta dapat membuat rencana yang realistik
untuk masa depannya.
2.
Pengamatan
(observasi)
Murid-murid
sekolah dasar dapat mempelajari lebih banyak berbagai jenis pekarjaan yang ada
di sekitarnya dengan jalan mengadakan pengamatan ke objek-objek yang terkait.
Dalam kehidupan sehari-hari murid sering berhadapan dengan para pekerja, tetapi
tidak mengetahui apa pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja itu
dan apa sumbangan pekerja itu terhadap masyarakat banyak. Dengan menugaskan
murid mengadakan pengamatan dan diskusi yang terbimbing tentang pekerja dan
pekerjaan yang dilakukannya akan dapat membantu murid untuk lebih memahami
dunia kerja.
Wawasan
murid tentang berbagai jenis pekerjaan dapat diperluas kalau guru membawa
mereka mengunjungi berbagai lapangan kerja yang ada di sekitarnya. Misalnya ke
pabrik-pabrik, badan-badan usaha, perkebunan-perkebunan, dan sebagainya.
Melalui kunjungan seperti ini, murid dapat melihat, mendengar, merasa dan
membaui lingkungan kerja. Selain kepada hasil, perhatian murid juga akan
tertuju kepada para pekerja. Di pabrik, badan usaha, dan lapangan kerja lainnya
itu murid dapat mengamati secara langsung berbagai jenis pekerjaan yang ada
serta suasana kerjanya.
Kunjungan
yang baik memerlukan adanya perencanaan yang baik. Tempat-tempat atau
objek-objek yang dikunjungi harus sesuai dengan tingkat perkembangan murid.
Karena itu, pengaturan perlu dilakukan sejak dasar, baik menyangkut objek yang
akan dikunjungi maupun pertanyaan-pertanyaan yang ingin disampaikan atau
diketahui jawabannya. Setelah kunjungan selesai, perlu diadakan suatu
pembicaraan atau diskusi bersama. Hal ini dimaksudkan untuk memeperbaiki
keliruan-kekeliruan atau kesalahan-kesalahan murid tentang objek yang telah
dikunjungi itu.
3.
Terpadu
di dalam kurikulum
Sebagian
dari bahan-bahan bimbingan karier dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum atau
mata pelajaran tertentu. Mosalnya, pengenalan tentang perlunya kerjasama dalam
suatu satuan kerja tertentu dipadu ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Berkenaan dengan hal ini, guru perlu mengadakan kerjasama dengan
pihak-pihak lain dalam mengembangkan kurikulum yang di samping memuat
bahan-bahan pelajaran biasa juga mengandung bahan-bahan bimbingan karier.
Norris
(dalam Hansen dan Stevic, 1974) mencoba memadu ide-ide tersebut di atas dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai berikut:
Kelas 1. Murid
mempelajari berbagai pekerjaan yang ada di lingkungannya yang terdekat yaitu
rumah tangga, sekolah dan tetangganya.
Kelas
2. Murid mempelajari keadaan anggota-anggota masyarakat yang telah memberikan
pelayanan kepadanya, seperti warung-warung atau toko-toko yang dikenalnya.
Kelas
3. Murid mempelajari keadaan masyarakat yang lebih lama. Tekanan diletakkan
pada transportasi, komunikasi, dan telekomunikasi.
Kelas
4. Murid mempelajari dunia
kerja yang tingkatannya lebih tinggi, berupa badan-badan untuk usaha milik
negara yang ada di daerahhya atau daerah lain yang terdekat.
Kelas
5. Pelajaran yang akan dipelajari diperluas dengan badan-badan usaha milik
negara yang ada di daerah lain yang lebih jauh.
Kelas
6. Program bimbingan karier diperluas lagi, tidak saja menyangkut dunia kerja
yang ada di negaranya sendiri tetapi juga yang ada di negara lain.
4.
Bacaan
Bacaan
tentang orang-orang yang berhasil dalam pekerjaannya merupakan sumber belajar
yang penting untuk meningkatkan pengetahuan murid tentang keduniakerjaan.
Bacaan-bacaan tentang ini biasanya dapat diperoleh di dalam buku-buku
(khususnya buku-buku ilmu sosial), majalah, surat kabar, dan sebagainya.
Bacaan-bacaan seperti itu sebaiknya tersedia di perpustakaan sekolah atau
perpustakaan kelas.
5.
Nara
sumber
Selain
dengan cara-cara di atas, bimbingan karier dapat pula dilakukan dengan
mendatangkan nara sumber untuk memberikan atau menyampaikan
pengalaman-pengalaman serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan
kariernya sehingga ia sampai menjadi seperti keadaan sekarang. Sebaliknya,
murid juga dapat diberi kesempatan menemui nara sumber secara perorangan,
mengadakan wawancara dengan nara sumber yang bersangkutan, dan melaporkan
hasilnya di depan kelas. Kesempatan-kesempatan seperti itu bukan saja
memungkinkan murid memperoleh informasi tentang pekerjaan, tetapi juga membantu
murid dalam belajar menghadapi orang lain dan memikul tanggung jawab.
saya izin copas ya :) Terimakasih
BalasHapus