Minggu, 25 Desember 2011

Bimbingan Karier


A.      Pengertian Bimbingan Karier
            Ada satu anggapan, terutama dari kalangan guru, yang mengatakan kehadiran bimbingan karier di sekolah adalah untuk menggantikan program bimbingan dan konseling yang telah mulai dilaksanakan di sekolah sejak sebelumnya. Anggapan seperti itu sudah tentu merupakan anggapan yang keliru. Bimbingan karier merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Di dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa jenis layanan bimbingan, seperti bimbingan pendidikan, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan karier, dan sebagainya. Kehadiran bimbingan karier di sekolah dimaksudkan untuk lebih memberikan arti bagi program bimbingan dan konseling secara keseluruhan.
            Masalahnya sekarang adalah apakah yang dimaksud dengan bimbingan karier? Untuk mengerti  maksud bimbingan karier yang sebenarnya perlu dikemukakan beberapa definisi tentang bimbingan karier yang dibuat oleh para ahlinya. Sebagaimana juga dikemukakan oleh Tolbert (1974: 25) bahwa:
       “bimbingan dan konseling karier menggunakan istilah-istilah yang perlu didefinisikan. Sebagian, seperti pembuatan keputusan, telah dipahami secara umum, tetapi yang lain-lain seperti perkembangan jabatan merupakan istilah yang masih baru. Sementara yang lainnya memiliki definisi atau makna yang berbeda dari penggunaan sehari-hari”
            Selanjutnya Tolbert juga mengemukakan bahwa istilah karier biasanya menunjukkan pada rangkaian pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan pekerjaan atau jabatan menyatakan suatu hidupnya, sedangkan pekerjaan atau jabatan menyatakan suatu peranan kerja yang khas, seperti dokter, masinis, dan lain-lain. Bimbingan karier mencakup semua jenis layanan yang bertujuan untuk membantu murid dalam membuat rencana-rencana dan keputusan-keputusan tentang pendidikan dan jabatan.
       Tentang definisi bimbingan karier, dikatakan sebagai berikut:
            “bimbingan karier adalah suatu program yang terorganisasi untuk membantu orang muda mengembangkan pemahaman diri, belajar tentang dunia kerja, mendapatkan pengalaman-pengalaman yang akan membantunya dalam membuat keputusan, dan mendapatkan pekerjaan”. (Tolbert, 1974: 27)
            “bimbingan karier merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu memecahkan masalah karier (pekerjaan) untuk memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya dengan masa depannya (PB3K, 1974)”

       Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa:
1.        Bimbingan karier merupakan bagian dari program bimbingan dan konseling keseluruhan.
2.        Bimbingan karier merupakan suatu program pemberian bantuan kepada individu, baik orang muda maupun dewasa, dengan maksud agar mereka:
a.         Dapat memahami dirinya dengan sebaik-baiknya, yaitu mengenal segala kemampuan, minat, sifat pribadi, dan nilai-nilai yang dimilikinya;
b.         Dapat memahami dunia kerja dengan sebaik-baiknya, yang meliputi jenis-jenis pekerjaan atau jabatan yang ada, syarat-syarat atau karakteristik tenaga yang diperlukan, kondisi kerja, dan sebagainya;
c.         Dapat memilih dan membuat keputusan secara bijaksana pekerjaan atas pemahaman yang mendalam tentang diri dan dunia kerja;
d.        Dapat mengadakan penyesuaian diri secara baik dengan tuntutan-tuntutan dunia kerja yang senantiasa berubah secara dinamis;
e.         Dapat menghargai semua jenis pekerjaan yang ada secara objektif, positif, dan sehat, dan
f.          Dapat bekerjasama dengan orang lain.

B.       Dasar Bimbingan Karier di Sekolah Dasar
            Ada orang yang cenderung beranggapan bahwa terlalu dini untuk memberikan bimbingan karier di sekolah dasar. Anggapan ini berdasarkan atas pandangan bahwa anak usia sekolah dasar belum termasuk usia angkatan kerja. Disamping itu orang yang bersangkutan juga berpandangan bahwa anak usia sekolah dasar pada dasarnya masih bersifat “generalis”. Inya, pendidikan yang diikutinya masih bersifat umum, belum mengarah pada jurusan atau bidang-bidang tertentu. Orang-orang yang menganut pandangan ini cenderung untuk mengatakan bahwa masalah-masalah pemahaman diri dan perencanaan untuk masa depan lebih baik diberikan di sekolah menengah tingkat pertama atau sesudahnya, dimana anak-anak sudah siap untuk memasuki dunia kerja.
            Namun demikian, kita berkeyakinan bahwa bimbingan karier perlu diberikan sejak dini, sebelum anak memasuki dunia kerja. Keyakinan ini bertitik tolak dari pandangan bahwa penyiapan anak untuk memasuki dunia kerja tdak dapat dilaksanakan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, melainkan memerlukan perencaan yang matang dan memerlukan waktu yang cukup lama.     Penyelenggaraan bimbingan karier di sekolah dasar bukanlah untuk menggantikan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Pengetahuan tentang diri, pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan pendidikan dan pekerjaan di masa yang akan datang, serta pengembangan dasar-dasar pembuatan keputusan oleh murid, umumnya dipandang sebagai hal yang anat penting diberikan di sekolah dasar. Model-model terakhir dari bimbingan karier mendorong perlunya kegiatan-kegiatan dan informasi yang sistematis dilaksanakan melalui kurikulum sekolah dasar.
            Bimbingan karier di sekolah dasar bukanlah mendorong anak untuk membuat pilihan-pilihan yang prematur. Melainkan berpusat pada usaha agar anak memiliki kesadaran tentang pilihan-pilihan yang mungkin tersedia, cara-cara mengantisipasi dan merencanakan karier, serta menghubungkannya dengan sifat-sifat pribadi yang dimiliki. Banyak murid yang merasa perlu mengetahui kesempatan-kesempatan karier yang tersedia. Murid seperti juga merasa perlu untuk menyadari tentang dirinya, bagaimana mereka dapat berubah dan bagaimana mereka dapat menggunakan pengalaman-pengalaman sekolah untuk menjajaki dan menyiapkan diri untuk masa depan.
            Herr dan Cramer (1979: 140) menyatakan bahwa bimbingan karier di sekolah dasar didasari oleh berbagai faktor; antara lain adalah sebagai berikut:
1)        Kesadaran bahwa model-model atau bentuk-bentuk tingkah laku pada masa remaja dan dewasa dipengaruhi oleh bentuk-bentuk pengalaman yang terjadi pada masa anak-anak;
2)        Kenyataan bahwa banyak buku dan bahan pelajaran yang digunakan di sekolah dasar menggambarkan dunia kerja atau dunia pendidikan secara tidak tepat dan terbatas pada kemungkinan-kemungkinan yang ada;
3)        Pengakuan bahwa perasaan tentang kemampuan pribadi untuk menanggulangi perkembangan di masa yang akan datang dengan kekuatan pengetahuan seseorang, cara-cara memodifikasi kelemahan-kelemahan, keterampilan dalam merencanakan dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia, memahami hubungan antara pendidikan yang diterima dan penerapannya dalam pekerjaan dan masyarakat.

            Sejalan dengan uraian di atas, Reinthart (1979: 160) menyatakan bahwa bimbingan karier di sekolah dasar sering digambarkan sebagai pengembangan kesadaran, bukan karena perkembangan kesadaran itu sendiri terbatas pada kelompok usia ini tetapi karena fokus utama dari bimbingan karier berada pada usia ini. GYSPERS 1968 membagi fase belajar yang menghubungkan perkembangan karir di sekolah dasar dan menengah atas tiga fase yaitu (1) fase perseptualisasi, (2) fase konseptualisasi, dan (3) fase generalisasi. Fase perseptualisasi berfokus pada proses yang diperlukan bagi seseorang untuk mendapatkan kesadaran tentang diri dan lingkungan serta dapat membedakan antara keduanya. Fase konseptualisasi menggabung pengalaman-pengalaman masalalu dan kecenderungan sistem-sistem nilai yang dibentuk melalui peniruan, pengaruh keluarga dan masyarakat. Fase generalisasi merupakn periode pembuatan generalisasi menggunakan konsep-konsep yang telah terbentuk berkenaan dengan perbedaan antar orang dan pekerjaan.
            Hill (1973:6-7) menyarankan bahwa bimbangan karir sebaknya diberkan pada fase-fase belajar tuersebut diatas. Selanjutnya, ia juga menyatakn bahwa setiap anak membutuhkan pencapaiain kematangan dalam hal:
1)        Pemahaman diri dan rasa bertanggung jawab pada diri sendiri.
2)        Pemahaman tentang dunia kerja dan dunia pendidikan seta hubungan antara harapan dan cita-cita sebelumnya dengan tingkah laku sesudahnya.
3)        Kemempuan membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
4)        Pemahaman tentang hubungan manusia (human relaationship) dan pertumbuhan terus menerus dalam kemampuan untuk hidup damai dan penuh pengertian dengan orang lain.
\
C.      Tujuan Bimbingan Karier di Sekolah Dasar.
            Sejalan dengan pengerrtian bimbingan karier yang telah dikemukakan di atas, Hansen dan Stevic (1969) misalnya menyatakan bahwa individu perlu meningkatkan kemampuan-kemampuannya di bidang teknis. Desakan perlu diperlukannya tenaga terdidik menyebabkan hanya sebagian kecil pekerjaan yang tersedia bagi orang-orang yang tidak mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Program pembibingan membekali orang-orang muda dengan pengetahuan dasar tentang dirinya dan tentang dunia kerja.

Beberapa tujuan bibingan karier di sekolah dasar adalah:
1.        Membantu murid dalam pengembangan konsep diri
            Salah satu aspek penting dalam penentuan pilihan adalah datangnya atau timbulnya dari diri anak itu sendiri. Sambil si anak mengembangkan konsep tentang dirinya, dia juga mengembangkan konsep diri yang dicita-citakan, yaitu suatu gambaran masa depan yang diharapkannya. Anak-anak memproyeksikan dirinya kemasa depan, membayangkan apa yang dia inginkan, ingin jadi apa bila ia telah besar. Konferensi Gedung Putih tentang anak-anak dan pemuda yang diadakan pada tahun 1960 (hansen dan Stevic, 1969) telah menekankan bahwa bimbingan dan konseling harus dimulai sejak di sekolah dasar dengan perencanaan pendidikan dan jabatan berdasarkan atas pemantauan secara dini dan berkesinambungan dalam usaha untuk lebih mengenali aset- aset dan kecenderungan-kecenderungan masing-masing anak.
2.        Merangsang murid untuk menyenangi berbagai jenis pekerjaan
            Akhir-akhir ini ada gejala bahwa orang-orang muda hanya menyukai bidang-bidang pekerjaan tertentu saja, dan meremehkan bidang-bidang pekerjaan lain. Pekerjaan beratani misalnya, dianggap sebagai pekerjaan rendah dan tidak memerlukan keahlian. Karena itu, banyak orang-orang muda yang lebih suka menganggur dri pada bekerja di kebun atau di sawah. Sikap seperti ini sudah tentu sangat tidak diharapkan negaa yang sedang membangun.
3.        Mengembangkan sikap yang konstruktif terhadap kerja.
            Melalui pendidikan di sekolah murid dapat memperoleh pesepsi tentang hubungan antara pendidikan dengan pekerjaan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik untuk perkembangan kebiasaan-kebiasaan kerja (john wellington dan nan olechowski dalam hansen dan stevic,1969).
            Sejakdini anak-anak hendaknya telah di arahkan untuk dapat menghargai orang lain, menghargai dan menyenagi kerja, dan menghargai sumbangan-sumbangan layanan dan hasil-hasil yang mereka peroleh. Anak-anak hendaknya belajar bahwa semua jenis pekerjaan adalah baik dan bermanfaat. Tidak ada pekerjaan yang rendah atau jelek apabila pekerjaan itu dilakukan dengan baik (Wrenn, 1962).
4.        Membantu murid menyadari perubahan dunia kerja
            Kemajuan-kemajuan yang dicapai bangsa Indonesia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi banyak menimbulkan dampak yang mendasar dalam bidang dunia kerja di Indonesia. Disamping munculnya berbagai lapangan kerja baru, juga lenyapnya beberapa lapangan kerja tertentu. Keadaan ini akan terus berlangsung sejalan dengan usaha-usaha pengembangan yang dilancarkan oleh bangsa Indonesia dimasa-masa yang akan datang. Wrenn (1962) mengatakan bahwa di sekolah dasar perlu diberikan informasi dan bimbingan jabatan. Tuntutan-tuntutan pendidikan untuk memasuki pekerjaan-pekerjaan yang berkembang sangat pesat memaksa orang-orang muda untuk mengikutinya. Perkembangan itu juga menimbulkan beban-beban di bidang sosial dan ekonomi serta aspek-aspek kehidupan lainnya. Para orang muda, dalam hal ini murid sekolah dasar, perlu diberikan bimbingan agar dapat menyadari perubahan-perubahan itu.
5.        Membantu murid putus sekolah dan memasuki dunia kerja
            Wrenn (1962) merekomendasikan bahwa sekolah bertanggung jawab memberikan orientasi jabatan atau pekerjaan dan sosial yang realistik kepada murid-murid, terutama murid-murid yang tidak akan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah tingkat pertama, dan seterusnya. Bagi murid-murid seperti itu disiapkan untuk mengikuti latihan-latihan kerja.
            Di Propinsi sumatra barat misalnya, pasa tahun 1984 terdapat 20.700 orang yang terdapat sebagai pencari kerja. Dari jumlah itu, 17.409 orang berumur antara 10-24 tahun (sumatra barat dalam angka). Angka-angka ini menggambarkan kasus pencari kerja yang ada di suatra barat. Kasus yang sama terjadi juga si privinsi-provinsi lainnya di Indonesia.
            Setiap tain banyak murid yang putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikannya ketingkat yang lebih tinggi, kendatipun pemerintah telah merencanakan wajib belajar bagi anak-anak tingkat sekolah dasar. Sebagian dari merka itu mungkin langsung membantunorang tuanya bekeerja di kebun, disawah,dan lain-lain. Tetapi tidak sedikit pula yang tidak tentu apa yang dikerjakannya. Murid-murids yang seperti ini memerlukan bimbingan secara terarah.

D.  Program Bimbingan Karier di Sekolah Dasar
            Bimbingan karier di sekolh dasar adalah program yang berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa bimbingan karier itu tidak dilaksanakan hanyan pada jenjang sekolah atau kelas-kelas tertentu saja, melainkan dilaksanakan pada semua jenjang sekolah dan semua kelas mulai dari taman kanak-kanan sampai dengan perguruan tinggi. Miller (dalam Reinhart, 1979:99) telah mengembangkan sebuah model pendidikan karier yang disebut Model Pendidikan Karier komprehensif (MPKK) dengan  pola seperti:

K e s a d a r a n
K a r i e r
P e n j a j a k a n
K a r i e r
P e r s i a p a n
K a r i e r
P e n d i d i k a n   L a n j u t a n   d a n  P e n d i d i k a n
O r a n g   D e w a s a
Pendidikan
Non-Gelar
Pendidikan
Gelar
P
E
K
E
R
J
A
A
N
 


















Artikulasi Tujuan Bimbingan Karier

            Selanjutnya, masing-masing tujuan di atas mencakup unsur-unsur bimbingan karier seperti tertera dalam bagan di bawah ini.
TK                SD
SMTP
SMTA
Kesadaran
Penjajakan
Persiapan
Kesadaran Diri

Identitas Diri
Kesadaran Pendidikan
Kehidupan
Identitas Pendidikan
Kesadaran ekonomi
Pendidikan
Pemahaman ekonomi
Pembuatan keputusan
Rumah tangga
Keputusan karier
Kemampuan Awal
Masyarakat
Keterampilan kerja
Keterampilan pekerjaan
Karier
Penempatan Karier
Sikap dan Penghayatan

Pemenuahan diri/social

Unsur-unsur Bimbingan Karier

            Masing-masing unsur tersebut di atas dijelaskan sebagai berikut:
1.      Kesadaran Diri
            Murid diharapkan memiliki pengetahuan dan sikap tentang diri sendiri, bagaimana keadaan dirinya, dan mereka ingin menjadi orang yang bagaimana. Melalui bimbingan karier, murid diharapkan berperan serta dalam proses pemahaman diri yang terencana dan berkesinambungan. Selanjutnya murid diharapkan dapat mengenali diri, yaitu mengetahui siapa dirinya, dan bagaiman keadaanya dirinya.
2.      Kesadaran Pendidikan
            Murid diharapkan memiliki kesadaran tentang hubungan anatara pendidikan dan latihan dengan tugas-tugas pendidikan. Dari kesadaran pendidikan ini murid akan terus mengembangkan dan menyaring pemahaman tentang pendidikan dan latihan. Murid juga akan berusaha mengenal berbegai kebutuhan terhadap pendidikan dan latihan, khususnya yang diperlukan bagi karier tertentu. Pengenalan pendidikan meliputi pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan latihan dengan tugas-tugas kehidupan, pemahaman dan latihan tugas-tugas kehidupan, pemahaman tentang diri sendiri, cara-cara belajar, dan kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk pengembangan karier.
3.      Kesadaran Karier
            Individu-individu yang memasuki sekolah diharapkan memiliki pengetahuan, sikap dan minat dalam karier. Ke dalam hal ini termasuk pengetahuan tentang unjuk kerja karier, kondisi-kondisi kerja, imbalan jasa, dan pendidikan yang disyaratkan. Melalui bimbingan karier, sekolah dapat membantu murid dalam mengembangkan berbagai jenis karier yang akan dikembangkan kelak.
4.      Kesadaran Ekonomi
            Kesadaran ini banyak sedikitnya terkait dengan keterlibatan murid dalam sistem ekomomi. Selanjutnya, keterlibatan ini perlu dikembangkan agar murid memiliki kesadaran ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan antara lain dngan memberikan kemudahan-kemudahan bagi murid untuk mempelajari sistem ekonomi dan menghubungkannya dengan karier dan masyarakat. Pemahaman ekonomi ini diartikan sebagai unsur-unsur dan jaringan kerja yang konseptual yang memungkinkan murid dapat membaca berbagai permasalahan di bidang ekonomi.
5.      Pembuatan Keputusan
            Murid hendaklah memiliki pemahaman dan keterampilan dalam membuat keputusan. Apabila murid dapat memahami hubungan antara sebab dan akibat, maka mereka akan siap untuk memulai proses pembuatan  keputusan. Melalui bimbingan karier, murid dapat mengembangkan keterampilan dan pengalaman dalam pembuatan keputusan, serta tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang dibuatnya. Keputusan karier berarti penentuan arah karier, pembuatan rencana jangka pendek, jangak menengah, dan jangka panjang.
6.      Kesadaran Keterampilan dan Kemampuan Dasar
            Murid diharapkan memiliki kesadaran tentang keterampilan dan kemampuan dasar yang dimiliki. Kesadaran tentang keterampilan dan kemampuan ini selanjutnya perlu dikembangkan dengan jalan menyediakan berbagai kesempatan bagi murid untuk berperan serta dalam berbagai kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka untuk pengembangan keterampilan-keterampilan kerja.
7.      Sikap dan Penghayatan
            Sikap dan penghayatan merupakan bagian dari alat untuk pemusatan perhatian pada komponen afektif dari bimbingan karier. Melalui bimbingan karier, murid diharapkan dapat mengembangkan sistem-sistem nilai yang meliputi nilai peranan diri sendiri dan orang lain dalam pengembangan karier. Sikap ini hendaknya mengarah kepada peran serta yang aktif dan menyenangkan sebagai warga negara yang produktif.
8.      Keterampilan Kerja
            Keterampilan ini mencakup upaya untuk mencari, menemukan dan mendapatkan penempatan karier.

            Khusus untuk sekolah dasar, beberapa ahli telah mengemukakan bahan bimbingan karier yang perlu diberikan pada setiap kelas. Di bawah ini disajikan bahan bimbingan karier yang dapat diberikan pada masing-masing kelas (Diadaptasi dari Norris, 1963).
·    Kelas 1.      Murid belajar tentang berbagai pekerjaan yang ada di sekitar                                    tempat tinggalnya seperti kerajinan rumah tangga, warung, dan                                 sebagainya.
·    Kelas 2.      Murid belajar tentang warga masyarakat yang biasa melayaninya                             sehari-hari, seperti toko dan atau perusahaan yang ada dan tidak                               jauh dari tempat tinggalnya.
·    Kelas 3.      Murid belajar tentang masyarakat yang lebih luas. Tekanan                                      diletakkan pada segi perhubungan, dan telekomunikasi.
·    Kelas 4.      Murid belajar tentang dunia kerja yang lebih besar berupa badan-                            badan usaha milik negara yang ada di daerahnya.
·    Kelas 5.      Dunia kerja yang dipelajari oleh murid diperluas dengan melibat-                             kan badan-badan usaha milik negara yang ada di provinsi lain di                             Indonesia.
·    Kelas 6.      Program belajar murid lebih diperluas dengan memasukkan berba-                           gai lapangan kerja yang ada di negara tetangga.

            Selanjutnya, Bank (dalam Herr dan Cramer, 1979: 147) mengemukakan bahan-bahan bimbingan bagi murid-murid sekolah dasar seperti dibawah ini.
·         Kelas 1.           Model orang-orang                             Penjual makanan
                        yang menyediakan makanan               Tukang susu

·         Kelas 2.           Model orang-orang                             Dokter
                        yang bertugas menjaga                        Perawat
                        kesehatan masyarakat
·         Kelas 3.           Model orang-orang                             Tukang cukur
                        yang bertugas menjaga                        Salon kecantikan
                        kesehatan orang pribadi
·         Kelas 4.           Model orang-orang yang                     Hakim
                        memberikan perlindungan                   Pemadam kebakaran
                        bagi masyarakat                                  Polisi
·         Kelas 5.           Model orang yang bertugas                Kapten kapal
                        di bidang perubungan                         Pramugari
·         Kelas 6.           Model orang yang bertugas                Petugas POS
                        di bidang pos dan telekomunikasi      Pegawai Kantor                                                                                              Telepon

E.  Cara-cara pelaksanaan bimbingan karier.
            Bimbingan karier di skolah dasar dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Berikut ini dikemukakan beberapa cara yang dapat dilaksanakan guru sekolah dasar.
1.        Paket bimbingan karier
            Pemerintah, melalui badan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan (balitbang) departemen pendidikan dan kebudayaan (tanpa tahun), telah memberikan buku paket bimbingan karier untuk sekolah dasar. Buku tersebut terdiri dari empat bagian masing-masing disebut:
a.         Paket I, Bimbingan Karier, Pemahaman Diri
                        Buku paket ini membuat beberapa sub-topik, yaitu:
1)        Bakat
2)        Minat
3)        Keadaan fisik
4)        Keadaan sosial, ekonomi, budaya
5)        Cita-cita
          Semua sub-sub topik ini diberikan pada kelas satu dan kelas dua. Dalam mempelajari paket ini, murid diharapkan memperoleh gambaran tentang keadaan dirinya guna dapat memperoleh gambaran tentang keadaan dirinya guna dapat mengembangkan bakat, kemampuan, minat, dan cita-cita yang menuju tercapainya cara hidup yang selaras.
b.         Paket II, Bimbingan Karier, Pemahaman Diri
                 Paket ini memuat sub-topik:
1)        Informasi pendidikan,
2)        Informasi pembangunan,
3)        Kemungkinan jabatan, dan
4)        Wiraswasta.
          Semua sub topik ini diberikan pada  kelas lima. Dengan mempelajari masing-masina sub-topik yang ada dalam paket ini, murid diharapkan dapat memperoleh beberapa informasi yang ada di lingkungannya, khususnya yang menyangkut pendidikan, pembangunan, pekerjaan, dan kewiraswastaan.
c.         Paket III, Bimbingan Karier, Hambatan dan Cara Mengatasi Hambatan
                 Paket ini memuat sub-topik:
1)        Hambatan-hambatan dari dalam diri;
2)        Hambatan-hambatan dari luar.
Paket ini diberikan pada kelas lima.
          Dengan mempelajari paket ini, murid diharapkan dapat mengetahui berbagai hambatan yang mungkin dihadapi dalam pengembangan karier, baik yang bersumber dari dalam diri sendiri maupun bersumber dari luar. Selanjutnya, dengan memahami hambatan-hambatan itu, murid diharapkan dapat mengatasi sendiri hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengembangan karier.
d.         Paket IV, Bimbingan Karier, Menciptakan Masa Depan
                 Paket ini memuat sub-topik:
1)        Informasi diri dan lingkungan;
2)        Cita-cita dan gaya hidup;
3)        Rencana untuk masa depan.
          Sebagaima dengan paket II dan III, maka paket ini juga diberikan pada kelas lima. Dengan mempelajari paket ini, murid diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang diri dan lingkungannya, serta dapat membuat rencana yang realistik untuk masa depannya.

2.        Pengamatan (observasi)
            Murid-murid sekolah dasar dapat mempelajari lebih banyak berbagai jenis pekarjaan yang ada di sekitarnya dengan jalan mengadakan pengamatan ke objek-objek yang terkait. Dalam kehidupan sehari-hari murid sering berhadapan dengan para pekerja, tetapi tidak mengetahui apa pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing pekerja itu dan apa sumbangan pekerja itu terhadap masyarakat banyak. Dengan menugaskan murid mengadakan pengamatan dan diskusi yang terbimbing tentang pekerja dan pekerjaan yang dilakukannya akan dapat membantu murid untuk lebih memahami dunia kerja.
            Wawasan murid tentang berbagai jenis pekerjaan dapat diperluas kalau guru membawa mereka mengunjungi berbagai lapangan kerja yang ada di sekitarnya. Misalnya ke pabrik-pabrik, badan-badan usaha, perkebunan-perkebunan, dan sebagainya. Melalui kunjungan seperti ini, murid dapat melihat, mendengar, merasa dan membaui lingkungan kerja. Selain kepada hasil, perhatian murid juga akan tertuju kepada para pekerja. Di pabrik, badan usaha, dan lapangan kerja lainnya itu murid dapat mengamati secara langsung berbagai jenis pekerjaan yang ada serta suasana kerjanya.
            Kunjungan yang baik memerlukan adanya perencanaan yang baik. Tempat-tempat atau objek-objek yang dikunjungi harus sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Karena itu, pengaturan perlu dilakukan sejak dasar, baik menyangkut objek yang akan dikunjungi maupun pertanyaan-pertanyaan yang ingin disampaikan atau diketahui jawabannya. Setelah kunjungan selesai, perlu diadakan suatu pembicaraan atau diskusi bersama. Hal ini dimaksudkan untuk memeperbaiki keliruan-kekeliruan atau kesalahan-kesalahan murid tentang objek yang telah dikunjungi itu.

3.        Terpadu di dalam kurikulum
            Sebagian dari bahan-bahan bimbingan karier dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum atau mata pelajaran tertentu. Mosalnya, pengenalan tentang perlunya kerjasama dalam suatu satuan kerja tertentu dipadu ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Berkenaan dengan hal ini, guru perlu mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam mengembangkan kurikulum yang di samping memuat bahan-bahan pelajaran biasa juga mengandung bahan-bahan bimbingan karier.
            Norris (dalam Hansen dan Stevic, 1974) mencoba memadu ide-ide tersebut di atas dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai berikut:
Kelas 1. Murid mempelajari berbagai pekerjaan yang ada di lingkungannya yang terdekat yaitu rumah tangga, sekolah dan tetangganya.
Kelas 2. Murid mempelajari keadaan anggota-anggota masyarakat yang telah memberikan pelayanan kepadanya, seperti warung-warung atau toko-toko yang dikenalnya.
Kelas 3. Murid mempelajari keadaan masyarakat yang lebih lama. Tekanan diletakkan pada transportasi, komunikasi, dan telekomunikasi.
Kelas 4.  Murid mempelajari dunia kerja yang tingkatannya lebih tinggi, berupa badan-badan untuk usaha milik negara yang ada di daerahhya atau daerah lain yang terdekat.
Kelas 5. Pelajaran yang akan dipelajari diperluas dengan badan-badan usaha milik negara yang ada di daerah lain yang lebih jauh.
Kelas 6. Program bimbingan karier diperluas lagi, tidak saja menyangkut dunia kerja yang ada di negaranya sendiri tetapi juga yang ada di negara lain.

4.        Bacaan
            Bacaan tentang orang-orang yang berhasil dalam pekerjaannya merupakan sumber belajar yang penting untuk meningkatkan pengetahuan murid tentang keduniakerjaan. Bacaan-bacaan tentang ini biasanya dapat diperoleh di dalam buku-buku (khususnya buku-buku ilmu sosial), majalah, surat kabar, dan sebagainya. Bacaan-bacaan seperti itu sebaiknya tersedia di perpustakaan sekolah atau perpustakaan kelas.

5.        Nara sumber
            Selain dengan cara-cara di atas, bimbingan karier dapat pula dilakukan dengan mendatangkan nara sumber untuk memberikan atau menyampaikan pengalaman-pengalaman serta upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan kariernya sehingga ia sampai menjadi seperti keadaan sekarang. Sebaliknya, murid juga dapat diberi kesempatan menemui nara sumber secara perorangan, mengadakan wawancara dengan nara sumber yang bersangkutan, dan melaporkan hasilnya di depan kelas. Kesempatan-kesempatan seperti itu bukan saja memungkinkan murid memperoleh informasi tentang pekerjaan, tetapi juga membantu murid dalam belajar menghadapi orang lain dan memikul tanggung jawab. 

1 komentar: